Pernikahan dikampung itu bukanlah sesuatu yang wow. Hanya pernikahan biasa dan terjangkau tapi sangat sakral dan sukar dilupakan untuk seumur hidup. Buktinya warganya banyak yang setia pada satu pasangan saja.
Lokasi pernikahan biasa mereka adalah ditepi pantai diseberang perumahan karena disana sangat luas dan juga tidak lalah dengan pernikahan ala sultan yang mengadakan pernikahan dipinggir pantai.
Disana ada tenda sederhana berhiaskan bunga segar dan daun kelapa, didepannya terdapat deretan kursi plastik sewaan.
Disebelah kiri kursi itu terdapat deretan meja tempat prasmanan untuk para tamu, hasil masakan para ibu- ibu tadi malam.
Dari kejuahan terlihat kapal-kapal bersusun didermaga. Tidak ada seorangpun nelayan yang melaut. Hari itu mereka berhenti total demi merayakan pernikahan warganya dengan sukacita.
Tomi dan Kavi duduk dikursi yang telah disediakan. Mereka memakai pakaian serba putih sederhana. Tomi memakai kemeja putih dan Kavi gaun selutut dan mahkota bunga dikepalanya.
Sejak tadi mulut Tomi tidak hentinya untuk menebar senyum dan sesekali matanya melihat ketangan kavi. Perlu keberanian yang amat besar untuk menggenggam tangan itu. Baru keinginan tangannya sudah basah dan berair.
Di sebelakang mereka ada para pemuda teman Tomi dan beberapa orang pemudi sebaya Kavi. Semuanya hadir kecuali satu orang, Feya.
Sahabat Kavi itu masih belum berdamai dengan keadaan. Tidak rela Kavi menikah dengan Tomi. Jauh dari lubuk hati terdalam Kavi merasa bersalah pada sahabtanya itu. Ia tau Feya suka pada Tomi tapi dia malah menghancurkannya.
Dari arah perumahan sudah keluar beberapa rombongan dengan pakaian terbaik mereka menuju tempat itu.
"Smile!!"
Rajes mengarahkan kamera pada Kavi dan Tomi. beberapa jepretan yang sangat cantik merekam moment kebahagiaan itu.
"Lihat! Tomi sepertinya tidak sabar untuk berduaan dengan Kavi"
Jero yang baru datang langsung meledek Tomi. Ditimpali pula oleh yang lain "tentu saja! setelah ini Tomi tidak akan muncul lagi sampai besok pagi"
Seketika tawa langsung meledak ditempat itu.
Tomi melihat kesebelahnya, wajah Kavi memerah seperti kepiting rebus.
Tomi tersenyum lalu membuang mukanya karena temannya sudah rewel mentertawakan.
Orang-orang mulai banyak datang dari arah perumahan dengan pakaian terbaik mereka. Kavi mencari ibunya diantara orang-orang yang terus berdatangan. Tidak ada ibunya disana. padahal tadi ia dan Kavi sudah sama-sama selesai berdandan.
Tadi ibunya menyuruhnya untuk pergi duluan dengan para wanita yang menjemput Kavi untuk dibawa ketempat pernikahan. Dan ibunya menyusul setelah mengunci pintu.
Kavi gelisah diduduknya. Ia ingin melihat ibunya datang barulah ia tenang. Wajah ibunya adalah kekuatannya apalagi disaat begini.
Tetua adat telah datang dengan pakaian kebesarannya. Pakai baju serba hitam, kalung kerang dan tongkat. Dia yang akan menikahkan secara agama dan doa-doa.
"Ssst, jantung Tomi pasti sudah bertalu-talu"
"gak terlalu kan udah diicip duluan"
Dari belakang terdengar kikikan tawa dari teman-teman mereka. Mulut tak berakhlak nyinyir sembarangan.
"Orang tua kita mana sih Tom?" Kavi akhirnya bertanya pada Tomi.
"Masih ada urusan kayaknya Kav, kita tunggu saja,...nah itu ibuku!" Tomi menunjuk orang tuanya dengan dagu. Ibunya datang tergesa-gesa ketempat itu pasti takut telat.
"Tomi!!!!" dari kejauhan ibu Tomi sudah memekik. hal itu mengundang perhatian dari para tamu.
"BERANJAK KAU DARI SANA TOM!! PERGI! BUBAR....BUBAR SEMUANYA!!!!"
Semua orang kaget dengan laku ibu Tomi yang datang mengamuk dan mengusir.
"Ayo Tom! tinggalkan tempat ini kau tak pantas berada disini!!!"
Badan Kavi menjadi panas dingin penuh ketakutan mendengar ucapan ibu Tomi.
"Kau tidak akan pernah ibu restui menikah dengan wanita itu Tom! tidak akan pernah!!" pekik ibu Tomi sambil menunjuk-nunjuk Kavi.
"Ada apa ini ibu? kenapa ibu begini?!! ibu tenang dulu lalu bicara pelan"
"Kau yang kenapa Tom?!...untuk apa kau bertanggung jawab atas perbuatan yang bukan kau pelakunya?! wanita itu hamil bukan karena kamu!!"
DEG!!
Jantung Kavi berdesir hebat bersamaan dengan itu telunjuk ibu Tomi sudah lurus kewajahnya.
"Dasar wanita penipu!! dari awal aku sudah curiga itu bukanlah kesalahan Tomi tapi karena kau yang tidak bisa menjaga diri!"
"Ibu! ibu bilang apa? itu anak aku bu!" sanggah Tomi.
PLAK!!
Sebuah tamparan melayang kepipi Tomi. Mata ibunya berapi-api.
"Berani kau bohongi ibu demi dia?! kau menghancurkan masa depanmu dengan yang bukan tanggung jawabmu! buka matamu lebar-lebar! masih banyak gadis yang pantas untukmu dari pada gadis kotor itu!!"
Suasana jadi hening yang terdengar adalah suara ibu Tomi dan gemuruh ombak. Semua orang terdiam mendengarkan ucapan ibu Tomi. Kavi selalu mengasih kejutan dengan masalah-masalahnya.
Kavi terpaku ditempat dan Tomi tidak bergeming meskipun ibunya sudah mencak-mencak dengan sumpah serapah.
"Pulanglah Tom! aku tidak apa-apa" ujar Kavi setengah berbisik karena tidak ada lagi dayanya ibumu benar, aku tidak pantas untukmu"
"Aku sudah janji Kav"
"Aku tidak apa-apa" balas Kavi menekur menahan air mata.
"Kita akan melewati ini bersama" balas Tomi penuh keyakinan membuat ibunya putus asa. Ia ingin anaknya membatalkan pernikahan itu sekarang juga apapaun caranya. Ia tidak sudi bermenantukan wanita ****** dan murahan.
"KEBAKARAN!!! KEBAKARAN!!!"
Orang-orang berteriak heboh dan panik. Dari arah ujung perumahan terlihat asap hitam mengepul keudara yang kemudian dihembus oleh angin dari laut.
"Rumah kebakaran!!"
Tanpa mengasih intruksi semua orang yang ada disana berlari kembali kearah perumahan meninggalkan tempat acara itu.
Tomi dan Kavi saling pandang lalu menuju tempat terjadinya kebakaran. Tomi menggenggam tangan Kavi dan lari bersama.
Semua orang berlari menuju rumah paling ujung dan bergegas mengambil air dari laut dengan benda seadanya.
Dari kejauhan langkah kaki Kavi sudah gemulai tidak berdaya karena rumah yang terbakar itu adalah rumahnya. Pegangan tangannya dengan Tomi terlepas begitu saja. Laki-laki itu juga berlari mengabaikan pakaian dan keadaannya ia ikutan mengambil air dilaut untuk memadamkan api.
"Cepat padamkan kalau tidak akan menjalar menghabiskan seluruh rumah!!"
Pintu rumah Kavi tertutup rapat namun api berasal dari samping.
"Ibu!!!!" kavi memanggil ibunya keras-keras. Asap makin menghitam tapi ibunya tidak kelihatan. Sekonyong-konyong pintu rumah bergoyang seperti didorong dari dalam.
"Ada orang didalam! cepat tolong!!!" teriak seseorang.
Tiga orang pria bergegas mendobrak pintu. Seseorang keluar dari sana lalu ambruk.
Mata Kavi membola dan detak jantungnya marathon cepat. Kakinya mengawang tidak lagi berpijak dibumi.
"Ibu?!" desisnya lemah mencoba menggapai sosok ibunya yang sudah pingsan namun dayanya telah habis.
Sepasang tangan kekar dengan cepat mengangkat ibu Kavi dari sana. Ia melewati orang-orang yang sedang sibuk memadamkan api.
"Kau bertahanlah ibu yang baik, aku mohon!!"
Pria itu mengguncang wajah Safa lalu memasukkan kemobilnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments