Bab. 12

Pepatah mengatakan bahwa jika ingin memulai lagi sebuah hubungan baru maka hendaklah memberi jeda untuk mengobati segala sakit.

Namun, saat diriku baru saja ingin memulai lagi sebuah hubungan, tak ku sangka jeda yang telah kuhabiskan selama sepuluh tahun tidak cukup mampu untuk menghapus luka lara nestapaku.

Aku mencibir mengejek diri. Ternyata waktu sepuluh tahun tidak benar-benar membuatku sembuh dari semua luka.

Mungkin salah, jika aku memanfaatkan cinta tulus Mas Haris untuk membantuku menyembuhkan luka hatiku. Kalau nyatanya aku tak juga kunjung bangkit dari jerat masa laluku. Aku masih saja berkubang dalam lumpur nestapa yang sebentar lagi akan menenggelamkan diriku.

Bukan salah Mas Haris jika lukaku masih lagi berdarah. Bukan cinta kami yang lemah, hanya saja aku yang masih bertahan merawat luka. Aku yang sudah terbiasa mencintai nestapaku tanpa mau membuka diri untuk belajar menerima cinta baru.

Dengan lesu, aku beranjak menuju ke dapur. Kepalaku terasa pening. Mungkin ini akibat tak ada sesuatu pun yang masuk ke dalam perutku.

Aku memutuskan untuk membuat kopi panas pahit yang menjadi sahabatku selama sepuluh tahun belakangan ini.

Aku menyesap kopi panas pahit buatanku dengan lesu. Pahit... sepahit hidupku. Itulah mengapa aku menyukai rasa itu sekarang. Candu hitam yang pahit untuk hidup yang pahit. Sungguh perpaduan yang sempurna.

"Boleh aku memelukmu, Asma? "

Aku kembali teringat permintaan konyol Syafrie tadi siang. Bah.... mana sudi aku dipeluk olehnya. Bahkan dalam mimpi pun aku tak mengizinkan dia untuk melakukannya.

Syafrie benar-benar sudah keterlaluan. Dia berani mempermainkan perasaanku. Lelaki itu memang patut untuk di benci atau mungkin juga pantas untuk di caci.

" Hmm, sejak kapan kamu menyukai kopi? " Aku hampir terjengkang ke belakang mendengar suaranya. Astaga.... astaga.. laki-laki ini memang cari mati. Ini sudah yang kedua kalinya dia mengagetkan aku.

Berdiri tepat di tengah pintu, di kedua tangannya masing-masing menjinjing tas keresek hitam besar, berisi penuh belanjaan. Netranya menatap gelas di tanganku yang berisi kopi panas.

Baiklah.... aku sudah muak dengan tingkah polahnya yang selalu saja mencoba memancing kemarahanku. Jadi... mari kita beradu mulut, Syafrie.

" Aku menyukai apa yang dulu kubenci dan membenci apa yang dulu kusukai, termasuk kamu." Aku kembali menyesap kopi pahit di gelas. " Mau mencobanya? " aku menawarkan persis di depan wajahnya.

" Ah... tidak.... tidak. Kau tak cocok minum kopi pahit ini karena hidupmu Selalu manis." cibirku padanya.

Dia berjalan melewatiku, meletakkan kantong kresek belanjaan di meja lesehan dan kemudian duduk di sebelahku.

" Tinggal di kota rupanya telah mengajarkan bibir manismu untuk mengeluarkan kata - kata pahit. Ingin rasanya kubungkam bibirmu dengan ciumanku. Lama tak mendapat ciuman dariku membuat bibirmu kehilangan kata - kata manisnya."

PLAKK!!! Lima jariku sudah mendarat mulus di pipinya. Entah bagaimana ini bisa terjadi. Tapi yang pasti aku sudah benar-benar tak mampu lagi untuk mengontrol kesabaranku.

Mukaku memerah menahan emosi yang bergejolak hebat di dadaku.

" Beraninya kau! " mataku melotot menatap wajahnya.

Dia mengusap pipinya yang habis kutampar sambil tersenyum.

" Kusangka kebencianmu padaku sudah mencapai langit. Namun rupanya aku salah. Dibandingkan dengan amarah, tamparanmu lebih terasa seperti luapan rasa rindu yang terpendam." dia berkata sambil tersenyum manis sekali. Tangan kanannya mengelus pucuk kepalaku sementara tangan kirinya tersampir di bahuku.

