Matahari telah lama terbenam. Seorang pria memasuki salah satu bar di daerah pemukiman kumuh.
Beberapa kepala menoleh ke arahnya sebelum kembali mengabaikan pria itu.
Tempat itu dipenuhi oleh laki-laki bertubuh besar dan wajah menakutkan. Bau alkohol bercampur dengan bau keringat membuat tempat itu bukanlah tempat yang baik untuk bersantai.
Pria itu duduk di depan meja konter dan memesan minumannya. Bartender sekaligus pemilik bar itu mengetahui siapa pria di depannya. Ia memang beberapa kali datang ke bar itu dengan alasan tertentu.
Meski mengetahui identitas asli pria itu, pemilik bar tidak merasa terganggu. Kedua laki-laki itu masih saling membutuhkam satu sama lain. Sehingga mereka memutuskan untuk tidak mengganggu urusan satu sama lain.
Tanpa adanya niat saling menjatuhkan meski memegang kartu milik lawannya, hubungan kerja sama mereka pun terjalin tanpa adanya sebuah perjanjian di bawah nama hukum.
Kegunaan lain dari bar itu adalah sebagai tempat berkumpul orang-orang yang mau dibayar untuk melakukan pekerjaan kotor. Hal itulah yang menjadi alasan utama orang-orang datang kesana.
Dengan dukungan dari beberapa pihak berpengaruh, meski identitas asli bar itu telah menjadi rahasia publik, eksistensinya tetap terjaga hingga saat ini.
Singkatnya, itu adalah tempat berkumpulnya penjahat.
Saat pria itu sedang fokus mendengarkan pembicaran mereka, sambil diam-diam mengamati satu-persatu orang disana, ia melihat dua orang wanita memasuki bar itu.
Semua orang berhenti bicara dan memusatkan perhatian mereka kepada dua wanita yang berjalan ke tengah bar.
Orang dengan wajah asing datang untuk memberikan pekerjaan bukanlah hal baru. Namun lain ceritanya jika wanita yang datang langsung ke sana. Bahkan mereka terang-terangan menarik perhatian semua orang, bukannya membicarakan urusannya dengan hati-hati agar tidak ada orang lain yang tahu.
Bodoh? Ceroboh? Kesalahan pemula? Orang-orang yang berkumpul di sana mulai meremehkan kedua wanita itu dan menaggap pekerjaan yang akan mereka berikan juga tidak kalah bodohnya. Hanya dua orang anak nakal yang tidak tahu bagaimana keadaan dunia di luar rumah mereka.
Ashley memang sengaja melakukan hal itu untuk menyebar informasinya ke telinga sekutu Marion atau orang yang mengenal sekutu Marion, yang mungkin, saat itu berada di sana.
Seorang wanita yang terlihat seperti pemimpin dari keduanya meletakan sekantung uang di atas meja.
"100 koin emas."
100 koin emas bukanlah jumlah yang sedikit. Bahkan kaki palsu Ashley dihargai 45 koin emas dan tongkatnya 23 koin emas.
Telinga mereka langsung terbuka, mencoba mendengarkan pekerjaan apa yang akan mereka terima dengan uang muka 100 koin emas.
"Tambah 200 jika bisa menyingkirkan Countess wilayah Lozan." Ucap wanita berambut coklat gelap yang penampilannya seperti seorang bangsawan.
Pria yang duduk di meja konter itu melirik mereka berdua setelah mendengar siapa target mereka.
Pemimpin mereka memakai jubah untuk menyamarkan penampilannya, namun masih bisa dilihat sekilas bahwa gadis itu mengenakan gaun mahal. Terlebih lagi jumlah uang yang coba ia pakai. Tidak mungkin jika ia bukan dari keluarga bangsawan atau seorang putri saudagar kaya.
Meski 300 koin emas merupakan jumlah yang sangat banyak, itu tetaplah jumlah yang sangat sedikit untuk menggantikan nyawa seseorang.
Seharusnya.
Namun, orang-orang disana memang sering mendapat pekerjaan semacam itu. Bukan hanya berusaha menyelesaikan misi, mereka juga masih harus berebut dengan orang lain. Tidak ada yang peduli dengan siapa target mereka. Hanya uanglah yang menjadi tujuan mereka.
"Hei Nona, 300 tidak cukup, setidaknya 600. Kita bicara soal Countess disini, kan?"
'Bukankah 600 juga jumlah yang kecil untuk nyawa seseorang?' Batin pria yang hanya duduk mengamati dari jauh.
"Ya!"
"Benar!"
Sambung mereka mencoba mengelabuhi kedua wanita yang mereka pikir seorang pemula itu.
"Kita buat 600 kalau begitu."
Ashley sudah memperkirakan keserakahan orang-orang itu sebelumnya. Tidak peduli seberapa banyak mereka minta, setuju. Itu rencana Ashley. Lagi pula, semakin banyak yang berpartisipasi semakin bagus.
Mereka tidak tergabung dalam satu kelompok besar. Baik individu atau kelompok yang berhasil menyingkirkan Marion, berhak merebut 100 koin emas itu dan mendapat tambahan 500 koin emas lagi. Kemudian, jika pada akhirnya mereka tidak mau membaginya dengan non-anggota saat berhasil menjalankan misi, mereka akan saling membunuh.
Kegaduhan terdengar dari mereka yang bersemangat karena akan mendapat uang banyak. Seakan tidak pernah puas, setelah menyadari seberapa mudah gadis itu dikelabuhi, orang-orang di sana akan menjadi lebih serakah.
"Kau tau peraturannya kan?" Ucap salah seorang dari mereka setelah mengambil uang di meja itu.
"Peraturan?" Tanya gadis itu balik.
"Kau tahu, untuk meningkatkan tingkat keberhasilan. Mereka biasa memberikan seorang wanita sebagai penyemangat"
Wajah gadis itu memerah. Ia tidak tahu bagaimana harus merespon kata-kata itu. Tentu saja itu adalah peraturan yang sebenarnya tidak pernah ada.
"Bagaimana dengan si cantik yang ada di sebelahmu?"
Ia merujuk pada gadis berambut pirang yang beberapa senti lebih tinggi dari si gadis berambut coklat.
Gadis itu terlihat seperti penjaga pribadi si Gadis Kaya. Ia mengenakan setelan kemeja dan celana, dengan tambahan pelindung badan ringan yang terbuat dari kulit.
Ia hanya berdiri diam tanpa memberi respon. Bahkan ekspresi kakunya tidak berubah sama sekali, berbeda dengan gadis yang melakukan negosiasi, yang mulai kebingungan dengan hal yang tidak ada di dalam rencana mereka.
"I-itu,"
Bellena tidak tahu harus menjawab apa. Ia khawatir jika menolaknya akan menggagalkan rencana mereka. Ashley jelas akan menyalahkannya jika rencana mereka gagal. Namun, ia juga tidak bisa mengiyakan hal itu.
Ashley melirik Bellena yang mulai terbata-bata. Hal itu semakin membingungkan Bellena. Ia tidak tahu apa yang Ashley pikirkan saat ini, iya atau tidak?
Lo cuma perlu mikir kalo lo yang berkuasa.
Bertindak layaknya seseorang yang memiliki kendali penuh atas segala situasi. Hal yang akan Ashley lakukan jika ia berada di posisi Bellena.
Ia menyadari bahwa tatapan Ashley bukan menunggu jawaban iya atau tidak. Namun karena ia mulai lupa akan perannya, karena Bellena mulai kehilangan kepercayaan dirinya.
Seorang laki-laki kendak merangkulkan tangannya di pundak Ashley.
"Berani sekali." Ucap Bellena lirih namun cukup keras untuk didengar orang dengan jarak satu meter di sekelilingnya.
Ashley memegang tangan orang itu sebelum ia menyentuh pundaknya. Ia berbalik ke arah yang berlawanan sambil memutar pergelangan tangan orang itu keluar.
"Serakah juga ada batasnya." Lanjut Bellena.
Ashley melangkah maju satu langkah untuk mengambil pisau yang ia lihat di pinggul belakang laki-laki itu sekaligus mematahkan pergelangan tangannya.
"Aargh!"
Ia kemudian membalikan meja bundar satu kaki yang ada di depan Bellena. Membuat laki-laki yang bernegosiasi dengannya spontan mundur.
Dengan menginjak bagian kaki meja sebagai tumpuan, Ashley memanjat ke sisi meja mengejutkan laki-laki itu dan kemudian lompat ke arahnya. Lutut kirinya mendarat tepat di wajah laki-laki tersebut, mematahkan beberapa gigi depannya.
Semua orang yang ada di belakangnya menghindar ke samping menjauhi Ashley. Ashley langsung berbalik setelah mendaratkan kakinya ke lantai, melihat apakah ada yang datang ke arahnya. Kurang dari 2 detik, ia melemparkan pisau di tangannya ke lantai di belakang Bellena. Menghentikan langkah seseorang yang beniat mendekati Bellena.
"Don't try any funny business." Ucap Ashley.
^^^Bersambung...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments