Sejak ia kecil, ia tumbuh dengan segala macam kemudahan. Dilahirkan di keluarga pedagang kaya membuat kebutuhannya selalu tercukupi.
Saat berusia 10 tahun, ia mulai menunjukan ketertarikannya terhadap kerajinan. Dengan bakat yang ia miliki, namanya semakin dikenal oleh masyarakat luas.
Namun, pada saat usianya menginjak dewasa, ia kehilangan semangatnya dalam membuat kerajinan. Kakak perempuannya yang adalah seorang pandai besi menyarankannya untuk datang ke tempatnya bekerja. Tempat dimana ia akan melihat sesuatu yang berbeda.
Pada saat melihat cara kakaknya membuat pedang yang memakan waktu berjam-jam, dan juga harus bergelut dengan suhu ruangan yang sangat panas, keinginannya muncul. Keinginan untuk menjadi seorang pembuat tongkat.
Mengetahui adiknya telah mendapatkan inspirasi dan semangat baru, wanita itu tersenyum.
'Aku tidak paham jalan pikirnya.'
Kakaknya hanya bisa bergumam dalam hati mencoba memahami hubungan antara pandai besi dan pembuat tongkat.
Bagai anak yang diberkati dengan keberuntungan, sesaat setelah ia membuka tokonya, tren pemakaian tongkat oleh kaum pria pun berlangsung. Dengan berbagai macam desain ia selalu berhasil menarik pelanggannya.
Tokonya pun semakin terkenal hingga ke penjuru kerajaan. Banyak orang dari luar Lozan datang untuk memesan tongkat darinya. Segala macam kebaikan selalu datang kepadanya.
Hingga suatu hari, saat matahari baru saja terbenam, seseorang tiba-tiba membuka pintu tokonya sambil berteriak,
"Nyawa Anda dalam bahaya, Tuan!"
2 hari sejak kedatangan gadis itu, kesialan selalu menimpanya. Bak sebuah kutukan, sebelum ia menyelesaikan 2 pesanan milik gadis itu, semua yang ia kerjakan selalu berakhir berantakan. Tidak ada satu pun yang sesuai dengan rencananya.
Perasaannya sangat tidak tenang. Ia tidak bisa makan dengan leluasa dan juga tidak bisa tidur. Yang ada di pikirannya hanyalah secepat mungkin menyelesaikan pesananan dari majikan gadis itu.
Setelah pesanan yang sangat merepotkan itu selesai, ia langsung tertidur. Sangat pulas bagai hewan yang tengah berhibernasi.
Keesokannya, bak sebuah awal dari hal baik, seorang dewi mengunjungi tokonya. Kehadirannya begitu menyilaukan. Sinarnya sangatlah terang. Ia merasa kehidupan lamanya telah kembali.
Hingga akhirnya ia sadar, bahwa api juga menghasilkan cahaya. Orang yang ia kira Dewi Keberuntungan ternyata adalah iblis. Iblis yang hampir merenggut nyawanya sebanyak 4 kali kurang dari satu jam.
Saat ia pikir akhirnya semuanya akan segera berakhir, seekor mamalia penjilat pun datang.
"Hah!? Kau bercanda!? Kau tau siapa yang pesan ini kan? Kau berani mengesampingkannya!?"
Untuk pertama kali dalam hidupnya, laki-laki itu benci menjadi terkenal.
Pemilik toko yang mengetahui siapa yang mengutus manusia bringas itu, tidak berani melanjutkan transaksinya dan dianggap mengesampingkan seorang marquis. Ia kemudian menatap Bellena, seakan bertanya apakah tidak masalah jika mereka menunggu sebentar.
Bellena yang memahami arti tatapan laki-laki itu menjadi sedikit panik. Tentu saja jawabannya 'tidak', nonanya sangat tidak suka menunggu. Ia bahkan tidak berani menoleh ke belakang untuk melihat ekspresi Ashley.
Pemilik toko itu juga tahu, betapa membahayakannya Ashley. Ia kemudian melihat jauh ke belakang Bellena, menatap wanita menakutkan yang kini sedang menunggu transaksi mereka.
Namun tidak tampak raut ketakutan di wajah laki-laki itu setelah ia melihat ke arah Ashley. Hal itu membuat Bellena penasaran dan memberanikan diri untuk menoleh ke belakang.
Ashley hanya melompat-lompat dan berjalan memutar sambil mencoba mengetes pergerakan kaki kirinya dengan leluasa. Ia kemudian berdiri di depan dinding yang penuh dengan tongkat. Sambil tersenyum ia mengamati salah satu tongkat di sana.