Dengan kasar aku menepis lengan lelaki itu. " Lepaskan. Apa maumu, Syafrie!" bentakku kasar. Aku berdiri, menarik kedua lengan gamisku ke atas bersiap untuk memberi laki-laki itu pelajaran.

" Kamu...! " Syafrie melepaskan tangannya dari kepalaku. Pandangan matanya tak terbaca.

" Kamu memang laki-laki yang tak punya harga diri dan malu. Dulu, sepuluh tahun yang silam aku pernah berkata, jika Tuhan masih bermurah hati mempertemukan kita, ingatkan aku untuk memaafkan mu karena di kehidupan ini aku tak bisa." Teriakku dengan emosi.

" Aku selalu memohon pada Tuhan agar aku tidak dipertemukan kembali dengan dirimu, kau tahu kenapa , Syafrie.? Karena di ke.hi.du.pan i.ni. Yah di kehidupan ini, sialnya aku masih hidup dan aku tak bisa memaafkan mu ."

" Aku berjuang mati - matian agar bisa sembuh dan melupakanmu. Di ujung sepuluh tahun kepergian ku, jangan kau sangka aku sudah sembuh. Tidak. Lukaku masih sama. Tiap malam aku selalu bermimpi yang sama, mimpi tentang pengkhianatan mu. Aku bahkan sudah berusaha menemui seorang psikolog untuk menyembuhkan trauma itu. Akan tetapi, aku tetap saja masih terluka. Dan kau tahu Syafrie siapa yang telah menyebabkan luka itu, kau... dirimu Syafrie!! "Aku benar-benar kalap. Emosiku meluap. Syafrie terdiam tak sanggup berucap.

" Bagaimana..? apakah tadi sudah cukup menyadarkan kamu bahwa sudah tak ada harapan lagi di antara kita." Syafrie diam bergeming. Hening.

Aku kembali duduk untuk menenangkan diri. Emosiku sudah hampir surut, sampai kemudian laki-laki itu membuka mulut.

" Aku mencintaimu, Asma. Aku sangat mencintaimu. Aku akan selalu mencintaimu! " Baiklah... kau yang memulai Syafrie. Aku terima tantangan mu.

" Cinta... cinta yang seperti apa yang kau bicarakan, Syafrie? Aku tersenyum sinis ke arahnya. "Kepada siapa saja kamu sudah mengatakannya. Apa kepada wanita itu juga? Lantas apa kau pikir kamu bisa mengatakan semua cinta kepada setiap wanita yang kau inginkan?" Syafrie menggeleng lemah. Kepalanya tertunduk.

" Apakah cinta istrimu yang baru tidak cukup memuaskan mu. Atau barangkali istrimu itu tidak cukup mampu menjalankan kewajibannya untuk menjadi mesin pemuas nafsu liarmu. Jika benar demikian, maka tak heran kamu jadi serendah ini." Astaga.... itu adalah kalimat terkasar yang keluar dari mulut seorang Asma.

" Asma, jangan salahkan aku, kaulah yang telah memancing diriku.. " Detik berikutnya adalah benda lembut dan basah yang aku rasakan menyentuh bibirku. Begitu dalam dan penuh kerinduan.

Aku yang tak siap, tak sanggup melepaskan diri dari cengkraman tangannya di tengkukku dan lingkar tangannya yang menggapit tubuhku dengan posesif.

Aku sangat marah hingga tak sanggup lagi bergerak. gemetar tubuhku karena merasa terhina dan direndahkan dalam waktu bersamaan. Kebencian ku pada Syafrie semakin menjadi.

Cairan bening dari mataku membuat Syafrie menghentikan tindakannya padaku. Aku menangis karena kemarahan yang sangat, yang tak bisa kuucapkan.

Bukan hanya memelukku, dia juga sudah mencuri ciumanku. Buku-buku jari - jari tanganku sudah memutih di balik gamisku karena eratnya kepalan tanganku.

Syafrie mengecup pucuk kepalaku. Aku hanya diam bergeming. Bukan untuk menikmati tapi karena tubuhku lemas oleh rasa sesak dan amarah yang membuncah di dadaku. Berani sekali dia melakukan hal itu terhadapku.

