musuh yang terlihat

***

"Hy kamu wanita yang kemarenkan? bagaimana keadaan kamu?" tanya Amapola pada Kavi ketika mereka berpapasan di depan resort. Kavi baru mengantarkan kain kotor ke tempat laundry yang terlwtak dibagian samping.

Amapola sepertinya akan bepergian ia sangat cantik seperti wanita umur tiga puluan. ia memakai celana panjang, high heels dan kemeja putih yang dimasukkan kedalam.

"Baik nyonya, nyonya apa kabar?" sahut Kavi sopan.

"Baik juga, bagaimana dengan kandungan kamu, udah di chek?"

Kavi menggeleng.

"Kamu harus membawanya kerumah sakit untuk periksa, atau kalau kamu mau aku akan mengantarkan kamu" tawar Amapola.

"Terima kasih nyonya, lain kali saja"

"Benar?"

Kavi mengangguk.

"Ya sudah sampai nanti ya"

"Ya nyonya"

Amapola kemobilnya tidak lama kemudian mobil sedan itu pergi meninggalkan pelataran. Kavi kagum pada wanita cantik itu. Cantik, baik dan kaya, wanita yang sangat sempurna. Kavi jadi mengidolakannya.

Ia melihat keperutnya yang mulai besar. Ia belum pernah memeriksa kerumah sakit sekalipun. Ia belum niat mungkin nanti.

Seorang model tempo hari yang kamarnya dibersihkan Kavi melenggok dekat Kavi. Dia sangat tinggi, cantik dan multitalenta. Kavi berasa kayak butiran debu ketika model itu lewat dekatnya.

"Dera!! jadikan?" panggil model itu pada Dera.

"Tentu saja nona" Dera melambaikan tangan dari atas mobil jeep rubiconnya yang sudah terbuka atapnya.

Model itu menyamperi Dera dengan lenggok menawan dengan kaki jenjangnya. Rambutnya yang lurus dan lebat berwarna merah melambai ditiup angin.

"Kita kemana?" tanya cewek itu Dera.

"Terserah"

"Kamu kenal daerah sinikan?"

"Tidak terlalu"

Wajah gadis cantik itu cemberut. Dera melihat Kavi, gadis itukan asli daerah situ jadi ia pasti tau tempat yang bagus untuk dikunjungi.

"Hey kamu!, suiiit!"

Beberapa orang didekat sana spontan melihat ke Dera termasuk Kavi.

"Ssst kamu, sini!" Dera memanggil Kavi dengan jentikan jari.

"Apaan sih?"

"Ada pesanan untuk kamu, jemput sini"

Kavi yang bodoh mau saja ditipu ia berpikir kalau itu memang ada. Siapa tau ibunya tadi kesini atau Tomi. Kavi mendekati Dera dan ketika ia tiba disana Dera menyuruh duduk dibelakang.

"Siapa yang mengirim pesanan?" tanya Kavi penarasan ketika mobil sudah jalan.

"Gak ada, duduk saja" balas Dera santai ia memakai kaca mata hitamnya sambil melihat jalanan jauh kedepan. Mereka sudah melalui jalanan sepanjang laut.

"Kamu bohongi aku?"

"Dikit!"

"Hey berhenti!!!" Kavi teriak gak tanggung-tanggung bikin telinga sakit.

"Ssst diam! berisik!"

Cewek disamping Dera sampai menutup kuping karena teriakan Kavi. Dera mengasihkan headset pada cewek itu.

"Pakai ini Nora suaranya sangat berbahaya bagi pendengaran"

Cewek yang bernama Nora itu menutup telinganya dengan headset yang dikasih Dera. Kavi gak peduli, bodo amat! siapa suruh membawa dirinya jadi nyamuk. Nora sampai cemberut karenanya.

"Kamu nyulik aku?!" tanya Kavi setengah membantak.

"Gak, makan kamu banyak! berisik!"

"Trus ini apa namanya? kau bawa aku kemana?"

"Diam saja, jangan berisik! suara kamu itu gak enak didengar!"

"Siapa suruh bawa aku? kau tau aku sedang bekerja! aku bisa kena pecat!"

Dera memutar musiknya keras-keras hingga suara Kavi melebur bersama musiknya. Mobil itu berbelok ditanjakan. Kavi yang kesal akhirnya diam apalagi ia melihat perkampungan nelayan. Ia rindu pada orang-orang disana terutama Feya.

Didepan, Nora sudah menyanderkan kepalanya kebahu Dera. pria itu membelai rambut Nora dengan mesranya seakan lupa kalau ada Kavi disana.

Setiba disebelah pasar mobil Dera berhenti. Ia melihat ada orang yang menjual rujak pedas disana. Seketika ia ingat tingkahnya dua bulan belakangan. Sekarang ia ingin mencoba makanan itu lagi. Liurnya menetes membayangkan lezatnya makanan itu.

"Kamu mau belanja Nora?" tanya Dera.

"Tidak, takutnya gak hieginis" Nora menggeleng takut. Dera menjadi urung untuk turun. Tidak mau dikatakan norak oleh Nora yang berselara kampungan.

"Kamu mau belanja?" Dera bertanya kebelakang dengan suara meninggi berbeda dengan bertanya pada Nora tadi. kavi ternyata tidak ada dibelakangnya.

Rupanya anak itu sudah turun dan tiba ditempat penjual rujak.

"Kamu yakin gak turun Nora, nanti kamu lapar kita akan keliling setelah ini" ujar Dera meyakinkan.

"Aku roti saja tapi nunggu disini"

"baiklah"

Dera punya alasan untuk turun. Ia menyusul Kavi yang sedang enak duduk dibangku warung menikmati rujak.

"Enak?" tanya Dera pada Kavi.

"Ngapin nanya, kalau mau pesan"

"'Coba deh, tapi gak bikin sakit perutkan?" Dera bertanya sok gak tau.

"Bikin nyawa melayang"

"Ngeri dong, apa kamu sudah menuliskan wasiat?"

Kavi melototkan mata. Enak saja nyuruhnya mati duluan.

dera memesan satu pada pemilik rujaknya dan duduk didepan Kavi karena disana yang tersisa tempat yang kosong.

Mata Kavi melihat nanar kepiring pria itu. Iblis dalam dirinya berkata, andai saja ia bisa memasukkan r*cun kedalam piring itu lalu ia menyaksikan pria itu mati didepannya.

"Kamu kenapa? mau nambah?"

Dera mengagetkan Kavi. Perempuan itu tersentak

"Tidak enak" Kavi mendorong piringnya kedepan "padahal waktu itu sangat enak"

"Selera kamu saja kali" cibir Dera "apa iya wanita ngidam itu suka yang asam dan yang pedas?"

"Ngapin nanya?" sergah kavi. Tidak mungkin Dera tau kalau dia hamil karena ulah bajing*n itu.

"pengan tau saja, untuk jaga-jaga kalau ada wanita hamil karena aku"

"Makanya nikah agar kamu tidak merugikan orang lain, tapi percuma siapa tau setelah ini kamu mati"

mata Dera menyipit menilai ucapan itu.

Kavi menepuk meja didepannya lalu bangkit. Emosinya benar-benar menyala. Kalau tidak terkendali ia akan menjadi pelaku krimin*l dikeramaian ini.

"Aku saja yang bayar" ujar Dera ketika Kavi membayar tagihannya.

"Gak usah, aku punya uang dan aku bukan pengemis"

Kavi menghentak dari sana. Karena ulah pria itu ia jadi seperti ini. Membawa seorang anak dalam kandungan tanpa suami. Hidupnya juga berubah jauh serta dikucilkan dari perkampungannya tempat ia tinggal.

Namanya dan ibunya sudah tidak tertolong lagi. Dimata orang ia adalah perempuan rendahan dan murahan.

"Hey sini!"

Wanita cantik yang bernama Nora memanggil Kavi untuk kemobil.

"Ada apa?" tanya Kavi.

"Temani aku, dera perginya lama sekali"

Dasar wanita cengeng, ditinggal dikeramaian saja udah panik kayak anak kecil desis Kavi dalam hati. Ntar ditinggalin mati baru tau rasa.

"Nama kamu siapa?" tanya Nora pada Kavi.

"Kavi"

"Kamu warga sini ya? rumah kamu dimana?"

"Jauh di ujung sana"

Nora menangguk sok mengerti padahal aslinya tidak tertarik sama sekali. Dera datang dengan roti pesanannya tadi. Pria itu mengasihkan pada Nora.

"Thanks" Wanita memakan rotinya sedikit lalu roti itu dibiarkan begitu saja di atas dashboard. Nora seperti kebanyakn cewek yang jaga image, jaga tubuh dan jaga sikap didepan orang.

Mobil Dera memasuki sebuah pantai yang cukup indah dimata ia dan Nora tapi tidak dimata Kavi.

"Kamu pergi sana kemana kamu suka, nanti kalau sudah waktunya kami akan panggil kamu"

Dera menggandeng Nora menuju pantai sedangkan Kavi mendadak jadi ajudan tak bergaji.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!