Setelah berendam sekitar 40 menit, Ashley bangkit dan duduk di tepi untuk memasang kembali kaki palsunya.
Setelah sekian lama memang terasa sakit, terlebih saat ia menghantamkan kakinya di samping kepala si Kepala Pelayan Wanita. Namun tidak ada tanda-tanda rasa sakit yang ia tunjukan di wajahnya. Wanita itu selalu memutar posisi kayunya untuk mengistirahatkan otot yang sebelumnya tertekan.
Ia kemudian berdiri dan mengeringkan badannya sambil melihat ke cermin. Ia menatap wajah Ashelia yang terpantul di sana, mendekatkan wajahnya ke cermin dan mengamatinya dengan seksama.
Ini pertama kalinya ia melihat wajah Ashelia. Ia menggerakan kepalanya ke kanan dan ke kiri, mengecek setiap sudut wajah yang ia gunakan saat ini.
Ashelia memiliki wajah yang cantik. Wajah yang bisa dengan mudah menarik perhatian orang lain. Wajah yang terlihat begitu anggun dan berkelas.
Ashley menarik kepalanya menjauh dan berdiri dengan tegap sambil tersenyum. Hal itu membuat Ashley sedikit puas. Kenapa sedikit? Karena bagi Ashley, wajahnya adalah yang tercantik di dunia.
Ia tidak peduli apakah itu benar atau salah, hanya dengan berfikir demikian Ashley sudah merasa menjadi seorang Dewi Kecantikan yang suka menghancurkan. Beauty but a beast bukan beauty and the beast.
Ashelia sebenarnya memiliki wajah yang lembut dan ramah. Namun, karena tubuhnya kini berisikan jiwa dari seorang ketua mafia, kesan yang terlihat sangatlah berbeda.
Sorot matanya yang dingin dan tajam, juga ekspresi senyum jahat penuh keangkuhan yang biasa ditunjukan Ashley menghapus kesan ramah dan lembut pada wajahnya. Namun hal itu justru seolah terlihat lebih menarik.
Kharisma. Begitu kata sebagian orang. Dan kharisma muncul dari kepercayan diri dan kepuasan seseorang atas diri dan kemampuannya sendiri.
Saat tengah mencoba berbagai macam ekspresi dan mengecek lubang hidung dan giginya, Bellena mengetuk pintu, bertanya apakah nonanya sudah selesai berendam. Ashley pun keluar karena tidak ada yang mau ia lakukan lagi di sana.
Saat ia keluar, Bellena sudah menyiapkan baju yang akan ia pakai. Digantungnya gaun berwarna biru tua di tengah ruang ganti. Ashley menatap gaun itu lama. Bukan karena terpukau, ia tengah menahan diri untuk tidak merobeknya.
Ashley kemudian melirik ke arah Bellena tanpa mengatakan apapun atau bergerak sedikit pun. Seakan mengerti maksud Ashley, Bellena langsung membuka lemari pakaian di sampingnya dan mencari pengganti gaun itu.
"Bagaimana dengan yang ini?"
Kini ia mengambil warna hijau tua, dan tentu saja yang ia tunjukan saat ini tetaplah gaun.
Ashley melihat ke arah lemari di belakang Bellena yang berisi penuh dengan gaun. Ia kemudian berjalan ke lemari pakaian di sebelah lemari itu dan membukanya. Lemari itu juga berisikan gaun-gaun. Dibukanya lemari berikutnya, dan berikutnya, dan berikutnya, dan berikutnya. Sama seperti sebelumnya, semua lemari itu penuh dengan gaun.
Cukup lama mereka memilih pakaian. Bukan karena bingung melihat gaun-gaun yang cantik, namun karena semuanya adalah gaun. Dari gaun formal sampai yang dipakai untuk tidur, semua ada di sana. Ashley yang tidak menyukai pakaian feminim merasakan gejolak penolakan yang sangat kuat dalam dirinya. Bagaimana bisa ia harus memakai pakaian-pakaian itu?
Ia sudah cukup merasa aneh seharian penuh mengenakan gaun berwarna cerah. Namun kini, saat ia pikir ia bisa mengganti pakaiannya, ia harus mengenakan gaun yang lain.
"Hey." Panggil Ashley tertunduk sambil menutup matanya dengan satu tangan.
"Kenapa isinya gaun semua?"
Bellena yang kebingungan dengan maksud pertanyaan Ashley tidak mampu memberikan jawaban dengan cepat. Ia tidak pernah menemui wanita mengenakan pakaian selain gaun, sehingga tidak terbesit di kepalanya jika Ashley menginginkan setelan celana yang hanya dikenakan laki-laki.
