Dengan pemikiran bahwa dua orang wanita itu hanyalah orang bodoh yang iri terhadap Marion dan ingin menyingkirkannya, orang-orang di sana berusaha memeras habis semua yang mereka punya.
Serangan pembalasan yang diawali oleh kembalinya kepercayaan diri Bellena, membuat mereka lebih waspada. Melihat gerakan cepat Ashley dan ketenangan ekspresinya, mereka paham gadis itu bukanlah amatir.
Ashley berusaha untuk tidak membunuh siapapun, agar tidak memprovokasi mereka lebih dari yang dibutuhkan.
Wanita itu kemudian berjalan kembali ke sisi Bellena setelah mengambil pisau yang ia lempar. Mereka berusaha menjaga jarak darinya setelah melihat aksi singkat itu.
Orang-orang itu memang sudah terbiasa dengan hal semacam ini. Namun karena terlalu terbiasa itulah, insting mereka bekerja dengan baik. Entah kemampuan apa yang wanita itu miliki, mereka hanya merasa seperti melihat sesuatu yang lebih besar dan ganas pada aura yang Ashley pancarkan.
Setelah kejadian singkat itu, pikiran mereka telah sedikit tercerahkan. Pria yang sedari tadi hanya melihat dari meja konter juga mulai tertarik dengan wanita pirang itu. Bellena kemudian melanjutkan urusan mereka.
"Total 500 koin untuk nyawa Marion Midgraff. Kuambil 100 sebagai kompensasi. Sepakat?"
Tidak jelas siapa yang mengambil dari siapa, dan siapa yang butuh kompensasi dari siapa. Intinya, total 500 koin emas ya atau tidak sama sekali.
Orang-orang yang terkena serangan Ashley kembali ke posisi mereka sambil menahan rasa sakit. Mereka tidak lagi meminta hal lebih dan merasa cukup dengan uang yang ditawarkan.
"Boleh kutanya satu hal? Kau punya orang sepertinya, kenapa masih menyewa orang lain?"
"Karna pekerjaan gua lebih sulit, dungu." Jawab Ashley tanpa menunggu Bellena.
"Kau merasa takut dengan resikonya, sekarang?" Tanya Bellena kepada orang itu.
"Haha, resiko adalah bagian dari hidup kami. Hanya mengantisipasi jika ini adalah jebakan."
"Konyol sekali. Daripada memberimu uang untuk menjebakmu, lebih baik aku menjebak Marion, kan?" Jawab Bellena mencoba menampik asumsi mereka.
Laki-laki itu tertawa mendengar jawaban Bellena yang cukup masuk akal.
"Lalu kau ingin misinya dijalankan seperti apa?"
"Kuserahkan itu padamu. Kalian yang lebih tahu. Yang kuinginkan hanya kematian Marion."
Bellena kemudian membagikan informasi mengenai Marion yang akan pergi ke luar wilayah Lozan dalam beberapa hari ke depan kepada mereka. Informasi mengenai lokasi yang akan ia lewati, dan dua orang yang akan menemaninya, pelayan pribadinya dan seorang kesatria.
Selagi Bellena menjelaskannya, mata Ashley memperhatikan setiap orang yang tidak berada di dalam kerumunan itu. Orang-orang yang terlihat tidak tertarik dengan negosiasi Bellena. Saat matanya menelusuri setiap sudut ruangan, pandangannya bertemu dengan salah seorang laki-laki yang duduk di dekat jendela.
Binggo!
Ashley menemukan orang yang sebenarnya ia cari. Mereka dapat memahami satu sama lain hanya dari tatapan itu. Orang yang menyadari trik tipuannya dan tahu apa yang sedang wanita itu cari. Ia bahkan tahu bahwa Ashley lah pemimpin sebenarnya di antara mereka. Orang itu lah yang akan menerima misi Ashley yang sesungguhnya.
Ashley mengatakan ia hendak ke kamar kecil, dan Bellena menganggukan kepalanya.
"Kau yakin mau meninggalakan nonamu sendirian?"
Bellena sedikit menyesal karena mengangguk begitu saja. Ia hampir memanggil nonanya untuk kembali namun tidak berani.
"I won't try if I were you. Lo pikir gua mau ngikutin orang yang ga punya kemampuan?" Jawabnya sambil terus berjalan meninggalkan mereka.
Setelah mendengar ucapan Ashley. Mereka terdiam sejenak, kemudian melanjutkan pembicaraannya. Kali ini, mereka menjadi lebih berhati-hati saat berbicara dengan Bellena.
