seorang pria tua

Safa, ibu Kavi berjualan ditengah terik matahari siang dijalanan dekat pantai. Sejak tadi hanya beberapa orang yang belanja padanya karena orang- orang banyak memilih belanja pada toko dan supermaket didekat resort. Disana disediakan tempat yang nyaman bagi pembeli.

Sejak suaminya hilang dilautan, ia lebih banyak menghabiskan waktu berjualan untuk memenuhi kebutuhannya dan Kavi. Dulu ia adalah seorang wanita rumahan yang mengantarkan suaminya melaut dan menunggunya sore hari didermaga.

Keluarga kecilnya bahagia meskipun sederhana. Suaminya benar-benar menjaganya dan putrinya. Setiap akhir pekan mereka akan membawa rantang ke pinggir pantai dan menghabiskan waktu disana seperti para pelancong yang datang ke tempat itu.

Meskipun kepergian suaminya sudah agak lama tapi Safa masih gamang. ia takut tidak jadi ibu yang kuat bagi Kavi, Ibu yang bisa diandalkan serta gagal menjadi payung untuk putrinya disegala musim.

Sebuah mobil toyota berwarna hitam berhenti didekat Safa. Seorang pria hampir lebih setengah abad turun dari sana memakai kaca mata hitam dan sepatu warna putih. Walaupun kepalanya hampir ditutupi uban tapi gayanya masih mirip anak dua puluhan.

Dia adalah Amirago, pria pengusaha tambak dengan tiga orang istri. Istrinya paling tua seumuran dengannya dan dua masih muda. Amirago sudah mempunyai anak sepuluh dari ketiga istrinya. Empat dari istri pertamanya sudah menikah dan enam dari istri mudanya masih kecil-kecil.

Selain menjadi pengusaha tambak, Amirago juga terkenal dengan lintah darat tempat para nelayan berhutang. Hampir seratus persen nelayan meminjam uang padanya dengan bunga berlipat ganda.

Kalau kata almarhum suami Safa, Amirago kaya juga karena kampung nelayan yang membayar bunga berlipat ganda.

Makanya suami Safa tidak pernah mau berhutang pada Amirago meskipun mereka sangat butuh. Bisa- bisa putrinya terjual tanpa syarat untuk membayar hutang.

Amirago menghampiri Safa, begitu tiba didepan safa ia membuka kaca matanya sambil tersenyum tengil.

Safa tidak menanggapi senyuman pria tersebut. Sudah pasti harinya akan menjadi suram atas kehadirannya.

"Pagi Safa, calon mertua.."

Roma Safa langsung merinding, pantaskah ia mendapatkan menantu umurnya jauh lebih tua darinya?

"Kamu jualan apa Safa?" Amirago mencolek saus sambal ditangannya lalu membauinya "apakah ini higienis?"

"Tidak! anda bisa sakit perut" jawab safa.

"Saya juga tidak berniat memakannya"

Amirago melihat ke safa, wanita hampir lima puluhan itu sangat jutek padanya padahal hanyalah wanita biasa. Wanita ini dinilai sangat lancang padanya.

Tidak boleh seorangpun yang berani bicara keterlaluan pada seorang Amirago apalagi seorang wanita. Tapi sayang, ia menginginkan anak wanita itu.

Untuk menjerat Safa dan anaknya sangatlah sulit karena Safa tidak pernah meminjam uang padanya. Satu-satunya cara adalah membujuk Safa agar mau menyerahkan Kavi padanya.

"Kavi mana?" tanya Amirago.

"Dia bekerja"

"Kasihan Kavi, dia cantik dan masih muda tapi sudah harus bekerja, harusnya dia hidup senang dan bahagia, ....jalan- jalan, makan makanan yang enak, pakai pakaian yang bagus,.."

"Kavi tidak perlu semua itu,..dia sudah sangat bahagia dengan kehidupannya" potong Safa.

"Kavi tidak pernah bahagia,..hidup miskin itu tidak enak,...dia harusnya naik mobil kemana-mana, kalau Kavi menikah dengan aku, aku akan belikan dia mobil yang bagus, rumah yang besar, uang bulanan yang banyak, kamu juga tidak usah jualan seperti ini lagi, kamu hanya akan hidup tenang bersama Kavi" Amirago berkata dengan pongah.

"Maaf Amirago, kami tidak tertarik akan harta, kami sudah bahagia dengan kehidupan seperti ini" ujar Safa halus.

"Kau hanya mewariskan kehidupan miskin untuk putrimu Safa, jika suamimu masih hidup sudah pasti dia akan setuju dengan aku"

Safa menggeleng "tidak amirago"

"Kau keras kepala, padahal aku menjanjikan kehidupan yang bagus untuk putrimu, kau adalah orang miskin tidak tau diri"

Kesabaran Safa mulai habis, ia membalas tatapan tajam Amirago lalu berkata datar tapi sukses membuat Amirago meradang.

"Hidup kami terserah kami Amirago, kau tidak usah ikut campur..kalau kami tidak mau tidak ada hak kamu untuk memaksa, kami tidak tertarik dengan kekayaan kamu"

"Orang miskin munafik!"

"Dari pada orang kaya pengemis"

Amirago menghentak pergi dari sana disertai dengan umpatan "kau akan memohon padaku Safa, ingat itu!"

Mobil Amirago menderun pergi. Safa mengurut dadanya. Semoga saja ucapan Amirago tidak pernah terjadi.

Kavi sudah dewasa, baiknya ia menikah dari pada diganggu terus oleh Amirago. Tapi menikah dengan siapa?.

Matahari makin terik dipuncak kepala Safa. Bayang-bayang sejajar dan persis dibawah benda itu berarti sudah memasuki tengah hari.

Semoga Amirago tidak menganggu Kavi ketempat kerjanya karena jam segini Kavi sedang istirahat.

***

"Kaaaav! hey! kau melamun?"

Feya berteriak pada Kavi yang duduk ditepi pantai dibawah terik matahari siang. Pada saat itu mereka sedang istirahat bersama para wanita pemanen rumput laut. Mereka berada diteluk berair tenang dan disanalah para petani membudidayakan rumput laut.

Kavi yang sedang melihat lautan dengan pikiran kosong jadi kaget karena teriakan Feya.

"Apaan sih Fey?"

"Ngelamun apaan sih Kav? menghayal pangeran berkuda putih ya?"

Kavi hanya tersenyum hambar. Feya duduk disebelah Kavi "kamu sakit?"

Kavi menggeleng senyuman hambarnya mengambang.

"Terus kamu kenapa? seperti banyak pikiran?"

"Gak apa-apa Fey.."

Feya berhenti bertanya kalau Kavi bilang tidak ada apa-apa itu berarti ada apa-apa tapi tidak mau bilang. Feya oaham dengan sifat Kavi tapi ujung- ujungnya Kavi bakalan cerita kok hanya menunggu waktu saja. Sekarang Kavi pasti sedang berkecamuk dengan pikirannya.

"Ssst, Amirago" bisik Feya sambil melihat kebelakang Kavi. Pasti si pria tua itu sudah ada dibelakangnya. Para wanita memyambut Amirago bak dewa karena berhutang pada Amirago.

"Hey kamu!"

Amirago memanggil Feya dengan gerakan tangan seperti seorang bos pada anak buahnya.

"Ya amirago" sahut Feya patuh.

"Kasihkan ini pada Kavi ku" Amirago mengasihkan sebuah topi lebar pada Feya untuk dikasihkan pada Kavi. Feya mengambil topi itu dan mengasihkan pada Kavi.

"Dari Amirago" bisik Feya ia meletakkan topi lebar warna merah jambu itu dikepala Kavi.

"Aku tidak suka Fey, buang sana!" Kavi membanting topi itu keatas pasir. Hal itu membuat Amirago marah.

Amirago merasa dipermalukan oleh Kavi didepan banyak orang.

"Aku tidak suka ya tidak! mengapa kau memaksa aku? aku tidak sudi menerima barang dari mu!" balas Kavi. Ia yang sedang kalut menginjak topi itu ditanah. Semua orang menyayangkan sikap Kavi termasuk Feya. Amirago adalah pria yang disegani. Apapun yang diminta Amirago pasti akan mereka kabulkan. Tidak ada yang berani seorangpun melawannya.

"Kau?"

Kemarahan Amirago berubah jadi dendam. Gadis itu akan menerima akibatnya menikah ataupun tidak, ia akan membuat gadis itu menyesali apa yang telah ia lakukan. Jangan salahkan dirinya, gadis itulah yang berulah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!