sebelum hari H

Ketika matahari mulai terbenam, Tomi mendatangi rumah Kavi yang juga baru pulang dari rumah sakit. Hari itu Kavi hanya menjalani puasa tapi tidak dengan ritual.

Kata ibunya Tomi itu mengurangi nilai ritual. Tapi mau bagaimana lagi ia tdak sanggup untungnya suster dipuskesmas itu mengasihnya vitamin dan ia bisa pulang sore ini.

Tomi membawakan Kavi makanan dan minuman yang ia beli dipasar. Mereka duduk dilantai untuk berbuka bersama. Mata Tomi tidak lepas dari Kavi. Menikah nanti mereka akan bahagia seperti ini. Makan bersama dihamparan tikar sederhana. Rasanya pasti menyenangkan

"Maaf Kav, tadi aku terpaksa tidak membantu kamu, sekarang bagaimana? udah mendingan?"

"Sudah"

"Kamu sekarang makan ya, biar kuat kembali"

"Tentu saja, akan aku selesaikan sampai tuntas"

"Semangat!" Tomi mengacungkan tangannya keudara disambut senyuman oleh Kavi. Mereka makan dalam kesederhanaan. bau saus cumi dan sayur rumput laut menggugah selera Kavi yang sudah sangat lapar.

Diluar, teras nyaris ambruk oleh warga yang ngintipin mereka yang terdiri dari dua kubu. Kubu pembela dan pencela.

Ternyata mereka sedekat itu pantas saja Kavi hamil.

Yang lain berbisik, Tomi dan Kavi kan biasa sedari kecil begitu. Orang saja yang gak memperhatikan mereka.

Tapi Tomi itu anak yang sopan dan Kavi anak yang baik mustahil mereka seperti itu.

Para warga yang ngintip itu saling bantah dan saling dukung tentang kelakuan Kavi dan Tomi.

"Aku kedapur dulu naruh ini" ujar Tomi selesai makan. Orang yang berada diteras jadi panik dan mereka mundur saling dorong.

BRAK!!

Akibatnya plang kayu teras patah dan beberapa orang terjatuh dari sana. Mendengar suara ribut didepan. Tomi dan Kavi melihat kesana.

Orang-orang yang diteras bergegas pindah kesebelah. Ketika Kavi dan Tomi tiba didepan mereka menyibukkan diri untuk menghindari.

Kavi angkat bahu lalu kembali kedalam. Sebelum akhirnya dua orang pemuda datang menjemput Tomi setengah memaksa karena Tomi telah melanggar aturan yaitu datang ketempat Kavi sebelum pernikahan. Mereka bukan teman biasa lagi dan layak dicurigai.

"Sampai nanti Kav" Tomi menjulurkan kepalanya dipintu lalu menghilang.

Kavi tersenyum. Tomi adalah teman tergila. kedepannya entah bagaimana pertemanan mereka. rasanya asing saja ketika akan menikah dengan sahabat sendiri.

Malamnya Kavi makan yang banyak sebelum akhirnya bertemu Tomi keesokan pagi ditepi pantai.

***

"Aku tidak mau tau, gagalkan pernikahan mereka bagaimanapun caranya!!

Suara pria tua itu meninggi didepan beberapa orang kampung nelayan.

"Hutang kalian sudah aku bebaskan! tapi kerja kalian tidak ada yang becus!"

"Anu tuan,... "

"Aku tidak mau tau, kalau tidak kalian harus kembali keperjanjian awal membayar hutang kalian tiga kali lipat"

Pria tua itu pergi kembilnya. Pria yang tadinya kebingungan makin bingung tapi demi lunasnya hutang mereka dari pada membayar hutang tinggi maka dengan langkah gontai mereka kembali ke perumahan dengan banyak penyesalan.

Semuanya bertentangan dengan nurani mereka termasuk menjahati Kavi dan ibunya. Sekarang mereka terpaksa melunasi hutang mereka tiga kali lipat. Amirago keterlaluan.

"Jangan kasih tau siapapun kalau tidak kita dalam bahaya, warga bisa mengusir kita" ujar salah seorang pria itu yang diangguki oleh yang lain.

Keesokan harinya Kavi dan Tomi bertemu dipantai saling tersenyum manis dengan tatapan mata saling menyoroti satu sama lain. Mungkin belum cinta tapi mereka sangat dekat sampai mengabaikan tetua kampung yang ada didekat mereka.

"Siap?"

Kavi mengangguk dan duduk menghadap kelautan disebelah Tomi.

Kavi lumayan bertahan meskipun kulitnya rasanya terbakar dibawah sinar matahari. Selama dua hari berikutnya ia menyelesaikan hal itu dengan Tomi.

"Besok pernikahan kita, jangan capek istirahat ya" Tomi bela-belain ketempat Kavi hanya untuk bicara itu saja sebelum orang-orang melihatnya.

Tomi makin kocak bikin Kavi senyum sendiri. Ia melihat ke sudut ruangan disana ada beberapa kotak pakaian dan perhiasan yang akan dipakainya besok pagi. Dan dibelakang rumah terdengar suara riuh para ibu-ibu yang memasak

Ia kedepan melihat kerumah Feya. Rumah Feya tutup. ia tau Feya masih marah dan kecewa padanya. Padahal didetik-detik sebelum menikah ia ingin ditemani sahabatnya. Tapi beberapa hari ini Feya selalu menghindarinya. Kavi jadi sedih sendiri.

Sebuah mobil land cruise melaju pelan dari ujung jalan. Beberapa orang warga memanjangkan leher melihat mobil itu. Rupanya pemilik cruise itu tidak tau dengan jalan dan ia mentok diujung dipinggir laut. Karena ingin tahu pemilik mobil itu turun dan Kavi jadi kaget melihat pria itu dikeremangan cahaya lampu.

"Hey! jalan ini mentok ya?"

Dera bertanya pada wanita yang sedang berdiri diteras itu. Ia tidak mengira kalau itu Kavi.

"Sudah tau masih nanya, punya matakan?" balas Kavi kesal. Ia tidak ingin melihat wajah pria itu. Pria itu memuakkan, pangkal dari segala masalah dalam kehidupannya.

"Kamu juga punya mata, liat aku masih punya mata tidak? dasar cewek bundel!"

"He apa kau bilang?!"

"Bundel!"

"Dasar pria picik! pergi sana?!"

"Gak diusir juga bakalan pergi, kamu bikin mata sakit"

Dera masuk kemobilnya dan menghempaskan pintu. Ia memundurkan mobilnya diiringi kepalan tinju Kavi dari teras sana.

"Pergi sana kapan perlu ke akhirat sekalian!!" ucapan Kavi serius air matanya mengalir dipipinya. Betapa sakitnya melihat pria yang tidak tau diri itu. Dia menghancurkan dirinya tanpa rasa bersalah dan berdosa. Sekarang saja masih bisa menunjukan wajahnya dengan biasa.

Wajah pria itu membuat suasana hatinya menjadi buruk.

"Kenapa Kav?"

Tomi yang baru keluar dari rumahnya melihat Kavi menghapus air matanya. Ada kecemasan dimata Tomi.

"Gak apa-apa Tom"

"Yakin?" tanya Tomi lagi. ia melihat kearah pandnagan Kavi. Ada sebuah mobil yang sedang melaju. Biasanya mobil yang kesana adaalh mobil Amirago. ia hafal mobil situa itu. Apa pak tua itu sudah ganti mobil?

"Iya Tom, aku kelilipan debu" Kavi terbatuk kecil dan kebetulan jalan depan juga berdebu.

"Masuk gih, istirahat kalau tidak aku akan kesana" ancam Tomi. Tinggal melompati sebuah teras maka ia akan sampai didekat Kavi.

"Jangan Tom nanti diliat orang"

"Makanya masuk Kav, istirahat"

"Iya deh,..." Kavi menurut lalu masuk kedalam rumahnya meninggalkan Tomi yang masih berdiri diteras depan rumahnya.

Kavi masuk dan merebahkan diri ditempat tidur kesayangannya. Meskipun ia sangat mengantuk tapi matanya tidak bisa lelap meskipun ia sudah memaksakan. Matanya terpejam tapi pikirannya sudah melanglang buana ke hari esok.

Kavi meyakinkan diri kalau semuanya akan baik-baik saja dan anak ini juga akan hidup dengan baik meskipun ia benci pada pria itu tapi tidak anak ini. Ia dan Tomi pasti bisa menjalani ini semua nantinya.

Dari arah dapur suara ibu-ibu makin ramai desela dengan tawa. bau masakan menyebar memenuhi ruangan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!