Bellena berpikir keras tentang pertanyaan yang dilontarkan Ashley. Tidak mungkin ia menjawab "Karena itu lemari pakaian." atau "Karena orang harus berpakaian." Ia tidak ingin diantarkan ke akhirat hanya karena salah menjawab.
"...saya ...tidak paham maksud Nona." Jawabnya menyerah mencari jawaban yang pas.
"Ganti semuanya." Jelas Ashley singkat.
"Ah, tapi saat ini butik pasti sudah tutup. Kita baru bisa menggantinya besok."
Matahari sudah mulai terbenam, hanya toko-toko dan tempat-tempat tertentu yang beroperasi sampai malam. Toko-toko pakaian hanya beroperasi hingga sore hari di sana. Hal ini membuat Ashley tidak memiliki cara lain selain terpaksa menggunakan gaun hingga besok.
Sebelum berganti pakaian Ashley meminta Bellena mencarikannya tali yang lebih layak untuk mengganti tali pengikat kakinya. Ia kemudian kembali dengan tali kain pipih dan juga salep beserta perban.
Setelah melepas kaki palsu dadakannya, Bellena mengoleskan salep pada kaki Ashley yang memar di hampir seluruh bagian bawah lututnya. Ashley memperhatikannya mengoleskan salep itu dengan hati-hati, seolah tidak ingin membuatnya kesakitan.
Tentu karena Ashley akan memukulnya jika hal itu terjadi.
Setelah itu, Bellena kemudian membalut kaki Ashley dengan perban elastis hingga paha. Tidak terlalu erat namun juga tidak terlalu longgar, ia benar-benar tahu apa yang ia lakukan. Meski keluarga Ashelia mempunyai dokter pribadi, hal mendasar atau pun pertolongan pertama adalah bekal wajib bagi seorang pelayan pribadi. Hal ini untuk mengantisipasi bila sewaktu-waktu terjadi hal yang tidak diinginkan saat mereka jauh dari orang-orang medis.
Sejujurnya, Ashley cukup kaget dengan adanya perban elastis di era kerajaan itu. Meski sedikit berbeda, tetap saja perkembangan medisnya cukup baik.
"Anda sebaiknya mengistirahatkan kaki anda dulu, Nona." Ucapnya menyarankan Ashley untuk tidak memasang kembali kayu-kayunya jika bukan hal yang mendesak.
Ashley hanya diam tidak menjawab, namun ia menuruti kata-kata Bellena. Sebenarnya kaki Ashley sudah merasa lebih baik setelah berendam air dingin, tapi tidak ada salahnya mengikuti saran gadis itu.
Dengan dibantu Bellena, Ashley kemudian mengganti mantel mandinya dengan gaun biru tua santai yang sebelumnya telah disiapkan oleh pelayan pribadinya itu.
Ashley kemudian duduk bersantai di sofa bersebelahan dengan 3 buah kayu yang selalu menemaninya seharian ini. Saat Bellena menawarkan untuk membuatkan teh,
"Ga ada kopi di sini?" Tanya Ashley.
Bellena terkejut saat Ashley menyebutkan nama minuman yang terbuat dari biji yang dilarang diedarkan itu. Mengingat identitas asli Ashley, di mata Bellena, adalah seorang dewi jahat, ia menjadi sedikit maklum.
Bellena menjelaskan bahwa peredaran kopi kini dilarang di kerajaan Durman sejak beberapa tahun lalu. Sebelumnya, trend kopi langsung melambung sesaat setelah memasuki pasar. Orang-orang sangat menyukai minuman yang diolah dari biji buah kopi itu.
Namun kemudian, kepercayaan setempat menganggap kopi sebagai biji iblis. Karena beberapa efek yang ditimbulkan buah kopi seperti tidak bisa tidur, jantung berdebar, sakit perut, dan bahkan ada yang kecanduan, pihak kuil mengklaimnya demikian. Mereka juga beranggapan bahwa tren kopi yang begitu besar itu juga terjadi akibat sihir yang didatangkan dari iblis.
Ashley benar-benar dibuat tidak bisa berkata-kata oleh penjelasan Bellena. Sekali lagi, ia harus menyesuaikan diri dengan apa yang tidak bisa ia dapatkan di dunia barunya.
...****************...
Bellena kembali dengan satu set perlengkapan untuk membuat teh. Ia kemudian menyajikan teh panas yang baru saja ia buat untuk Ashley. Sambil menikmati tehnya, Ashley menanyakan keberadaan Count dan Countess yang tidak terlihat sama sekali bahkan saat ia membuat onar.
Bellena menjelaskan bahwa mereka sedang pergi keluar menikmati hari libur. Ayah Ashelia selalu sibuk sepanjang hari, karena itu ia ingin menikmati hari libur yang sangat sulit ia miliki.
Ashley pikir, karena usia pernikahannya yang masih 2 tahun, mungkin ayah Ashelia ingin menikmati liburnya hanya berdua bersama istri barunya sesekali.
Pada saat itulah, Ashelia menggunakan kesempatan langka tersebut untuk keluar tanpa diketahui oleh ibu tirinya.
Bellena juga memberi tahu Ashley untuk berhati-hati dengan ibu tirinya karena orang yang Ashelia benci kemungkinan adalah ibu tirinya.
Ashley beranggapan bahwa hal itu mungkin karena Ashelia tidak mau menerima kehadiran ibu barunya. Namun jika benar ibu tirinya adalah target Ashley, maka ia harus membunuh wanita itu hanya karena keberadaanya tidak diterima oleh anak tirinya.
Tentu Ashley tidak merasa iba karena itu bukanlah urusannya. Ia hanya perlu menyelesaikan kontraknya agar bisa kembali ke dunianya.
Namun hal itu juga masih belum jelas. Bisa saja target sesungguhnya adalah Bellena, karena ia merasa dimanfaatkan? Atau ayahnya yang ia anggap tidak peduli padanya? Atau orang lain yang bekerja di rumah ini? Atau mungkin orang lain yang bahkan tidak diketahui Bellena?
Tidak jelas siapa, namun sangat jelas apa yang Ashelia inginkan dan berapa jumlah targetnya. Satu, hanya satu orang dan Ashelia ingin orang itu benar-benar mati.
"...sial."
"Langsung sikat semua aja kah?" Gumam Ashley membuat Bellena merinding mengetahui ia juga berada dalam daftar blacklist Ashley.
Sejenak mengesampingkan hal itu, ada hal yang harus Ashley tangani terlebih dahulu sebelum mencari informasi lanjutan mengenai targetnya.
Kaki kirinya.
Memang untuk saat ini ia masih bisa menahannya. Namun jika diteruskan, hal ini justru dapat menghambat performanya. Jika target Ashelia adalah orang yang berbahaya, posisi Ashley akan sangat dirugikan.
Ashley kemudian menanyakan tentang produksi kaki palsu oleh pihak medis di dunia barunya. Istilah kaki palsu memang pernah didengar Bellena, namun ia belum pernah melihat orang yang memakainya. Ashley adalah orang pertama dengan kaki palsu yang ia lihat.
Orang-orang biasanya lebih memilih kursi roda karena merasa lebih aman dan tidak melelahkan, itulah kenapa Bellena tidak tahu betul dimana sebenarnya ia bisa mendapatkan kaki palsu.
Mengingat kaki palsu buatan Ashley cukup simpel seperti tongkat, Bellena merasa mungkin tukang pembuat tongkat bisa membuatnya.
Mengetahui pembuat tongkat dapat membuatkan tongkat sesuai pesanan yang ia minta, Ashley mendapatkan sebuah ide. Ia kemudian memberikan gambaran kaki palsu yang ingin ia pesan dan juga tongkat baru yang akan ia pakai. Tugas Bellena selanjutnya adalah menyampaikan pesanan nonanya kepada si Pembuat Tongkat.
Ia pun pamit untuk menjalankan tugasnya karena toko itu buka sampai malam. Sebelum berangkat, ia juga mengatakan bahwa Count dan Countess akan kembali hari ini. Kemungkinan mereka akan sampai sebelum makan malam.
Bellena mengatakan tidak masalah jika Ashley ingin tetap di kamarnya. Ashelia sudah terbiasa tidak memberi sambutan kepada mereka saat kembali atau pun ikut makan bersama mereka.
Setelah memikirkannya sejenak, Ashley memutuskan untuk menyapa keluarga barunya. Mungkin akan menarik, pikirnya.
Ashley memasang kembali kaki palsunya, berjalan keluar menuju lantai 2. Saat menemui salah seorang pelayan, ia langsung memanggilnya, mengatakan bahwa mereka akan menyambut kepulangan Count dan Countess dan meminta semua orang untuk berkumpul di aula masuk saat orang tua Ashelia datang.
Sebagai seseorang yang selalu menjadi pemimpin tertinggi, yang tidak pernah tunduk salain kepada ayahnya, Ashley ingin menunjukan kepada pasangan suami istri tersebut bahwa tempat ini kini menjadi wilayah kekuasaannya.
Namun,
Rambut hitam, mata hitam, dengan kulit sawo matang, perawakan tinggi, dan masa otot cukup, sosok yang berdiri tertegun di depannya, adalah orang yang sangat ia kenal.
'Papa!?'
^^^Bersambung...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Hasan
laniutt
2022-09-15
2