Melihat Ashley berjalan menuju toilet, laki-laki yang duduk di dekat jendela kemudian bangkit dari kursinya dan pergi mengikutinya. Hanya ada satu toilet di sana, cukup jelas dimana mereka akan bertemu
Pria yang sedari tadi memperhatikan Ashley juga menyadari pertemuan yang akan mereka lakukan. Ia beranjak dari meja konter menuju toilet. Mendengar percakapan mereka lirih, ia berhenti di depan pintu dan mendengarkan.
"Meski orang asing tapi bahasa Durmanmu cukup bagus." Ucap laki-laki itu dari dalam toilet.
Kemungkinan, seluruh orang yang ada disana berasumsi bahwa Ashley adalah orang asing karena cara bicaranya yang sedikit berbeda dan ia juga menggunakan bahasa asing yang tidak mereka mengerti. Namun, orang yang sedang mendengarkan percakapan mereka secara diam-diam itu, mampu memahami ucapan Ashley dalam bahasa Inggris.
"Jadi?" Tanya laki-laki itu menanyakan rencana Ashley yang sebenarnya.
"Lo cuma perlu mantau mereka. Seberapa kuat orang yang pergi bareng Marion. Berhasil atau gagal buat ngebunuh Marion, gua ga peduli. Laporin ke gua kalo ada orang yang ngebackup Marion."
"Ngebekap?"
"...nolong."
"Oh. Oke."
Hanya tes. Ini semua adalah rencana untuk mengetes sekutu Marion. Untuk memancing mereka keluar dan mengetes kemampuan mereka sekaligus mengetes seberapa kuat kesatria pemberian Vincent. Orang-orang yang kini dikumpulkan oleh Bellena, hanyalah kelinci percobaan Ashley.
"Dateng ke sini minggu depan. Gua juga tulis jamnya. Lo punya waktu 30 menit atau gua anggep gagal."
"1000 buat hasil laporan lo."
Penawaran yang ia berikan sangatlah menggiurkan. Sebagai uang muka, Ashley memberinya sebuah kalung permata dengan nilai jual sekitar 180 koin emas. Satu-satunya kalung yang ia sisihkan saat menjual semua perhiasan Ashelia.
"Itu peninggalan turunan keluarga gua. Kalo lo bawa ke gua lagi, gua kasi bonus 200."
Laki-laki itu memperhatikan permata itu dengan seksama. Ia sudah biasa menjual perhiasan yang ia dapat dari hasil rampasannya. Hanya dengan melihatnya saja, ia tahu kalung itu memang bernilai jual tinggi.
Setelah menyepakati perjanjian mereka, laki-laki itu hendak pergi terlebih dahulu namun lagkahnya ditahan oleh Ashley. Wanita itu merasa bahwa seseorang sedang berdiri di depan pintu.
Ashley membuka pintunya secara tiba-tiba dan menendangnya dari dalam. Laki-laki itu dapat menghindari tendangan Ashley tepat waktu, namun tangan wanita itu langsung meraih mantelnya dan menariknya.
"T-tunggu dulu! Apa salah saya!?"
Ashley berhenti setelah mendengar ucapan laki-laki itu.
"Saya cuma mau ke toilet."
Ekspresinya terlihat seperti orang yang tiba-tiba dijadikan tersangka pembunuhan. Ashley tidak ingin orang lain mengetahui rencananya, namun laki-laki itu mungkin memang baru saja datang. Membunuh seseorang di sini juga bukanlah ide bagus.
Ashley kemudian melepaskannya dan pergi. Laki-laki yang melakukan perjanjian dengannya merasa sedikit kagum. Ia pun kembali ke tempat duduknya dengan perasaan senang karena mendapat misi mudah dengan bayaran melimpah.
Rasa senang juga menyelimuti laki-laki yang Ashley lepaskan. Sekali lagi, Ashley membuatnya kagun. Bukan hanya kemampuannya, cara pikirnya, namun insting wanita itu juga bagus. Hanya saja, Ashley gagal menangkap laki-laki itu karena hal-hal yang harus ia pertimbangkan.
Sambil terduduk di depan pintu masuk toilet, laki-laki itu menutup wajahnya dengan tangan, tidak bisa menahan senyuman yang merekah. Tidak pernah ia merasa sangat tertarik dengan seorang wanita hingga membuatnya gemetar karena begitu senang.
Disibaklah rambut coklat gelapnya ke belakang. Sambil menatap cahaya lampu remang-remang di atasnya, ia berpikir.
"Marion Midgraff? Kenapa Midgraff?"
^^^Bersambung...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments