Sederet pelayan berjajar di depan pintu utama, membuat barisan di kiri dan kanan. Pintu kereta kuda yang berada tidak jauh dari mereka terbuka menampakkan kaki yang melangkah keluar.
Seorang laki-laki paruh baya dengan tubuh tinggi gagah keluar dari kereta tersebut. Semua pelayan itu pun membunggkukkan badan mereka.
"Selamat datang kembali, Tuan dan Nyonya."
Sambut Kepala Pelayan yang sudah menggu didepannya.
Pria itu sedikit membalikkan badannya, mengulurkan tangannya yang kemudian disambut oleh seorang wanita yang juga berada di dalam kereta yang ia tumpangi. Dengan anggun wanita tersebut melangkah keluar dari kereta.
Dengan senyuman hangat pria berkharisma itu membalas sambutan mereka.
Ia dan istrinya kemudian berjalan memasuki kediamannya yang telah ia tinggalakan seharian penuh ini. Kepala Pelayan mengikuti langkah mereka dari belakang bersama beberapa kesatria yang bertugas menjaga mereka saat berada di luar ruangan.
Saat memasuki aula masuk, pasangan itu dikejutkan oleh hal yang tidak biasanya terjadi. Dari pelayan yang tidak mengikuti penyambutan di luar, juru masak, hingga para pekerja yang bekerja di luar ruangan, memenuhi seluruh ruangan untuk menyambut mereka.
"Selamat datang kembali, Tuan dan Nyonya." Sambut mereka semua bersamaan.
Biasanya, ia hanya mendapat sambutan di luar oleh para pelayan, namun kini seluruh pekerjanya menyambut kembalinya mereka. Kepergiannya bahkan tidak selama itu hingga harus heboh seperti ini. Tentu itu bukanlah inisiatif yang akan dipikirkan oleh para pekerjanya.
Dari keseluruhan orang yang berdiri di hadapan mereka berdua, hanya satu orang yang tidak membungkukkan badannya. Seorang wanita muda yang sangat familiar baginya.
Bukan karena gadis itu tidak membungkuk, pasangan suami istri itu lebih terkejut dengan kehadiran putrinya disana. Terlebih lagi, ia berdiri dengan kedua kakinya. Mereka berdua dibuat tidak bisa berkata-kata olehnya.
Namun, bukan hanya mereka, Ashley juga dibuat terkejut dengan sosok laki-laki yang ada di hadapannya.
Ashley sengaja berdiri di bordes tangga untuk secara tidak langsung membuatnya menempati posisi tertinggi di rumahnya. Hal itu tentu akan menyinggung Vincent, ayah Ashelia yang adalah kepala keluarga Midgraff.
Ashley sengaja melakukannya karena ingin menekankan bahwa ia tidak akan tunduk pada siapapun kecuali satu orang.
Namun siapa sangka, pria yang hendak ia permainkan, memiliki paras dan perawakan yang sama dengan papanya. Satu-satunya orang yang dapat membuatnya tunduk.
Dengan cepat, Ashley berjalan menuruni tangga. Ia berjalan melewati para pekerja yang ia kumpulkan dan berhenti di depan Vincent.
90°,Ashley membungkukkan badannya 90°. Hal ini bukanlah cara seorang putri bangsawan menyapa seseorang. Hal ini hanya dilakukan oleh pekerja atau pun rakyat jelata.
Tentu pekerja yang masih membungkukkan badannya tidak menyadari hal itu. Mereka bahkan tidak berani mencuri pandang karena takut Ashley akan menghukumnya.
Lain halnya dengan Kepala Pelayan dan kesatria yang ada di belakang Vincent. Mereka sangat terkejut dengan apa yang mereka lihat. Terlebih, Kepala Pelayan, yang sudah menyaksikan betapa menakutkannya Ashley.
"Selamat datang kembali, Count!" Sambut Ashley kepada Vincent.
Ashley biasanya memanggil papanya dengan sebutan Ketua, namun posisi Vincent adalah seorang Count yang mana membuat Ashley memilih memanggilnya Count di sini.
Meski terdengar aneh, bagi Ashley yang tidak mengerti tata cara kehidupan bangsawan, memanggil gelar papanya terasa lebih formal.
Yang ada dipikiran Ashley saat ini adalah kemungkinan bahwa papanya juga terpanggil ke dunia yang sama dengannya dan menempati tubuh Vincent.
Tentu itu memungkinkan.
Sedangkan, yang Vincent pikirkan saat ini adalah, bagaimana putrinya yang biasa menggunakan kursi roda, yang hanya memiliki satu kaki, bisa berjalan begitu lancar dengan kedua kakinya.
Apa yang terjadi pada putrinya yang tidak pernah keluar dari kamarnya, yang tidak berani menatapnya, menjadi begitu enerjik? Bukan hanya menyibak rambutnya dan menunjukan wajahnya, ia juga menatap Vincent, dan bahkan sanggup mengumpulkan dan memerintah orang-orang yang ada di ruangan itu.
Apa yang terjadi selama 10 jam ia meninggalkan rumah?
"Kakimu..."
Marion, ibu tiri Ashelia yang tidak kalah terkejut akhirnya menyuarakan pikirannya.
Tentu Ashley tidak merespon. Ia masih terus menundukan badannya bersama seluruh pekerja di belakangnya. Ia hanya fokus kepada Vincent yang ia pikir adalah papanya.
"Angkat kepalamu, itu bukan cara bangsawan menyapa seseorang." Ucap Vincent memegang kedua lengan Ashley.
"Maaf, Pak. Saya tidak tahu cara bangsawan menyapa atasannya." Jawab Ashley tegas bak anggota militer.
Yah, cara bicara Ashley yang terdengar seperti anggota militer itu membuat orang yang mendengarnya bingung. Mereka mulai berpikir apakah diam-diam Ashelia mendapatkan pelatihan militer? Karena itukah ia menjadi sangat berbeda?
Tentu tidak.
Para pekerja yang masih membungkukan badannya mulai menjadi sangat penasaran setelah mendengar pembicaraan itu. Mereka mencoba melirik tanpa membuat pergerakan yang signifikan, berharap Ashley tidak menyadarinya karena masih fokus dengan Vincent.
Vincent yang melihat ke sekelilingnya seakan mencari sesuatu, membuat mereka yang hendak mencuri pandang kembali mengurungkan niatnya.
Ashelia memang tidak mendapatkan pelatihan etiket secara pribadi, ibunyalah yang mengajarinya. Mungkinkah karena sudah sekian lama tidak menyapa siapapun, ia menjadi lupa? Apakah itu mungkin? Pelayan pribadinyalah yang seharunya mengarahkannya.
"Dimana pelayan pribadimu?" Tanya Vincent lembut membuat Ashley merasa asing.
Bellena memang mengatakan bahwa Vincent adalah orang yang ramah, namun siapa sangka, orang ramah itu berwajah identik seperti papanya yang dikenal akan kekejamannya.
Meski masih dibuat kebingungan dengan sikap Vincent yang sangat bertolak belakang dengan papanya, Ashley mencoba menyesuaikan.
"Sa- Saya menyuruhnya memesan kaki palsu untuk saya."
Semua orang di ruangan itu, termasuk mereka yang sudah bertemu Ashley terkejut mendengar penyataannya. Kaki palsu bukanlah hal yang pernah terlintas di benak mereka, terlepas dari eksistensi benda itu.
"Kaki palsu?" Tanya Vincent memastikan ia tidak salah mendengar.
"Iya. Yang saya pakai saat ini kurang efektif."
"Kau... boleh kulihat- ah maksudku-" Ucap Vincent terbata-bata karena terdorong oleh rasa penasarannya.
"Tentu." Jawab Ashley cepat sambil menyingkap gaunnya ke atas, memperlihatkan kaki kirinya hingga atas lutut.
Gaunnya yang penuh layer pada bagian dalam mampu membantu menutupi kaki kanannya. Vincent sudah mengurungkan niatnya untuk melihat kaki Ashley karena mereka ada di depan banyak orang. Namun siapa sangka putrinya tanpa ragu menyingkap gaunnya hingga setinggi paha. Menunjukan kulit kaki seorang wanita dewasa bukanlah hal yang umum disini.
Ketiga kesatria yang ada di belakang Vincent langsung memalingkan wajah mereka. Meski begitu, rasa penasaran mereka atas 'kaki palsu' itu membuat mereka sedikit melirik kaki Ashley. Begitu pula para pekerja yang mulai lelah membungkukkan tubuh mereka.
Wajah merah para kesatria itu mulai memudar setelah melihatnya. Kulit kaki Ashley sepenuhnya terbalut oleh perban hingga paha karena dalam masa perawatan. Mereka tertegun melihat cara Ashley memadukan kain, kayu, dan tali untuk membuat kaki palsunya.
Cukup simpel namun tidak disangka penggunanya bisa berjalan selancar itu.
Mereka hanya tidak tahu betapa menyakitkannya kayu-kayu tersebut. Ditambah tongkat Ashley sudah patah dan tidak bisa digunakan lagi, membuat beban tekanan pada kaki kirinya bertambah.
"Ah, cukup. Turunkan gaunmu."
"Jangan mengangkatnya seperti itu lagi." Ucap Vincent mencoba melindungi kehormatan pitrinya.
"Baik." Jawab Ashley tanpa mengetahui alasan Vincent.
Kepala Pelayan masih terlihat terkejut, dan ketiga kesatria itu langsung memalingkan wajahnya ketika matanya bertemu dengan Ashley. Marion pun dibuat tak habis pikir olehnya.
"Kenapa kau tidak menggunakan alas kaki?" Tanya Vincent.
Ashley baru sadar. Karena Bellena menganjurkan Ashley untuk istirahat, ia tidak menyiapkan alas kaki untuk nonanya. Terlebih lagi, sedari tadi ia sudah bertelanjang kaki. Hal itu membuatnya terbiasa dan lupa jika ia tidak memakai alas kaki.
Menyadari putrinya selama ini tidak mengenakan alas kaki selama menggunakan kirsi roda, Vincent memaklumi putrinya yang lupa memakai sepatu. Belum sempat menjawab pertanyaan Vincent, pikiran Ashley terhenti saat melihat laki-laki di depannya mengangkat tangannya.
Ashley sedikit tersentak saat Vincent mendaratkan tangannya di atas kepala Ashley. Wanita itu pikir, Vincent hendak memukulnya. Siapa yang akan menyangka, seorang Anthony Miller akan menepuk kepala putrinya dengan lembut? Hal itu jelas menunjukan bahwa Vincent bukanlah Anthony.
Namun bagi Ashley yang mengetahui sifat papanya yang pandai mengelabuhi orang lain, ia masih mencurigai Vincent sebagai papanya.
Mengikuti saran putrinya untuk istirahat sebelum makan malam, pasutri itu pun kembali ke ruangan mereka. Ashley kemudian membubarkan para pekerja itu, menyuruh mereka kembali bekerja.
"Panggil gua kalo udah waktunya makan malem."
Perintah Ashley kepada salah seorang pelayan yang dikejutkan dengan ucapannya.
Tentu bukan hal aneh. Namun karena itu adalah perintah dari Ashelia, yang tidak pernah berani ikut makan bersama orang tuanya, hal itu sangatlah tidak wajar. Setelah mengingat banyak ketidak-wajaran yang ditimbulkan oleh nonanya hari ini, ia masih juga tidak terbiasa.
...****************...
Waktu makan malam pun tiba. Seseorang kemudian datang untuk menjemput Ashley menuju ruang makan.
Sesampainya Ashley di sana, Vincent dan Marion masih belum menampakkan diri. Ashley duduk di kursi yang letaknya berlawanan dengan kursi yang disediakan untuk Vincent. Sama seperti budaya Ashley di rumah, atau pun dimanapun saat Ashley satu meja dengan papanya.
Namun di sini, saat Nyonya rumah masih hidup, kursi itu seharusnya menjadi tempat Marion.
Melihat ini, para pelayan menjadi khawatir, tapi tidak ada yang berani menegur Ashley. Mereka hanya menyiapkan semuanya sesuai dengan keinginan nona tunggal keluarga Midgraff itu.
Pintu ruang makan terbuka, Vincent dan Marion telah tiba. Betapa terkejutnya mereka untuk kedua kalinya, melihat Ashelia datang dan duduk di ruang makan, terlebih lagi di tempat Marion.
Ashley bangkit dari kursi dan memberi salam kepada Vincent.
"Selamat malam, Count."
Kali ini ia menyilangkan kakinya kebelakang, meletakan tangan kanannya di dada, dan menekuk lututnya sedikit sambil menundukkan kepalanya.
Ashley telah memperbaiki caranya menyapa agar sesuai dengan kebudayaan bangsawan di dunia barunya. Sama seperti dirinya, papanya yang ia kenal tidak akan menerima kesalahan lebih dari satu kali.
Sekali lagi, Ashley hanya menyapa Vincent dan mengabaikan keberadaan Marion. Marion mencoba menahan diri, ia tidak boleh marah kepada Ashelia di depan Vincent.
Meski Ashley merebut kursinya, ia juga bertindak seolah hal itu bukanlah masalah besar. Ia kemudian duduk di sisi kanan Vincent dan Ashley kembali duduk setelah Vincent duduk di kursinya.
Mereka pun makan malam bersama untuk pertama kalinya setelah sekian lama.
Table manner bukanlah hal baru bagi Ashley. Ia terbiasa makan sesukanya, namun di depan papanya, ia harus menjaga sikap. Karena itu, ia tidak ada masalah dengan hal ini.
Biasanya, papanya yang akan memulai pembicaran mengenai bisnis dan masalah yang lain. Namun di sini Vincent sama sekali tidak membahas apapun. Bahkan setelah Ashley menanyakan mengenai bisnisnya, Vincent hanya menjawab jika tidak ada masalah apapun.
Ashley mulai menyadari, bahwa Vincent tidak mempercayakan apapun kepada Ashelia. Tidak heran jika ia bahkan dipandang sebagai 'bukan siapa-siapa' oleh pekerja di rumahnya sendiri. Sebagai putri tunggal keluarga Midgraff, bukankah seharusnya ia dilatih untuk menjadi penerus keluarga? Apakah Ashelia se-tidak berkompeten itu?
Terlepas dari semua itu, itu bukan urusan Ashley. Sekali lagi ia mengingatkan dirinya, misinya hanya untuk mencari target balas dendam Ashelia. Ia berpikir, justru bagus jika Vincent tidak memberinya pekerjaan apapun. Ia bisa bebas melakukan apapun, dan fokus pada misinya.
Setelah makan bersama mereka, Ashley kembali ke kamarnya. Tidak lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu dari luar.
"Nona, Nyonya ingin bertemu dengan Anda."
^^^Bersambung...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Hasan
🤣🤣🤣 mau cari masalah nih ibu tiri belom tau siapa nih jiwa penghuni tubuh
2022-09-15
2