Tidak ada yang tahu apa yang ada di pikirannya. Namun ada hal yang sangat mereka percaya, tidak mungkin Ashley hanya melihat-lihat sambil tersenyum, pasti akan terjadi hal buruk setelah ini.
Mereka dapat merasakan hawa dingin menjalar melalui tulang punggung mereka menuju ke leher setelah mendengar suara tawa pelan Ashley.
Pemilik toko itu langsung melanjutkan menulis bukti pembelian mereka tanpa menghiraukan apa yang dikatakan oleh orang utusan marquis tersebut. Seakan sedang diintai oleh kematian, mata Bellena dan Pemilik Toko terpaku pada secarik kertas yang ada di depan mereka.
"Hey! Kau benar-benar ingin tokomu tutup hah!?"
Tutup toko tetaplah lebih baik daripada kematian.
Pemilik toko bergegas mengambil stempel untuk mengesahkan bukti pembelian mereka yang nantinya akan diurus oleh Kepala Pelayan saat kembali ke kediaman.
Melihat dirinya diabaikan, pria itu menjadi geram dan mendorong Bellena hingga terjatuh untuk mendapatkan perhatian penuh si pemilik toko. Hal itu mengejutkan pemilik toko yang sangat membenci laki-laki yang bersikap kasar terhadap wanita.
"Kau gila hah!? Kau pikir siapa yang berani kau abai-"
Sebuah tongkat menghantam telinga kanan orang itu dengan keras.
Ia tersungkur ke lantai, kemudian menoleh ke belakang sambil memegang bagian kepalanya yang terasa nyeri, mencoba melihat siapa yang berani memukulnya.
"Si a*jing ngapain si?" Tanya Ashley.
Seorang wanita muda berdiri di hadapannya sambil membawa tongkat yang ia letakkan dipundak. Senyum lebar tanpa rasa bersalah tergambar di wajah cantiknya.
Seakan berkata, 'Rasakan itu!' Pemilik Toko menyeringai mendukung perbuatan Ashley kali ini. Ia yang hanya bisa menahan rasa kesalnya karena membawa nasib karir orang tuanya juga bersamanya, merasa telah terwakilkan.
Ashley memang menikmati pemandangan di saat Pemilik Toko dan Bellena menjadi panik beberapa saat lalu. Namun ia juga tidak bisa menahan diri untuk menghajar seseorang setiap ada kesempatan. Bukan karena membela pelayan pribadinya, namun murni karena merasa urusannya terhambat.
Entah kenapa, orang-orang selalu menguji kesabaran Ashley yang sejak awal memang sudah tidak ada tersebut.
Sambil menggenggam tongkat yang ada di dekatnya, laki-laki itu bangkit kembali.
"Kau akan menyesal telah memukulku, Wanita Gila."
Melihat orang itu hendak melawan balik, Ashley justru meletakkan tongkat yang ia bawa di meja konter dan berdiri diam, menunggu serangan yang akan dilakukan oleh laki-laki penuh amarah tersebut.
Ia berjalan ke arah Ashley, kemudian mengangkat tongkatnya dan mengayunkannya ke sisi kiri kepala Ashley seperti mengayunkan pedang. Lambat, Ashley dapat dengan mudah melihat pergerakan yang sangat lambat tersebut.
Wanita itu menghindar dengan merunduk dan bergeser ke kiri. Ia kemudian memegang tangan orang itu dan menahannya dengan tangan kanan. Tanpa jeda, punggung tangan kirinya yang terkepal menghantam hidung pria itu.
Laki-laki itu kemudian mencoba memukul Ashley yang berada di samping kanannya dengan tangan kiri. Melihat pukulan itu datang, Ashley memiringkan kepalanya ke kanan menjauhi jangkauan pukulannya. Laki-laki itu memanfaatkan momen tersebut untuk menarik tangannya dan melepaskan diri dari Ashley.
"Kau tahu? Menyerangku sama saja dengan menyerang Tuan Riatoff."
Ashley tertawa mendengar celotehan seorang bawahan yang terus membawa nama tuannya tersebut. Sebenarnya, orang seperti merekalah yang menjatuhnya nama pemimpinnya. Terus menggertak tanpa memiliki kemampuan untuk menanggung beban nama yang mereka bawa-bawa.
Ashley kemudian menanyakan apakah urusan pembayarannya masih belum juga selesai. Bellena dan pemilik toko pun segera melanjutkan transaksi mereka, berusaha menyelesaikannya secepat mungkin.
Namun, Ashley justru mengatakan kepada mereka untuk santai saja dan tidak perlu terburu-buru. Ashley ingin sedikit memberi laki-laki itu gambaran tentang kerasnya dunia.
"Heh b*go, lo harus tau, ada orang-orang yang gaboleh lo usik."
Dengan dua kepalan tangan di dekat dagunya, Ashley melangkah maju menghampiri laki-laki itu. Begitu pula dengan lawannya.
Ashley sedikit mengangkat siku kanannya, mengecoh lawannya untuk menangkis pada sisi itu. Berhasil, ia kemudian dengan cepat menyodok lurus ke wajah laki-laki itu menggunakan telapak tangannya, memukulnya dengan tulang karpal.
Tidak berhenti di situ, Ashley melanjutkan serangannya dengan memukul dagu kiri dan kanan laki-laki itu. Sempoyongan, laki-laki itu masih bisa menyeimbangkan dirinya dan bertahan.
Kemudian, dengan satu langkah Ashley mempersempit jarak mereka. Sangat dekat hingga kepala mereka hampir bersentuhan. Ia menggunakan sikunya kali ini, diarahkan ke leher kanan dan kiri lawannya.
Laki-laki itu mencoba menangkis dari dalam dengan membuka kedua sikunya. Namun, Ashley menahan bagian belakang kepala laki-laki itu dengan lengan kanannya, menekannya ke bawah dan menghantamkan lutut kirinya ke perut.
Tanpa memberinya celah bernapas, Ashley menghunuskan pukulan tangan kirinya lurus dari bawah dagu laki-laki itu. Kemudian ia menambahkan dua pukulan di sisi tulang rusuk kiri laki-laki itu dan memukul lurus di wajahnya dengan tangan kiri.
Tubuh laki-laki itu mendoyong ke belakang dan Ashley mengikutinya dari sisi kiri. Ia kemudian mengaitkan bagian siku dalamnya di leher laki-laki itu dan membantingnya ke lantai.
Masih berusaha mempertahankan kesadaran dirinya, laki-laki itu membalikan tubuhnya dan mencoba untuk bangkit.
Namun kaki kiri Ashley langsung menyepak tepat di wajahnya. Wanita itu sengaja mengurangi kekuatannya karena tidak ingin membuat laki-laki di depannya pingsan. Ia kemudian menendangnya sekali lagi dan membuatnya jatuh terlentang.
Ashley mendekati laki-laki yang babak belur terbujur lemas di lantai tersebut. Ia jongkok di samping kepala orang tersebut dan menepuk pipinya untuk memastikan ia masih sadar.
"Sampein bos lo. Jangan malu-malu buat nyari gua. Gua tunggu."
Ashley kembali berdiri dan mengajak Bellena pergi karena mereka sudah tidak ada urusan lagi di sini. Wanita itu bahkan tidak berniat untuk ganti rugi dengan kerusakan yang ia perbuat.
Namun, sebelum keluar dari toko, Ashley teringat akan sesuatu. Ia kemudian kembali ke samping laki-laki yang masih terkapar itu, membuat Bellena dan Pemilik Toko sedikit was-was.
Ashley melepas sepatunya dan menjatuhkannya di samping laki-laki itu.
"Gua tinggal sepatu gua, buat petunjuk biar lebih gampang nyarinya. Oke?"
Setelah menyesuaikan tinggi kaki palsunya, Ashley berjalan meninggalkan toko itu bersama Bellena.
Beberapa jam kemudian, di sebuah ruangan di kediaman Marquis Ristoff. Sebuah sepatu hak tinggi berwarna putih di atas mejanya menyita perhatian laki-laki bermata biru itu.
Setelah mendengarkan cerita tidak masuk akal dari salah seorang bawahannya yang ia suruh memperbaiki pesanan tongkatnya, ia merasa ada yang aneh.
Di matanya, putri tunggal Keluarga Midgraff adalah gadis yang penakut dan sedikit aneh. Sekeras apapun ia memikirkannya, tetap tidak bisa terbayang olehnya, seorang Ashelia, berubah menjadi preman.
Ia sadar bahwa Ashelia menyukainya, namun tidak pernah ada rasa atau pemikiran sedikit pun dalam dirinya untuk mengenal Ashelia, karena sifatnya yang penakut.
Bagaimana bisa gadis itu tiba-tiba menjadi orang yang sangat berani? Bukan hanya menghajar bawahannya, Ashelia bahkan menantangnya datang dan memberikan sebelah sepatunya sebagai petunjuk untuk mencarinya.
"Pasti orang lain." Ucap pria itu yakin.
Fakta itulah, yang lama-kelamaan akan terlupakan saat ia mulai menerima sifat baru Ashelia. Fakta yang sebenarnya dapat mengantarkannya menuju identitas asli Ashley.
^^^Bersambung...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
runi nisa
apa cwo ini jodoh ashelia?? bukan anggota kerjaaan kah? kok marquis. kan gelar marquis dibawah count yaa
2022-10-25
2