Dentuman jam terdengar menggema menelusuri seluruh koridor rumah. Waktu telah menunjukan sebentar lagi saatnya makan siang. Beberapa menit kemudian, seseorang mengetuk pintu kamar Ashley menginformasikan bahwa makanannya sudah siap untuk disajikan.
Sesampainya di sana, Vincent dan Marion sudah sampai terlebih dahulu. Namun kursi Ashley masih kosong. Seakan menerima atau terbiasa, Marion kini selalu duduk di samping Vincent.
"Selamat siang, Count."
Sapa Ashley yang kemudian merubah pusat pandangannya kepada Marion tanpa menyapanya. Seperti biasa Vincent menyambutnya dengan ramah.
Pelayan pun mulai menyajikan makanan pembuka.
Bellena berdiri tidak jauh di belakang Ashley. Sambil menundukan kepalanya ia melirik ke arah pelayan pribadi Marion. Begitu pula Ashley.
Wajahnya tenang namun serius, layaknya seorang pelayan profesional. Usianya juga terlihat tidak jauh dari Marion. Pelayan itu bukanlah orang yang dibawa Marion dari kediaman lamanya, melainkan salah satu pekerja di keluarga Midgraff.
Memang memungkinkan bagi seseorang untuk mampu mendedikasikan dirinya sebaik itu hanya dalam waktu 2 tahun. Namun Marion yang mereka bicarakan di sini, ibu tiri jahat yang bahkan latar belakangnya tidaklah luar biasa.
Mungkin pelayan itu juga seorang oportunis seperti Bellena dan hanya pura-pura loyal, pikir Ashley.
Marion melakukan perbincangan kecil dengan Vincent. Setelah memperhatikannya, Vincent memang terlihat menyayangi Marion. Ia tidak mengabaikan setiap kata yang diucapkan Marion dan meresponnya dengan ramah.
"Ku dengar kau pergi keluar hari ini." Ucap Vincent tiba-tiba dengan wajah bersinar.
"Ya, Pak. Saya pergi mengambil kaki palsu saya."
"Ah, ya. Sudah jadi? Apakah nyaman?"
"Iya, Pak, hasil kerjanya lumayan bagus. Tongkat ini juga buatannya." Jawab Ashley sambil menunjukan tongkat dengan desain elegan yang ia titipkan kepada Bellena.
Vincent terlihat puas dengan antusias yang ditunjukan putri semata wayangnya. Wajahnya menjadi lebih cerah dari sebelumnya. Melihat hal itu, Ashley hampir tertipu. Karena terlalu natural, ia tidak bisa lagi membayangkan jika papanya sedang berekting. Selain kagum, rasa takutnya juga ikut meningkat.
"Sering-sering lah pergi keluar, sudah lama kau tidak keluar, kan?"
"Baik, Pak."
Vincent tertawa saat mendengar jawaban Ashley. Saran darinya justru malah terdengar seperti perintah.
Seperti biasa, saat Ashley dan Vincent berbincang, Marion tidak pernah ikut andil di antaranya. Meski begitu Vincent tidak memaksa mereka untuk saling bicara.
Setelah selesai makan, Vincent hendak keluar untuk urusan pekerjaan. Jadwalnya yang padat sudah menanti pria paruh baya tersebut menyelesaikan makan siangnya. Istri dan putrinya pun mengantarnya keluar.
Vincent berhenti di aula utama dan melihat vas coklat yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Vas itu telah menggantikan vas yang beberapa hari lalu pecah.
"Apa vasnya diganti?" Tanya Vincent.
Para pelayan yang mendengarnya terdiam. Mereka terlihat tegang. Bahkan Bellena yang tidak akan disalahkan juga terlihat khawatir. Ashley benar-benar tidak memahami jalan pikir gadis muda itu. Seakan merasa khawatir adalah hobinya.
Namun, di antara mereka semua, ada seseorang yang jauh lebih tegang dibanding siapapun, Kepala Pelayan Wanita yang sekarang juga berada di sana.
"Ah, ya. Saya juga merasa ada yang berbeda sejak kemarin." Pancing Ashley.
"Bukankah yang lama adalah pemberian dari Nyonya Rusi?"
Rusi adalah nama keluarga yang juga berkedudukan sebagai Count. Wilayah kepemimpinananya berada cukup jauh dari Lozan. Karena itu, saat berkunjung ke kediaman Midgraff, mereka membawa vas itu dan beberapa barang lainnya sebagai buah tangan.
Ashley tidak mengetahui harga jual vas itu, namun memang terlihat bagus. Siapa sangka jika itu adalah pemberian salah seorang Countess. Seakan mendapat jackpot Ashley hampir saja menunjukan wajah girangnya, berbanding terbalik dengan Kepala Pelayan Wanita yang wajahnya memucat seperti mayat hidup.
Tentu ia sudah mengetahui vas itu pemberian dari siapa. Ia hanya tidak pernah menyangka, semuanya akan berakhir seperti sekarang ini.
"Ah, benar. Itu juga terlihat lebih bagus di sini." Tambah Marion membuat para pelayan berkeringat dingin.
Ashley berusaha menahan diri untuk tidak tersenyum. Jantungnya berdegup lebih cepat karena tidak sabar melihat reaksi mereka, Vincent, Marion, dan si Kepala Pelayan Wanita.
"Nunggu apa? Cepet ganti." Perintah Ashley kepada salah seorang pelayan sambil berusaha mempertahankan wajah polosnya.
"I-itu.. em.."
Pelayan itu dibuat kebingungan oleh Ashley, ia tidak bisa mengatakan bahwa Ashley yang memecahkannya, namun juga tidak bisa berkata kalau Kepala Pelayan Wanitalah yang memecahkannya.
"Apa? Kau mau bilang vasnya pecah?" Tanya Marion dengan nada marah.
"B-bukan saya yang memecahkannya, Nyonya!" Jawabnya sambil menggelengkan kepala.
"Jadi emang pecah?" Ucap Ashley pura-pura terkejut.
Melihat pelayan yang semakin bingung itu sangat menghibur Ashley. Kepala pelayan wanita itu masih saja terdiam tidak berani mengatakan apapun. Hal itu membuat Ashley mau tidak mau harus memancingnya keluar.
"Lo tau orang yang salah harus dihukum, kan?"
"B-bukan saya, Nona! Ampuni saya!"
Ashley berusaha menekannya. Memberinya dua pilihan, menerima hukuman, atau mengadukan Kepala Pelayan Wanita.
Vincent hanya diam, ia kemudian mengambil jam sakunya dan merasa harus segera pergi.
"Aku harus pergi sekarang."
Pria yang dikenal baik hati itu hanya menatap pelayan malang tersebut sesaat, sebelum melangkahkan kakinya pergi. Putri dan istrinya, juga beberapa orang yang tidak ikut keluar rumah memberinya salam.
"Jadi siapa?" Tanya Ashley melanjutkan.
Sama seperti sebelumnya. Entah dia yang bodoh atau terlalu baik, ia sama sekali tidak menyebut kepala pelayan wanita itu. Sedangkan orang yang bersalah- atau orang yang dipaksa bersalah itu hanya diam, tidak berani mengakui kesalahan yang sengaja dibuatkan Ashley khusus untuknya. Sifatnya sangat berbeda dengan saat ia menentang Ashley.
"Bawa dia. Cambuk 20 kali." Ujar Marion yang tidak sabar untuk membuatnya bicara.
"Ampuni saya Nyonya! Bukan saya yang memecahkan!" Ia terus berteriak saat penjaga menyeretnya menuju ruang bawah tanah.
Ashley menatap kepala pelayan wanita itu, dan mata mereka pun bertemu. Kecewa dengan perkembangan kepala pelayan wanita itu, Ashley memasang wajah sedih kemudian menggelengkan kepalanya sebelum kembali ke kamarnya diikuti Bellena.
Pelayan yang dihukum itu pada awalnya akan menyalahkan Kepala Pelayan Wanita yang hanya diam, namun kemudian ia akan menyalahkan Ashley yang bertanya meski sudah tahu jawabannya. Setelah itu, ia kembali menyalahkan Kepala Pelayan Wanita yang tidak bisa mencegah vasnya pecah, lalu menyalahkan Ashley yang melemparkannya.
Namun pada akhirnya, ia akan berpikir bahwa ini semua tidak akan terjadi jika kepala pelayan wanita itu tidak menentang Ashley dari awal.
Perpecahan internal itu akan membuat kekuasaan Ashley menjadi lebih mutlak. Membuktikan bahwa tidak ada orang yang akan melindungi mereka saat nyawa mereka sama-sama terancam. Mereka hanya bisa menghindari kejadian tidak diinginkan dengan menuruti perintah orang yang berkuasa. Jelas orang itu adalah Ashley. Bukan Vincent.
Kenapa? Karena bukan Vincent yang mengendalikan mereka, namun Ashley. Kedua tangan Vincent sudah penuh dengan urusan yang tidak diturunkan kepada putri tunggalnya.
Sesampainya di kamar, Ashley langsung melepaskan tawanya. Hal itu sanggatlah menggelikan baginya. Orang yang berani menentangnya bahkan tidak berani menanggung hukuman dan lebih memilih mengorbankan bawahannya. Ia telah menghianati bawahannya sendiri yang sangat setia kepadanya.
Puas tertawa, Ashley membenahi posisi duduknya.
"Oke, lanjut ke Ibu Tiri." Ucapnya masih tersenyum.
Mereka pun merundingkan rencana yang telah dipikirkan oleh Ashley selama makan siang berlangsung. Rencana yang akan mereka gunakan untuk mengetes respon, kecurigaan, kemampuan, sekaligus koneksi yang dimiliki Marion.
Ashley menepuk punggung Bellena keras, menyemangatinya setelah memberikan peran utama rencananya kepada gadis itu.
"S-saya tidak yakin, Nona."
Ashley menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.
"Apaan?" Tanyanya sambil tersenyum berpura-pura tidak mendengar perkataan Bellena.
"Saya akan berusaha."
^^^Bersambung...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Hasan
kasian si bella mundur maju samping kiri samping kanan kena semua yah semoga si bella akan berubah menjadi lbh kuat biar bisa ngimbangi si ashley
2022-09-16
2