sebuah tawaran

Kebingungan akan dirinya tidak terjawab oleh Dera. Ia mendatangi pamannya jauhnya yang seorang dokter. Ia mencertakan apa yang ia alami akhir-akhir ini. pria empat puluhan itu mendengarkannya dengan seksama setelah itu ia tertawa.

Dera tersinggung oleh tanggapan pamannya itu.

"Apa ada yang salah? ternyata keluarga besar sama keluarga jauh itu sama saja, sama-sama menganggap aku sampah" ujar Dera dengan wajah mulai berang.

"Kamu kenapa marah-marah, apa aku tidak boleh bahagia?" tanya pamannya itu sambil menepuk bahu Dera.

"Kau bahagia melihat aku begini? penuh kebingungan"

"Aku hanya ingin mengucapkan selamat"

"Selamat? aku gila maksudnya?" nada suara Dera masih belum terkontrol tanpa melihat ke wajah pamannya. Ia kesini untuk menawab keresahannya tapi malah diginikan. Siapa yang tidak akan marah. Kalau pamannya tidak suka padanya setidaknya anggaplah dia sebagai seorang pasien. Adik Chiang sangat keterlaluan tidak profesional sedikitpun.

"Apa kau menghamili seorang wanita?"

Dera terperanjat lalu menggeleng.

"Maksud paman?"

"Kau jangan bohong! kau pasti pacaran melewati batas"

Dera terdiam.

"Ini paman mu, ayolah! cerita" bujuk pamannya setengah meledek.

"Aku bertanya tentang keadaan aku paman, tapi paman malah bertanya yng aneh-aneh, menyesal aku kesini" sungut Dera dan beranjak dari duduknya untuk pergi.

"Kau mengalami sindrom karena pasanganmu sedang hamil" beritahu pamannya. Hal itu membuat langkah Dera berhenti lalu melihat kepamannya tidak percaya.

"Percayalah, kau tidak apa-apa, kau hanya mengalami itu, makanya paman mengatakan selamat untuk kamu, saran paman, ... menikahlah, kasihan anak kamu,..maaf bukan paman menjudge,..bagaimana kalau anak kamu juga mengalami persis seperti apa yang kau alami"

Dera teringat dengan kejadian dipulau itu. Ia merutuk dalam hati. Apa iya?....tapi dia tidak tau siapa orangnya dan jika ia mencari maka ia akan berhadapan dengan hukum. Ia seperti makan buah simalakama.

Sial, sial... dia merutuk dalam hati. Ini yang namanya buah tidak akan jauh jatuh dari pohonnya. Ia bejat sama seperti ayahnya yang telah menghadirkannya kedunia tanpa mau tau.

Semua cemoohan keluarganya melintas dibenak Dera. Sekarang ia mengerti kalau itu pantas di terima.

***

Perumahan heboh oleh pengakuan Tomi. Ibunya yang biasanya kalem dan tidak pernah marah sekarang ia menarik telinga anaknya untuk menjauh dari Kavi.

"Kau bilang sama ibu! jawab dengan jujur!!"

Tomi tidak bergeming. Dari pelipisnya mengalir darah segar kena hujan batu.Ibu Tomi marah campur kesal. Ia yang marah dan dia pula yang menangis.

Feya tidak menyangka Kavi akan membodohinya sejauh ini. Ia kecewa pada Kavi. Didepannya Kavi mendukung dengan Yomi tapi dibelakangnya Kavi dan Tomi sudah sangat jauh. Ia mundur dari sana lalu lari naik kerumahnya sambil menghempaskan pintu.

"Jawab Tom! kau tidak mungkin membuat ibu malukan?" tuntut ibu Tomi.

"Maaf ibu,...tapi Kavi lebih banyak menanggung dari pada aku"

Kavi kasihan pada Tomi. Ini bukan salah dan tanggung jawabnya. Mulutnya terbuka hendak mengasih tau.

"Sudah Tamara! biarkan dia menyelesaikan urusannya dulu" teriak ayah Tomi dari teras "biarkan dia mempertanggung jawabkan secara jantan,.kau jangan tekan dia, biatkan mulutnya nanti yang bicara!"

Suara ayah Tomi sangat keras dan menggelegar. Ibu Tomi tidak berani membantah. Ia menangis naik kembali kejenjang.

"Ada- ada saja mereka, kalau suka tinggal kawin saja!! tidak perlulah kita kena bencana!" desis otang- orang.

Kavi masih mematung. Mencerna ini semua yang bagai mimpi. Ia melihat sekeliling. Orang-oarng mendangi mereka dari teras. Mereka adalah orang-orang ramah tapi sekarang bagai orang asing tidak saling kenal. Begitu cepatnya mereka berubah.

"Kalian akan membawa bencana terhadap nasib kami! lebih baik kalian pergi!" usir Cica dari depan rumahnya. Perempuan itu mendesis seperti ular.

Tomi mengabaikan orang-orang itu dan menarik tangan Kavi untuk masuk kedalam rumah. Disana ada Safa yang duduk merenung dengan mata luyu.

Kavi meraup memeluk ibunya tanpa kata-kata. Setelah agak tenang Kavi berbisik "maafkan aku ibu"

safa melihat keputrinya. Anak satu-satunya belahan jiwanya. Ia tidak menyangka Kavinya akan begini. Hamil tanpa seorang suami. Lalu tatapan matanya beralih ke Tomi. Pemuda yang mengaku sebagai ayah anak itu.

"Katakan Tom!! apa ini sikap seorang pemuda?!! kau menghancurkan putriku!! apakah kamu puas?" suara Safa bergetar karena amarah . Kavi menarik tangan ibunya dengan cepat "jangan ibu...Tomi tidak salah apa-apa"

"Bukan dia ibu,..aku..aku kecelakaan" Kavi menekur kelantai tidak berani melihat siapapun.

Safa seperti tersengat mendengar ucapan Kavi begitu juga dengan Tomi.

"Siapa yang melakukan ini pada kamu? mana orangnya? katakan sama ibu!" suara Safa meninggi ia mengguncang bahu Kavi.

Kavi menangis sesungukan lalu menggeleng.

"Kau pasti tau Kav!!!!"

"Dia....dia orang asing...waktu itu aku..mengantar dagangan kita kedermaga"

mendengar pengakuan Kavi, dada Safa menjadi sesak.

"Sudah mama,..tenang dulu". Tomi menenangkan Safa yang mau pingsan. Ia mengambilkan minum untuk ibu kavi

"Mama tidak usah cemas, aku akan melindungi Kavi dan mama" Tomi mencoba meyakinkan Safa dengan sungguh-sungguh.

"Mama tidak usah menyebutkan hal ini pada banyak orang, cukup kita saja yang tau, aku akan bertanggung jawab atas semua ini"

Kavi menggeleng, bagaimana bisa Tomi seperti ini. Ia menarik tangan Tomi untuk bicara. Pemuda itu mengikuti langkah kemana Kavi membawanya dan membiarkan tangannya diseret.

"kau sadar dengan apa yang kau katakan?" tanya Kavi setelah berada dibelakang rumah, dekat laut.

"Aku sadar, sesadar-sadarnya.."

"kau tidak tau Tom!"

"Aku tidak mau tau Kav, entah siapa ayah anak itu yang penting kamu dan ibu kamu baik-baik saja, aman dari apapun

"Ini bukan persoalan main-main Tom, bukan persoalan aman tau tidak aman

"Dari awal aku sudah menuga, begitu aku mendengar kamu hamil dari warga aku langsung mencari tau, aku tau siapa kamu Kav,..kita selalu bersama hampir ditiap waktu, aku juga menanyakan pada semua orang kalau ada yang melihat seorang priapun didekat kamu, mereka tidak tau selain aku, aku juga mendatangi sipria tua bangka itu kalau-kalau dia yang menghancurkan kamu tapi dia malah menghajar aku,....harusnya kamu bilang pada aku biar aku melemparkan pria itu keluatan, bukan hanya diam Kav! "nafas Tomi memburu. Buku tangannya memutih karena marah.

"Aku tidak menyangka akan begini Tom, aku menganggap itu adalah kecelakaan, aku tidak berpikir akan sejauh ini sengasaranya oleh pria brengsek itu"

"Kita menikah" ajak Tomi.

Kavi menggeleng "tidak Tom, aku tidak akan menikah hanya karena menyembunyikan aib"

"Dia butuh seorang ayah, aku akan jadi ayah untuknya, percayalah!" Tomi meraih tangan Kavi tapi gadis itu.l menyantakkannya dan menggeleng " tidak Tom!!"

"Kenapa? apa karena kita teman??"

"Iya..selain itu ada yang mencintai kamu dari dulu, kamu pantas dengannya dari pada denganku"

"Siapa?? Feya?"

"Kamu tau?"

"Aku tau,....tapi aku tidak suka padanya, dia hanya sebatas teman, kamu tau itu jadi berhentilah untuk membahas yang lain"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!