Ashley dan Bellena sedang dalam perjalanan pulang sehabis mengambil pesanan mereka. Bellena masih mencoba menenangkan diri setelah melihat nonanya menantang seseorang yang namanya sangat familiar di telinganya.
'Tidak akan ada masalah, semua akan baik-baik saja. Tuan Ristoff akan mengabaikan Nona seperti biasanya.'
Batinnya dalam hati berusaha meyakini hal yang sangat tidak memungkinkan untuk terjadi.
"Lo tau Marion nyiksa majikan lo?" Tanya Ashley yang sedikit pun tidak mengkhawatirkan identitas Ristoff.
"I-iya. Semua pekerja di kediaman juga mengetahuinya."
Seketika, tangan Ashley mencengkram leher Bellena yang duduk di depannya dan menariknya mendekat.
"Kenapa ga bilang? Lo mau gua disiksa, hah?"
"T-tidak, Dewi! Jika itu Anda, hamba pikir Anda akan baik-baik saja."
Ashley mengeratkan cekikannya membuat wajah Bellena mulai terasa terbakar.
"Bukan berarti lo ga perlu bilang, s*alan."
"M- af- amba-" Bellena berusaha memohon ampun meski suaranya tidak jelas akibat aliran udara di tenggorokannya terhambat.
Ashley melepaskan cekikannya, membiarkan gadis itu kembali bernapas. Ia terbatuk beberapa kali, merasakan tenggorokannya seperti masih tercekik.
"Gua lebih suka nyerang duluan daripada diserang duluan, ngerti?"
Bellena mengangguk cepat memahami kesalahan yang telah ia perbuat. Sesederhana itulah kesalahan yang dibuat Bellena. Namun bagi seseorang dengan posisi sebagai ketua organisasi mafia, penundaan informasi seperti itu dapat menjadi hal yang sangat fatal.
"Sekarang tinggal nyingkirin si Ibu Tiri, and it'll be happy ending."
Mendengar ucapan Ashley, Bellena bergidik merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi. Bukan karena Marion akan dibunuh, melainkan cara Ashley menyingkirkan Marion mungkin bisa membuat Bellena berakhir di meja eksekusi.
Spontan ia menentang Ashley untuk bertindak terburu-buru. Bellena menanyakan apakah Ashley yakin 100% bahwa targetnya adalah Marion, dan tentu saja tidak, Ashley bahkan sangat meragukan bahwa Marion adalah target balas dendam Ashelia.
Tapi ia tidak peduli, ia hanya perlu mencobanya, kemudian membungkam orang-orang rumah tentang hal itu. Ketidak sabarannya memang membuat keputusannya diambil sedikit terburu-buru.
Bellena mencoba menakut-nakuti Ashley dengan mengatakan bahwa kemungkinan Marion memiliki orang lain yang mendukungnya dari belakang. Mungkin saja orang itu adalah salah satu faksi yang melawan faksi mereka dan berniat mengendalikan keluarga Ristoff dengan mengirimkan Marion.
Ashley pun sudah memperkirakannya, namun ia tetap ingin melakukannya. Ia beranggapan bahwa ia tinggal menginterogasi Marion dan membuatnya mengaku sebelum membunuhnya. Ashley sudah terbiasa dengan hal ini.
Namun, benar jika ia pun akan dalam bahaya kalau Marion ternyata bukanlah targetnya. Ia tidak memiliki koneksi dengan siapapun yang bekerja di bidang hukum untuk membersihkan perbuatannya.
Ashley berpikir, apakah ia benar-benar harus melawan semua orang itu sendirian? Ia bahkan tidak tahu kemampuan mereka.
Meski Ashley mampu melawan beberapa orang sendirian, hal itu tetaplah tindakan ceroboh yang sangat berbahaya dalam prakteknya. Ia tidak ingin mati konyol hanya karena tidak bisa membaca batasannya sendiri.
Melihat sedikit keraguan di mata Ashley, Bellena memperbanyak alasannya. Ia mengatakan bahwa Vincent juga sangatlah peduli terhadap Marion, hal itu dapat membuat Ashley ketahuan jika berniat membunuh Marion tanpa perencanaan yang matang.
Ashley tidak pernah benar-benar memperhatikan setiap gerak gerik Vincent. Ia tidak sadar akan fakta itu. Ia berpikir sejenak mengenai apa yang akan terjadi jika ia ketahuan membunuh wanita kesayangan papanya.
Bulu kuduk Ashley berdiri, wajahnya sedikit memucat. Ashley langsung memalingkan wajahnya dan mengurungkan niatnya untuk membunuh Marion di dalam rumah.
Bukan tindakan Vincent yang ia bayangkan, melainkan tindakan papanya di dunia nyata.
Tidak masalah jika Marion memang benar targetnya. Kemungkinan hanya Bellena yang akan menanggung kejadian setelahnya dan Ashley kembali ke dunianya. Namun jika salah, maka ia juga harus menanggungnya.
Melarikan diri atau pun bersembunyi dari papanya adalah hal paling mustahil, dan Ashley masih beranggapan bahwa Vincent adalah papanya.
Senyap. Hanya suara bagian kereta kuda yang saling bergesekanlah yang dapat terdengar. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut kedua gadis itu. Bellena kemudian mulai menurunkan ketegangan dalam dirinya. Ia merasa lega berhasil memperpanjang usia hidupnya sedikit lebih lama.
"Lo main-main sama gua?" Ucap Ashley tiba-tiba, membuat semua otot Bellena kembali menegang.
Ia menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Saya tidak bermaksud mempermainkan Anda, saya tidak akan berani melakukan hal seperti itu!"
'Saya hanya ingin hidup lebih lamaa!' Teriaknya dalam hati.
Ashley tidak memberikan respon sama sekali. Seolah ia mengabaikan gadis itu. Ashley paham betul mengapa Bellena mengatakan semua itu. Lalu entah bagaimana, alasan-alasan yang diberikan oleh Bellena mampu membuat Ashley menjadi lebih tenang.
Ia tidak lagi merasa terburu-buru.
Setelah pikirannya tenang, Ashley menjadi lebih rasional dalam mengambil keputusan.
Sebelumnya, ia menjadi bersemangat setelah mendapat senjata untuk mengakhiri hidup ibu tiri Ashelia. Namun kini, hal yang harus ia lakukan terlebih dahulu adalah, memastikan apakah Marion benar adalah target Ashelia.
Mereka harus terus mengamati Marion. Mencari tahu siapa saja koneksi yang ia punya, dan membiarkannya berulah untuk melihat apa sebenarnya rencana Marion.
Paling tidak 80%. Sebelum akhirnya Ashley memutuskan apakah ia harus membunuh Marion atau tidak.
...****************...
Setelah sampai di kediaman mereka, Ashley dan Bellena merundingkan tentang rutinitas kegiatan Marion.
Marion sangat menyukai bersosialisasi. Meski ada beberapa yang mencibirnya karena latar belakang dan keadaannya, Marion tetap suka berkumpul dengan banyak orang.
Karena itu, koneksinya sangatlah banyak. Tidak bisa dibedakan dengan mudah apakah mereka hanya teman atau rekan politik dalam menjalankan misinya.
Hambatan selanjutnya adalah Marion memiliki satu pelayan pribadi, namun orang itu juga tidak pernah membicarakan tentang Marion kepada pelayan yang lain. Meski hanya sekitar 2 tahun mengenal Marion, ia telah menjadi pelayan yang sangat setia kepada wanita itu. Entah apa yang membuatnya begitu setia, melihat perilaku Marion kepada Ashelia pun tidak ada baik baiknya.
Saat meninggalkan kediaman, Marion akan dikawal oleh seorang kesatria, anehnya, hanya satu orang kesatria itu yang selalu mengawal Marion.
Dari rumor yang Bellena dengar juga, kesatria itu adalah salah satu kepercayaan Vincent yang dihadiahkan kepada Marion. Karena itu, kemampuannya tidak perlu diragukan lagi.
Ashley berpikir sejenak. Ketiga hal ini cukup menghalanginya dalam membuktikan bahwa Marion adalah mata-mata, namun jelas Ashley mencurigai mereka bertiga.
Ia merasa ia harus mengetes mereka, dan melihat bagaimana respon mereka. Hanya untuk memastikan apakah mereka memang menyembunyikan sesuatu.
Pembicaraan mereka berdua berhenti disitu, saat seseorang mengetuk pintu kamar Ashley.
"Waktunya makan siang, Nona." Kata seorang wanita dari balik pintu.
Ashley bangun dari kursinya, sambil membawa tongkat barunya, Ashley dan Bellena pergi ke ruang makan.
Saat sebelum memasuki ruang makan, Ashley bertemu dengan wanita berperawakan besar yang pernah menantangnya sekali. Ia menundukan kepalanya dan menyapa Ashley sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh nonanya.
Ia hanya tidak tahu, jika permasalahan yang ia pikir sudah terselesaikan akan terangkat kembali.
^^^Bersambung...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Hasan
ini bellena jgn2 kelamaan sifat nya pasti akan ikut kek si ashley dah🤣🤣 lama kelamaan ketakutannya akan mengubah sifatnya kl tinggal lama sama si ashley
2022-09-16
2