Seorang pembuat tongkat, tentu sangat ahli dalam membuat tongkat. Dari memperkirakan, tinggi, bahan, ukuran, bentuk, dan kenyamanan. Seorang pembuat tongkat bisa membuat tongkat yang sangat sesuai dengan pemesannya.
Lalu, bagaimana dengan membuat pedang? Tentu itu bukan pekerjaannya. Jadi dimana ia mendapatkan bilah itu?
Di wilayah Lozan, ada begitu banyak pembuat tongkat. Namun hanya satu di antara mereka yang selalu memadu-padankan tongkatnya dengan bahan metal. Tentu dia tidak mengerjakannya sendiri.
Kakak perempuannya, adalah seorang pandai besi. Ia akan menggunakan jasa kakaknya secara profesional untuk membuat tongkat yang ia inginkan atau sesuai dengan pesanan pelanggannya.
Orang itu adalah si Pemilik Toko tempat Bellena memesan kaki dan tongkat baru untuk Ashley.
Orang itu jugalah yang pertama kali tertipu oleh senyuman ramah Ashley.
Gadis muda yang sempat ia ragukan kekejamannya itu kini tengah membuatnya meregang nyawa.
Mereka semua terdiam.
Bellena menutup mulutnya dengan kedua tangannya, menahan dirinya agar tidak berteriak. Wajahnya sangat pucat seperti orang yang hampir pingsan.
Saat laki-laki itu menarik napas hendak mengatakan sesuatu. Ashley menyayat sedikit kulit lehernya, membuatnya sekali lagi, mengurungkan niatnya.
Darah mulai mengalir dari leher pemilik toko dan Bellena semakin mengeratkan tangannya yang membekap mulutnya sendiri.
Melihat pemandangan itu, Ashley tersenyum. Senyuman ramah yang sama seperti saat ia memasuki toko. Sejatinya, itu bukan senyuman ramah, itu hanya senyuman yang akan Ashley tunjukan saat ia menantikan sesuatu.
Ashley menjauhkan mata pedangnya dari leher Pemilik Toko. Ia kemudian mengambil tubuh tongkat yang tergeletak di dekat Bellena.
"Let's see if this sheath is worth it." Ucap Ashley sambil mengoperkan sarung pedang tersebut kepada laki-laki itu.
Sesaat setelah Pemilik Toko menangkapnya, dengan cepat Ashley melancarkan serangan ke arah leher laki-laki itu menggunakan tangan kirinya.
Laki-laki itu terkejut namun berhasil menahannya tepat waktu. Tentu kekuatan Ashelia masih kalah jika dibandingkan dengan seorang laki-laki dewasa. Namun tujuannya memang hanya untuk mengetes tongkatnya.
1. Bisa untuk menahan?
Ashley tersenyum merasakan kepuasan saat melihat tebasan pedangnya tertahan oleh tongkatnya. Tentu ornamen itu bukan hanya sebuah hiasan. Bahan metal yang digunakan untuk membuatnya cukup kuat untuk menahan pedang Ashley.
Laki-laki itu beruntung, jika ia tidak berinisiatif membuatnya sedemikian rupa, lehernya pasti sudah terpotong. Siapa sangka orang yang memesan barang-barang gila itu ternyata jauh lebih gila dari perkiraannya.
Bulu kuduknya merinding, melihat senyuman Ashley setelah wanita itu mengayunkan pedangnya. Ia tahu sesi pengetesannya belum berakhir dan tingkat kesulitanya akan ditingkatkan.
2. Seberapa kuat?
Ashley menarik pedangnya kembali dan menyerangnya sekali lagi di tempat yang sama, namun kali ini menggunakan kedua tangannya.
Tangan kanan pria itu langsung memegang bagian atas tongkat dan menguatkan tekanannya mengetahui Ashley berniat menambahkan kekuatan pada tebasannya.
Sudah memprediksi bahwa serangannya yang kedua akan tertahan, Ashley memberikan sedikit dorongan pada sisi pegangan tongkatnya dan dengan cepat memutar pedangnya melewati atas kepalanya.
Bellena yang melihat secara langsung pedang Ashley berkali-kali hampir membunuh seseorang di depan matanya, tidak sanggup mempertahankan kesadaran dirinya. Ashley berhenti bersamaan dengan suara jatuhnya tubuh Bellena ke lantai. Mata pedang tajam itu berhenti tepat sebelum menyentuh telinga Pemilik Toko.
"You're dead." Ucapnya sambil tersenyum membuat pemilik toko bergidik.
Bukannya ia memahami ucapan Ashley, ia memahami bahwa ia pasti sudah mati sekarang jika Ashley tidak menghentikan pedangnya. Ditambah lagi, berhenti tiba-tiba setelah mengerahkan kekuatan penuh bukan hal yang bisa dilakukan dengan mudah. Ia paham bahwa kontrol kekuatan gadis di depannya itu sangatlah baik.
Bagai seorang aktris yang mencoba mengelabuhi penontonnya, gadis itu menyerang tanpa keraguan tapi kemudian berhenti sesuai rencana.
"Lumayan."
"Gua ga terlalu paham pedang, tapi gua rasa ini cukup." Kata seseorang yang hampir membunuh orang lain dengan pedangnya.
Dengan senyum merekah di wajahnya, Ashley mengambil sarung pedangnya dari tangan laki-laki itu. Melihat tangan Ashley mengulur ke arahnya, Pemilik Toko terperanjat, mengira Ashley masih ingin melakukan hal buruk lainnya. Wanita itu tertawa sembari memasukan pedangnya kembali ke dalam tongkat.
Setelah meletakkan tongkat barunya ke dalam kotak penyimpanan seperti sebelumnya, Ashley mengambil kaki palsunya untuk diamati.
Terbebas dari ancaman Ashley, Pemilik Toko yang sudah berada di luar meja konter langsung menghampiri Bellena yang tidak sadarkan diri. Saat tangannya hendak menyentuh gadis malang yang diabaikan oleh nonanya tersebut, ia terkejut karena gadis di depannya tiba-tiba terbangun lagi.
Bellena hanya pingsan selama beberapa detik. Ia bahkan tidak bisa pingsan dengan tenang.
Melihat aliran darah yang mulai mengenai kerah baju pria itu, Bellena menjadi panik. Tubuhnya yang lemas karena takut, tiba-tiba kembali bertenaga karena ingin menolong orang lain. Ia bahkan tidak sadar jika ia baru saja pingsan.
Terkadang, gadis oportunis itu juga memiliki sisi baik di hatinya.
Tidak juga.
Ia hanya merasa bertanggungjawab atas perbuatan nonanya. Ia pikir jika ia tidak dapat menutupinya dengan baik, pada akhirnya ialah yang akan menanggung hukuman Ashley. Karena itu ia sangat panik jika Ashley bertindak sembarangan tanpa peduli dengan konsekuensinya.
Niat laki-laki itu menolong Bellena justru malah terbalik. Setelah mengambil kotak P3K, Pemilik Toko menjelaskan mekanisme kaki palsu Ashley sambil diobati oleh Bellena.
Kaki palsu itu berbentuk silinder besar dengan diameter 4 inci. Dipisahkan menjadi 2 bagian, bagian atas kaki kayu tersebut digunakan untuk tempat kaki Ashley dan bagian bawahnya adalah kaki tambahannya. Pada bagian penghubungnya terdapat 2 buah kayu setengah silinder dengan panjang sekitar 12 senti yang di desain khusus untuk mengatur tinggi kaki penggunanya.
Bagian yang digunakan untuk tempat kaki Ashley berbentuk seperti mangkuk dengan busa tebal di dalamnya, agar memberi kenyamanan dan tidak mudah lelah saat memakainya. Namun jika bebannya berlebihan atau pun digunakan lebih dari 12 jam tanpa istirahat, maka akan tetap terasa sakit. Pada bagian ini juga terdapat sabuk kecil yang digunakan untuk mengeratkan kaki Ashley dan kaki palsunya.
Bagian bawah kaki palsu tersebut juga masih terbagi menjadi 2 bagian. 12 senti dari atas masih merupakan bagian penyambung yang dibuat berongga agar dapat memendekan tinggi kakinya sekitar 10 senti. Pada bagian atasnya terdapat gir pengunci untuk mengunci tinggi kaki setelah disesuaikan.
"Bagian ini untuk mengatur tingginya, lalu diputar seperti ini untuk mengunci."
Pengaturan tingginya dibuat untuk menyesuaikan jika Ashley mengenakan sepatu hak tinggi. Namun ketinggiannya hanya bisa diubah hingga 10 senti. Hal itu jelas bukan masalah bagi Ashley yang tidak menyukai sepatu hak tinggi.
Mekanismenya hampir sama seperti pengaturan tinggi kipas angin namun pengunciannya hanya dengan memutar sekitar 80-90°.
"Tekan disini, maka penguncinya akan lepas."
Kali ini pemilik toko sekaligus pembuat kaki palsu itu menjelaskan mengenai bagian utama karyanya. Sama seperti tongkat yang Ashley pesan. Kaki palsu yang ia pesan juga memiliki pisau tersembunyi sepanjang 25 senti.
Pada bagian tumit belakang terdapat tombol kecil yang jika ditekan akan membuka kayu silinder itu dan menampakkan pisau di dalamnya. Sengaja di atur pada bagian tumit belakang agar memudahkan Ashley saat membukanya tanpa harus menggunakan tangan.
Penutup kayunya akan terbuka dari bagian depan, dengan tujuan jika Ashley hendak melakukan serangan tiba-tida, ia tidak perlu menyingkirkan penutupnya terlebih dahulu. Arah mata pisaunya juga mengarah ke depan dan belakang selaras dengan pergerakan sendi kaki. Dengan begitu, ia dapat mengendalikan pisaunya dengan mudah.
Sedangkan untuk memasangnya lagi, Ashley tinggal menutupnya lagi seperti penjepit dan menekan kayu yang berada di bawah tumitnya ke dalam. Kayu itu akan mengunci engsel-engsel pada bagian belakang kakinya. Bagian penutupnya juga otomatis terkunci dengan bagian penghubung kaki saat ditutup.
Ashley menyeringai puas.
"Lo lebih berguna dari yang gua kira."
Tentu tidak mudah bagi pria itu, mendapatkan ide yang tidak pernah terlintas di benaknya. Ia bukan hanya meminta bantuan kakak perempuannya yang adalah seorang pandai besi, kali ini ia juga sampai meminta bantuan pamannya yang seorang tukang kayu.
Ashley memang tidak memberikan tenggat waktu. Namun memahami sifat Ashley yang sangat tidak sabaran, Bellena memberinya waktu 3 hari sebelum nona kejamnya itu berakhir menghancurkan toko milik si Pembuat Tongkat.
Memperhatikan sekeliling, seakan mencari sesuatu, Ashley melihat sebuah sofa di bawah jendela yang letaknya ada di samping kiri pintu masuk. Berniat mencoba produk yang sudah ia tunggu-tunggu, wanita itu berjalan ke arah sofa tersebut dengan membawa kaki kayu itu di tangannya.
Meski terbuat dari kayu dan metal, berat kaki palsu itu terbilang ringan. Sangat ringan malah. Seorang pembuat tongkat memang bukan hanya sekedar penjual tongkat.
Selesai mengobati laki-laki itu, Bellena menyusul dan membantu Ashley memasang kaki palsunya. Celananya cukup longgar sehingga memungkinkan untuk menggulungnya hingga paha.
Dari balik meja konter, pemilik toko itu dapat melihat kaki palsu ala kadarnya buatan Ashley yang ia lepas dan diganti dengan kaki palsu barunya. Kaki palsu yang jauh lebih layak untuk digunakan.
Setelah mengeratkan sabuk pengikat di pahanya, Ashley meminta Bellena untuk segera mengurus pembayaran dengan pemilik toko itu, dan juga memberinya bonus atas kerja bagusnya.
Namun, belum sempat menyelesaikan transaksi mereka, seorang laki-laki muda dengan wajah arogan masuk ke toko itu dan membuat kegaduhan. Meski sebenarnya Ashley lebih parah.
"Dasar b*eng-" Ucapannya terhenti saat menyaksikan toko yang ia datangi sudah cukup berantakan dengan rak dan tongkat yang berserakan karena ulah Ashley.
"Hey b*engsek! Kau mau tokomu ditutup hah!?" Lanjutnya berusaha tidak mempedulikan hal yang ia lihat.
Pria itu berjalan menuju meja konter, melewati belasan tongkat yang terpotong menjadi dua demi menghampiri pemilik toko dan Bellena yang tengah mengurus pembayaran.
Seakan tidak peka, atau mungkin tidak ingin tahu, ia membanting kotak panjang yang ia bawa di atas meja.
"Kau pikir aku tidak tahu kayu mana yang bagus? Kau tahu siapa yang coba kau tipu?"
"Ah, biar saya cek setelah ini. Mohon tunggu sebentar."
"Hah!? Kau bercanda!? Kau tau siapa yang pesan ini kan? Kau berani mengesampingkannya!?"
^^^Bersambung...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments