bertemu

Sejak kejadian tempo hari Kavi belum beranjak dari tempat tidur kesayangannya. Demamnya masih berlanjut meskipun ibunya telah membuatkan banyak ramuan herbal untuknya.

Semua jenis makanan terongok dimeja didekatnya. Makanan itu pemberian para tetangga dan juga Tomi yang tidak pernah absen datang pagi dan petang menjenguknya lalu duduk disana menemaninya berjam jam.

Sampai sekarang tidak ditemukan apa penyebab penyakit Kavi. Pagi hari ia mual lalu akan dikeroki ibunya dengan balsem panas. Setelah ibunya pergi jualan maka Kavi akan tidur seharian.

Siangnya ia akan ditemani Inka dan para ibu-ibu yang membuat kerajinan diteras rumahnya. Rasa solidaritas itulah yang membuat Kavi nyaman. Para ibu-ibu itu berpendapat kalau Kavi sakit karena gangguan jin laut. Mungkin saja Kavi tidak sengaja menginjak anak mereka lalu jin itu marah. Ibunya Kavi sudah beberapa kali meletakkan dupa ditempat yang diduga tempat jin tersebut. Disana Safa memohon pada jin tersebut agar memaafkan Kavi.

Hampir sebulan Kavi terbaring diranjang dan diminggu berikutnya ia memaksakan diri untuk pergi bekerja karena uangnya sudah menipis di saku.

"Kamu masih sakit Kav, dirumah saja" larang Tomi ketika tau Kavi pergi bekerja pagi-pagi sekali menuju pantai.

Kavi keras kepala. Ia beralasan tidak apa-apa dan mengejak Feya untuk berangkat.

"Kalau dia ada apa-apa kabari aku Fey!' teriak Tomi dikejauahan. Feya mengangkat jempolnya tinggi-tinggi tampa melihat ke Tomi. Hati Feya rasanya tercabik- cabik melihat Tomi begitu perhatian pada Kavi.

Tubuh Kavi menggigil, pori-porinya kelihatan. Seumur hidup baru kali ini penyakit aneh ini hinggap padanya. Rasanya tidak mengenakkan. Apapun yang telannya akan dimuntahkan kembali. Selera makannya juga tidak ada. Bahkan bau sambal ikan saja ia mual.

"Tomi benar Kav, kamu bisa kenapa-napa " Feya mengingatkan Kavi.

"Nanti bakal sembuh sendiri Fey, jin yang tidak rela anaknya kena injak akan menyerah" balas Kavi setengah bercanda.

Mereka ke teluk dimana biasanya mereka memanen rumput laut. Melihat kedatangan Kavi para ibu-ibu menyambutnya dengan gurauan.

"Kami kira kamu sudah menikah dengan Amirago Kav, kau sudah melupakan laut ini"

"Tidak mama, aku pensiun sebentar"

"Tidur dirumah itu meskipun sakit tidak enak, badan pegal banyak pikiran" balas ibu-ibu yang lain dan dibenarkan pula oleh temannya.

"Lebih baik capek bekerja dapat uang, dari pada capek berpikir tapi tidak mengasilkan apa-apa"

Kavi setuju dengan semboyan tersebut. Uang diatas segala-galanya tapi masalahnya ia tidak pernah dapat uang berlebih. Ia juga punya keinginan untuk membahagiakan ibunya. ia ingin ibunya punya baju baru, sandal baru lalu mereka berdua akan jalan-jalan ketempat yang indah.

Kavi mencebur kelaut duluan. Ia berenang ketengah memulai pekerjaannya. Perutnya masih tidak bisa dikompromi tapi ia tahan sampai pekerjaannya selesai. dan ia berhasil meskipun sesudah itu ia muntah-muntah.

Perutnya seperti diremas dan bibirnya memucat. Selera makannya tidak ada tiba-tiba ia menginkan sesuatu. Setelah pekerjaannya selesai ia meninggalkan feya dan berjalan sendirian berbelok ke arah pasar. Disana ia membeli beberapa buah segar dan makanan pedas-pedas. Semua yang dibelinya dimakan sendirian dan habis diwaktu yang tidak lama.

Barulah tubuhnya terasa ringan dan bertenaga. Ia pulang kerumah lalu meneruskan untuk tidur siang. Rencanya ia tidur beberapa jam saja setelah itu menjemput ibunya ketempat jualan tapi akhirnya ibunyalah yang membangunkannya.

"Kavi!! bangun!" bukan ibunya saja yang membangunkan tapi Tomi juga. pemuda itu baru pulang melaut dan langsung kerumah kavi untuk melihat keadaan gadis tersebut.

"Apaan sih Tom?" tanya Kavi enggan untuk bangkit dari tempat tidurnya.

"Keadaan kamu gimana?"

"Lumayan"

"Syukurlah, aku kesini cuma liat kamu"

"Aku baik-baik saja, kamu silahksn pulang" usir Kavi yang tidak mau tidurnya diganggu.

"Udah Tom, lemparin saja kebelakang, orang mencemaskan dia malah tidak berterima kasih" celetuk ibunya membela Tomi.

"Ibu,...aku ingin tidur" keluh Kavi matanya benar-benar tidak bisa diajak kompromi. rasanya yang paling enak didunia saat ini adalah rebahan.

"Iya tidur saja, aku juga mau pulang...tapi jangan lupa di abisin semua ini" ujar Tomi. Pemuda itu beranjak pergi.

Kavi melongok kenakas kayu tua disebelahnya. Disana ada beberapa bungkus plastik makanan. Beberapa hari yang lalu ia tidak selera sama sekali. Sekarang melihat makanan itu tiba-tiba ia ingin nyicipi. Ia meraih bungkusan itu. Ada beberapa macam makanan disana.

Awalnya cuma nyicip tapi tanpa disadari makanan itu habis olehnya. Ketika ibunya muncul dari dapur, ibunya hanya melongo. Mungkin Kavi balas dendam selama ia sakit sekarang makan Kavi jadi sangat banyak dan tidak terkontrol.

Safa kembali kedapur untuk melanjutkan pekerjaannya. Ada beberapa bahan yang akan ia goreng untuk diantar ke dermaga. Biasanya Kavi yang membantu tapi semenjak Kavi sakit maka ia sendirilah yang datang kesana.

"Jangan kemana-mana Kav, diam dirumah" ujar Safa sebelum pergi. Mulut Kavi terbuka ingin menggantikan pekerjaan ibunya tapi kemudian tidak jadi. Wajahnya berubah murung seketika.

"Iya ibu, hati-hati"

Safa pergi ditemani senter. Ada beberapa orang pemuda yang juga pergi kesana dan Safa pergi bareng mereka. Dijalan ia bertemu dengan Amirago dan seperti biasa ia tidak menghiraukan pertanyaan si tua tersebut yang menanyakan Kavi.

safa cemas kalau Amirago kerumahnya lagi karena hanya Kavi disana. Tapi karena perjalanannya tanggung ia meneruskan mengantarkan pesanan.

Semoga saja Kavi aman sampai ia kembali.

Sementara itu dirumah Kavi masih saja lapar dan menginkan makanan pedas dan asam. Lezatnya rujak pedas tadi siang menari- nari dalam benaknya. ia melongok ke jam, masih belum terlalu malam. Keinginannya tidak terbendung. Ia pergi lewat pintu belakang dan menyeberangi jembatan panjang diujung perumahan.

Tujuannya adalah pasar. Dimana orang menjual rujak berada. Ia memesan rujak level terpedas. Ia menghabiskan makanannya cepat. Selain karena enak ia takut ibunya duluan tiba dirumah. Ibunya pasti akan mencarinya dan menanyakan pada semua orang.

"Bungkus satu ya" pinta Kavi pada penjual rujak tersebut. Setelah pesanannya selesai Kavi kembali lewat jalan tadi, masuk pintu dapur. Ia tiba dirumah berbarengan dengan sang ibu.

Safa mengira Kavi dari belakang rumah dan ia tidak menanyakan hal itu. Kalau ia tau Kavi keluyuran malam- malam mungkin ia akan cemaha panjang dampai pagi dengan tradisi serta mitos kuno. Konon katanya, gadis yang suka keluyuran malam akan sulit dapat jodoh.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!