Dera terbangun, kepalanya sangat berat. Ia merasakan tempat tidurnya keras dan berdebu. Ketika ia membuka matanya lebar-lebar langsung disambut oleh sinar matahari pagi.
Ia terkesiap dan buru- buru bangkit menyadari pakaiannya tidak beres. Untung tidak ada orang yang lewat. Betapa malunya jika ada orang yang melihat aset berharganya sembarangan.
Ia mengemasi pakaiannya dan mencoba mengingat hal yang telah ia lakukan sambil memukul kepalanya.
Kenapa bisa ia melakukan hal sejauh dan sehina ini? siapa yang telah menjadi korbannya?.
Ia mencoba mencari petunjuk, disekitar tempat ia tidur hanya ada barang-barang berserakan. Ada jualan yang tercecer seperti tertendang.
Semalam ia minum banyak sekali sebelum bertengkar hebat dengan Sania. Lalu ia lupa diri dan,...yang ia ingat hanyalah jeritan seorang wanita. Tapi ia tidak tau wanita itu apakah Sania atau bukan.
"Aaaah! bodoh!..bodoh!! apa yang telah aku lakukan?"
Hal yang berharga digadis itu telah ia renggut dengan paksa. Ia sudah menjadi bajingan. Bajingan terlaknat. Ia benci pria yang suka kekerasan, ia benci pria pemerk*sa dan sekarang ia benci dirinya sendiri.
Tidak ada yang bisa menjelaskan siapa yang telah ia nodai selain pisang goreng berserakan yang diam membisu dan sikerubungi semut.
Lama ia duduk disana sampai dilihat aneh oleh orang-orang pemetik kelapa. Wajahnya sudah seperti gembel tidak terurus mungkin mereka menduga Dera adalah wisatawan kehabisan uang.
Tengah hari ia pergi ke resort dengan langkah gontai.
Setiba di kamar resort ia tidak menemukan Sania. Sepucuk surat yang ditinggal Sania di nakas mengasih tau kalau ia telah pulang duluan. Dera bertanya pada resepsionis kapan Sania berangkat. Resepsionist itu bilang kalau Sania berangkat malam tadi.
Berarti orang itu bukan Sania. Lantas siapa?
Dera makin kalut dan terus mengumpati dirinya sendiri.
Liburannya hancur dan dirinya juga menghancurkan seseorang. Ia mengemaskan barang-barangnya ke koper saat itu juga. Ia melihat kalung yang dihadiahkan pada Sania tergeletak dilantai. Ia memungutnya dan memasukkan ke koper dengan asal. sania tidak mau menerimanya siapa tau gembel diluar sana mau, kalung itu tidaklah murah harganya.
Seorang wanita mendatanginya kekamar hotel. Ia kaget melihat dera mengemasi pakaiannya.
"Bukankah kamu berjanji akan tetap disini membantu ibu mengelola resort ?" tanya wanita itu heran dengan perubahan anaknya yang plin plan.
Dera memang telah berjanji pada ibunya untuk membantu mengurus resort dengan ogah-ogahan apalagi setelah kejadian semalam ia makin ingin hengkang. Ia kesini hanya untuk liburan dan mengajak Sania. Sebelum mengiyakan permintaan ibunya ia berniat hanya menjadi wisatawan dan menikmati kehidupan.
"Aku keseberang dulu ibu, nanti aku kesini lagi"
Wajah ibunya tidak percaya. Bertahun ia meminta Dera untuk membantunya tapi Dera selalu menjanjikan. Kesana saja hanya beberapa kali dan itupun hanya untuk menginap beberapa malam.
"Kau sudah dewasa, hentikan waktu untuk main-main lebih baik menikah dengan Sania"
"Itu mauku ibu"
"Kamu mengejar Sania?
dera menggeleng yang pasti sekarang ini benar-benar kalut dan ingin lari dari segala masalah sejauh mungkin agar hal itu hilang dari otaknya. Siapa tau setelah ia pergi sejenak ia melupakan kejadian itu.
Dan orang yang di nodainya juga tidak tau siapa dirinya. Itu lebih baik agar dia tidak dihinggapi rasa bersalah. Bagaimanapun sikapnya adalah jahat kecuali atas suka sama suka atau atas sebuah persetujuan itu tidak menyalahi aturan dan tidak akan mengusik nurani terdalam.
Ia menarik kopernya keluar kamar dan ibunya tidak bisa untuk menghalanginya lagi. Wanita hanya bisa melihat punggung anaknya menjauh.
***
Sore harinya perkampungan nelayan mulai ramai seperti biasa. Anak-anak berlarian sepanjang jalan. Para nelayan sudah pulang dan para perempuan duduk diteras meramaikan suasana.
Sebuah mobil warna putih masuk kesana hal itu menjadi pusat perhatian. Anak-anak bersorak mengikuti mobil itu dari belakang.
orang yang dilewatinya mengangguk tersenyum ramah meskipun pemiliknya tidak pernah membalas sedikitpun.
"Tuan Amirago,..dia datang! apa ada yang telat membayar hutang?"
Orang-orang berbisik saling bertanya satu sama lain. Amirago akan datang dengan ajudannya dan mengasih pelajaran pada orang itu.
Sampai dirumah paling ujung barulah Amirago berhenti dan orang-orang kembali saling berbisik "rupanya dia ketempat Kavi"
Amirago masih belum menyerah sampai membuahkan hasil. Perkataan kasarnya tadi siang tertelan karena sebuah keinginan.
Keinginan balas dendam.
Kavi harus jadi istrinya bagaimanapun caranya. Dua beranak itu harus tau kebesaran nama Amirago. Ketulusannya tinggal ampas.
Amirago membawa seikat bunga dan lima orang anak buahnya berbaris dibelakang membawa banyak hadiah.
Safa dan Kavi yang tadinya mendengar suara riuh juga akan membuka pintu untuk melihat ada apa diluar tapi kemudian gerakan tangan mereka terhenti ketika melihat ada mobil Amirago didepan.
safa menutup pintu kembali dan mengintip dari balik lubang dinding.
"Sssst, lebih baik kita diam" bisik Safa. Percuma melawan Amirago yang sok kuasa.
Kavi setuju ia dan ibunya berdiri merapat di belakang pintu.
"Kavi!!! kavi kusayang!! aku datang!!"
Kavi bergidik, Amirago walaupun sudah tua masih tidak tau malu padahal banyak orang didepan sana.
"Safa!!! buka pintunya!" Amirago menggedor pintu dengan kencang. Pintu kayu yang sudah lapuk itu nyaris roboh. kavi dan safa yang berada dibalik pintu menutup mulut menahan diri agar tidak berteriak.
"Kau datang kerumah orang tidak ada sopannya Amirago!"
Teguran itu membuat Amirago berhenti menggedor pintu. Ada seorang pemuda berdiri dijalan melihatnya dengan tangan terkepal.
"Kau?"
Amirago tau itu adalah teman Kavi yang sok super hero. Tapi dia tidak bodoh disorot mata pemuda itu ada rasa suka terhadap Kavi.
Inka yang berada diseberang rumah jadi cemas. Tomi bisa jadi bulan-bulanan anak buah Amirago.
"Mungkin Kavi dan ibunya belum pulang tuan! aku belum melihatnya!" bohong Inka agar Amigao secepatnya pergi dari sana.
"Aku lihat ditempat julanannya tidak ada! kau jangan bohong!"
Inka jadi gugup lalu mengasih alasan agar Amirago tidak curiga "atau mungkin dia mengantarkan pesanan ke dermaga? aku juga tidak tau tapi aku belum melihat mereka entah ..mungkin saat aku berada didapur"
Apapun alasannya Amirago tidak terima. Di bawah sana pemuda songong itu masih berdiri menatapnya dan perempuan csok tau itu melihatnya bersama dengan orang sekampung lainnya. Orang kampungan memang payah apapun dijadikan buah perhatian. Orang-orang seperti mereka harus pakai tak tik.
"Maaf tuan.....kami ada janji"
Feya menarik Tomi dari sana dengan paksa. Tidak peduli setelah ini Tomi marah besar padanya itu lebih baik dari pada Tomi berurusan dengan Amirago.
Dan benar saja, setiba dibelakang perumahan Tomi memakinya dengan kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments