Cinderella Gila
"Jangan berenti!" Teriak seorang gadis pada gadis lain di depannya.
Dua orang gadis berlari sekuat tenaga dikejar oleh beberapa orang laki-laki. Melewati gelapnya malam dan sepinya jalanan yang biasanya ramai dipenuhi orang, mereka berdua mempertaruhkan nyawanya.
Waktu menunjukan pukul 2 malam, saat dimana kebanyakan orang sudah tertidur pulas. Disaat orang lain menikmati ketenangannya, orang yang lainnya justru tengah melewati ketegangan. Siklus hidup yang sudah sangat wajar, namun membuat beberapa lainnya iri.
Meski telah mengerahkan seluruh tenaga mereka, kedua gadis itu tetap tidak dapat membuat mereka tertinggal. Jarak orang-orang yang mengejar mereka berdua justru semakin dekat.
"Kiri!" Teriak gadis yang berada dibelakang saat melihat ada sebuah gang atar bangunan di depan mereka.
Cukup beresiko, karena tikungan dapat memperlambat dan mempersempit jarak mereka dengan orang-orang yang mengejar mereka. Ditambah, semakin sepi tempat itu, maka akan semakin berbahaya bagi orang yang diserang.
Tepat setelah memasuki gang, gadis yang berada di belakang berhenti seketika dan mengayunkan tongkatnya keluar gang. Ayunan tongkatnya pun mengenai leher orang yang berada tepat dibelakangnya.
Terkejut sambil merasakan sakit, laki-laki itu berhenti tiba-tiba dan membuat orang yang berada di belakangnya menabraknya satu-persatu.
Gadis itu kemudian memanfaatkan momen tersebut untuk membuat jarak di antara mereka.
Orang-orang yang memiliki cukup waktu untuk menghindar, melewatinya begitu saja tanpa menghiraukan temannya yang kesakitan dan fokus mengejar para gadis itu.
Bukannya tidak peduli, mereka percaya bahwa temannya akan baik-baik saja, dan lagi, jika gadis itu tertangkap, mereka akan lebih leluasa untuk membalasnya.
Cukup lama mereka berlari. Saat gadis yang berada di depan fokus berlari, gadis yang berada di belakangnya melakukan berbagai hal untuk memperlambat pergerakan orang-orang yang mengejarnya.
Nafas gadis itu memendek, tenaganya hampir terkuras habis. Ia khawatir jika terus begini, hanya masalah waktu bagi mereka untuk tertangkap dan ia tidak akan sanggup melakukan perlawanan karena sudah kelelahan.
Cukup dalam mereka memasuki gang itu, namun bukannya jalan keluar, mereka justru disambut oleh tembok-tembok bangunan yang memutup semua akses kecuali jalan mereka masuk.
Tidak ada satu pun persimpangan jalan sejak mereka memasuki gang kecil itu. Sedari awal, gang itu memanglah jalan buntu.
Panik sekaligus putus asa tergambar jelas di raut wajah gadis yang memimpin jalan. Apakah hanya sampai disini pelarian mereka? Rasa sesal yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya mulai bermunculan di benaknya kurang dari 1 detik.
Ia merasa telah menyia-nyiakan waktunya selama ini. Ia sangat tidak puas dengan kehidupannya karena masih belum melakukan yang terbaik. Perasaan menolak kematiannya semakin meningkat setiap milidetik.
Air matanya mengalir di kedua pipi. Batinnya berteriak,
'Aku tidak ingin mati!',
sambil menengok ke belakang seakan ingin membuat orang-orang yang mengejarnya memahami dan mengampuni nyawanya.
Slash!
Darah segar terciprat di sepanjang dinding di sisi kanan gadis yang sedari tadi berada di belakangnya.
Matanya terbelalak menyaksikan kengerian yang terjadi tepat di depan matanya, yang hanya berjarak sekitar 3 meter dari tempatnya berdiri.
Ia dapat menyaksikannya dalam pergerakan lambat, saat dimana pedang itu baru saja menebas seseorang, dan aliran darah yang mengalir ke atas menuju ujung mata pedang kemudian berakhir di dinding.
Bukan darah dari gadis di depannya yang terlukis di sana, melainkan darah dari salah satu orang yang mengejar mereka. Saat kesadaran dirinya kembali, kecepatan matanya juga sudah kembali normal.
Salah seorang yang lain, yang berada di belakang laki-laki yang terluka itu, menghunuskan pisaunya untuk melakukan serangan tiba-tiba dari sela lengan temannya. Namun gadis itu dapat menghindarinya dengan mudah dan mengayunkan kembali pedangnya, memotong tangan yang berada tepat di depannya.
Begitu mudah dan tanpa belas kasih.
Darah tersimbur keluar dari potongan lengannya diiringi dengan teror yang tergambar di wajahnya. Sebelum semburan darah sempat mengenai gadis itu, ia menendang mereka berdua menjauh.
Laki-laki itu berteriak kesakitan sambil memegangi tangannya, membuat teman-teman satu komplotannya merinding.
Mereka langsung mengeluarkan pisau dan pedang mereka. Salah seorang temannya berusaha menghentikan pendarahan mereka berdua dan kemudian mengajaknya pergi untuk mendapatkan perawatan lanjutan.
Gadis itu tidak punya pilihan lain selain membiarkannya pergi karena ada dua orang lain yang menghadangnya.
"Mati kau, s*alan!"
Orang yang membawa pedang mulai melancarkan serangannya, selagi orang yang satunya bergerak kesamping berniat mengepung. Gadis itu melangkah mundur untuk menjaga jarak sembari mengawasi orang yang membawa pisau.
"Kalo harus mati,"
Gadis itu menangkis serangan berikutnya dan mendorong pedangnya menjauh. Dengan cepat gadis itu kemudian mempersempit jarak mereka dalam satu langkah, membuat laki-laki dengan pedang panjang itu tidak bisa menyerang dan langsung menikamkan pisau tepat di leher laki-laki itu. Pisau yang ia ambil saat memotong tangan salah satu temannya.
"Gua mending mati di dunia gua sendiri." Lanjutnya sambil mencabut pisau dari leher orang itu.
"Lo pikir gua mau kejebak disini?"
Namanya Ashley, bukan orang baik-baik dan tidak berniat menjadi orang baik. Karena satu dan beberapa hal, ia terjebak di dunia era kerajaan yang memiliki beberapa kesamaan dengan dunianya.
Namun permasalahannya adalah, jiwanya memasuki tubuh seseorang yang ditakdirkan mati dalam waktu dekat. Lucunya lagi, orang itu adalah salah satu tokoh di dalam novel.
Sebuah novel politik pemberian ibunya, yang bahkan ia tidak ingat judulnya. Novel yang menceritakan mengenai seorang laki-laki bernama Klaus mendapatkan tahta tertinggi dari persatuan kerajaan dengan kelicikan dan kemampuannya. Novel yang sangat tidak dianjurkan untuk dibaca oleh anak dibawah umur.
Dalam novel itu disebutkan bahwa Ashelia, tubuh yang saat ini ia rasuki, akan mati pada usia 21 tahun, yang adalah usianya saat ini, dikarenakan perselisihan antara faksi barat dan timur. Hal itulah yang akhirnya membuat Klaus harus melawan salah satu temannya sendiri.
Tentu Ashley tidak peduli dengan permasalahan Klaus atau antar faksi. Ia hanya ingin kembali ke dunianya.
Masalah lainnya adalah, ia dipanggil melalui sebuah ritual terlarang dimana ia harus membalaskan dendam si pemanggil agar bisa kembali ke dunianya.
Bukan hanya tidak mengetahui siapa target balas dendamnya, ia juga dipojokan oleh waktu. Selagi mencari tahu siapa targetnya, Ashley juga harus berusaha menghindari kematiannya.
Salah satunya adalah kematian Putri Kalia, gadis yang saat ini bersamanya. Karena dugaan balas dendam akibat sering dibuli, kematian Kalia akan membuat Ashelia menjadi tersangka utama dan membuatnya berakhir dijatuhi hukuman mati.
Meski didalam novel Ashelia mati saat melarikan diri dari hukumannya, dieksekusi juga tetap berarti mati. Semua hanya masalah waktu, mana yang lebih dulu ia temui.
Karena itu, meski tidak menyukai Kalia, Ashley harus menolongnya menghindari kematian.
"Nunduk!" Teriak Ashley.
Kalia langsung meringkuk sambil menutup matanya. Kedua tangannya memeluk kepalanya seolah melindungi dirinya dari sesuatu dan membiarkan pedang Ashley menebas kepala orang yang hendak menjadikannya sandra.
"Dengerin kalo gua lagi ngomong, anj*ng."
Kalia membuka matanya saat mendengar suara sesuatu terjatuh di dekatnya. Betapa kagetnya saat ia mendapati potongan kepala tergeletak di depannya.
Seketika Kalia memuntahkan semua isi perutnya. Ia terus mutah hingga kepalanya terasa sangat sakit. Ashley menendang kepala orang itu menjauh, khawatir jika gadis lemah itu akan mati karena muntah berlebihan.
^^^Bersambung...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Hasan
datang2 sudah dikasih adengan bantai membantai
2022-09-15
1
lazy
suka aku yang kayak gini👍
2022-06-24
2
zida_mufida
mampir n masih mantau ceritanya ....semoga menarik.....😊😊
2022-06-16
2