" Jangan menangis, Asma. Maafkan kelancanganku. Aku tahu apa yang kulakukan salah. Tapi perlu kau ketahui bahwa aku tak pernah menceraikan kamu. Kamu masih istriku. Kita masih sah sebagai suami istri di mata hukum agama maupun secara hukum negara. Jadi tak perlu merasa berdosa." Jari - jemari Syafrie bergerak lembut mengusap air mata yang mengalir deras di pipiku. Isakku semakin pilu terdengar

" Jauhkan tangan kotormu dariku! Aku jijik padamu. Bukankah sudah kukatakan padamu bahwa saat kamu menikah maka saat itu juga jatuh sudah talakmu padaku, bajingan! "

" Astaghfirullah, Asma! Istighfar.. tak baik kamu memaki suamimu sendiri."

" Stop! berhenti bicara! aku muak melihatmu. Kau itu serakah dan licik. Kau memanfaatkan kelengahan dan kelemahanku." Ucapku dengan marah sambil mendorong tubuhnya.

" Asma, tenangkan dirimu! " Syafrie berusaha menggapai tanganku, namun aku menepisnya.

" Cukup !! Berhenti, Syafrie....! " teriakku histeris. " Apa yang harus aku katakan pada isteri dan anakmu nanti.! " aku kembali menangis. " Kau membuatku semakin muak..! " Tubuhku gemetar luruh hingga aku jatuh terduduk dan bersimpuh di lantai.

" Aku membencimu, Syafrie. Aku membenci istrimu yang merebut kebahagiaanku, aku benci anak kalian yang menggantikan kedudukan anakku. Aku benci kalian semua..!" Dadaku tersengal sesak menahan amarah.

" Asma...!" Syafrie bergumam lirih seraya bergerak mendekatiku.

" Tidak.. tidak! pergilah Syafrie..! Aku tak bisa lagi mengungkapkan betapa sakitnya hatiku karena pengkhianatan mu dahulu. Aku tak bisa memaafkan mu. Janganlah lagi menampakkan diri di hadapanku. Aku mohon, setidaknya sampai aku menemui keluargaku. Setelah itu aku akan kembali lagi kekehidupanku yang lain. Dan kamu bisa meneruskan kehidupanmu kembali seperti sebelum aku kembali.!"

Aku mengatakannya dengan lemah dan nyaris tak terdengar. Tak ada air mata lagi di sana. Aku lelah menangis. Aku hanya tersuruk dengan tubuh lunglai meratap dengan dada sesak hingga kebas rasa seluruh tubuh.

" Tak cukupkah dendammu hanguskan kita berdua, Asma? Jangankan menjauh, menelan jutaan bara pun aku sanggup, Asma. Namun aku ragu, apakah kamu mampu bertahan tanpa kehadiranku setelah kamu tahu siapa sebenarnya anak laki-laki yang ada bersamaku itu." Syafrie kembali mendekatiku, mengangkat dan memelukku dalam pelukannya. Mengusap lembut kepalaku yang terbungkus hijab warna coklat susu.

Aku menulikan runguku. Tak mau mendengar lagi ucapannya. Kepalaku terasa sakit hingga aku tak mampu lagi untuk berpikir jernih mencerna setiap kata - kata yang keluar dari birai laki-laki itu.

Tubuhku masih tetap dalam posisi itu. Terkukung oleh lingkar kokoh kedua tangan Syafrie untuk waktu yang lama. Sampai aku merasa sesuatu yang basah pada baju lengan gamisku.

Aku mendongak mencari asal sumber air itu..... ternyata itu tangis Syafrie. Lelaki itu sedang menangis. Matanya merah dan penuh dengan butiran kaca. " Jangan pergi lagi kumohon. Setidaknya jika tidak demi aku, tinggallah demi Fadil! "

Baru saja aku ingin kembali mengeluarkan sumpah serapahku. "Ayah... Fadil pul... " Seorang bocah laki-laki telah hadir di sana, berdiri terpaku di tengah pintu yang menuju ke dapur. Tatapan bocah itu tajam menelisik ke arah diriku. " Itu tante yang fotonya ada di hape ayah..! " ucapnya polos.

Aku terdiam tak mampu berkata. Syafrie bergeming. Kami tampak seperti dua orang yang kepergok selingkuh.

Terpopuler

Comments

Mr.VANO

Mr.VANO

terlalu sayang ak tinggalkan novel ini cerita buat ak penasaran

2023-08-28

0

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

tabirnya lelet banget bukunya

2022-09-21

0

Riau Silva Indah

Riau Silva Indah

kok blm up ya thor??

2022-05-25

0

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1
2 Bab. 2
3 Bab. 3
4 Bab. 4
5 Bab. 5
6 Bab. 6
7 Bab. 7
8 Bab. 8
9 Bab. 9
10 Bab. 10
11 Bab. 11
12 Bab. 12
13 Bab. 13
14 Bab. 14
15 Bab. 15
16 Bab. 16
17 Bab. 17
18 Bab. 18
19 Bab. 19
20 Bab. 20
21 Bab. 21
22 Bab. 22
23 Bab. 23
24 Bab. 24
25 Bab. 25
26 Bab. 26
27 Bab. 27
28 Bab. 28
29 Bab. 29
30 Bab. 30
31 Bab. 31
32 Bab. 32
33 Bab. 33
34 Bab. 34
35 Bab. 35
36 Bab. 36
37 Bab. 37
38 Bab. 38
39 Bab. 39
40 Bab. 40
41 Bab. 41
42 Bab. 42
43 Bab. 43
44 Bab. 44
45 Bab. 44
46 Bab. 45
47 Bab. 46
48 Bab. 47
49 Bab. 48
50 Bab. 49
51 Bab. 50
52 Bab. 51
53 Bab. 52
54 Bab. 53
55 Bab. 54
56 Bab. 55
57 Bab. 56
58 Bab. 57
59 Bab. 58
60 Bab. 59
61 Bab. 60
62 Bab. 61
63 Bab. 62
64 Bab. 63
65 Bab. 64
66 Bab. 65
67 Bab. 66
68 Bab. 67
69 Bab. 68
70 Bab. 69
71 Bab. 70
72 Bab. 71
73 Bab. 72
74 Bab. 73
75 Bab. 74
76 Bab. 75
77 Bab. 76
78 Bab. 77
79 Bab. 78
80 Bab. 79
81 Bab. 80
82 Bab. 81
83 Bab. 82
84 Bab. 83
85 Bab. 84
86 Bab. 85
87 Bab. 86
88 Bab. 86
89 Bab. 88
90 Bab. 89
91 Bab. 90
92 Bab. 91
93 Bab. 92
94 Bab. 93
95 Bab. 94
96 Bab. 95
97 Bab. 96
98 Bab. 97
99 Bab. 98
100 BAB. 99
101 Bab. 100
102 Bab. 101
103 Bab. 102 Tamat
104 Extra Bab. 103
105 Penutup
106 Bab. Promosi
107 Bab. Promosi 2
108 Bab promosi 3
109 Bab. 1 Promosi novel Suami Kedua ku Pangeran Jin
Episodes

Updated 109 Episodes

1
Bab. 1
2
Bab. 2
3
Bab. 3
4
Bab. 4
5
Bab. 5
6
Bab. 6
7
Bab. 7
8
Bab. 8
9
Bab. 9
10
Bab. 10
11
Bab. 11
12
Bab. 12
13
Bab. 13
14
Bab. 14
15
Bab. 15
16
Bab. 16
17
Bab. 17
18
Bab. 18
19
Bab. 19
20
Bab. 20
21
Bab. 21
22
Bab. 22
23
Bab. 23
24
Bab. 24
25
Bab. 25
26
Bab. 26
27
Bab. 27
28
Bab. 28
29
Bab. 29
30
Bab. 30
31
Bab. 31
32
Bab. 32
33
Bab. 33
34
Bab. 34
35
Bab. 35
36
Bab. 36
37
Bab. 37
38
Bab. 38
39
Bab. 39
40
Bab. 40
41
Bab. 41
42
Bab. 42
43
Bab. 43
44
Bab. 44
45
Bab. 44
46
Bab. 45
47
Bab. 46
48
Bab. 47
49
Bab. 48
50
Bab. 49
51
Bab. 50
52
Bab. 51
53
Bab. 52
54
Bab. 53
55
Bab. 54
56
Bab. 55
57
Bab. 56
58
Bab. 57
59
Bab. 58
60
Bab. 59
61
Bab. 60
62
Bab. 61
63
Bab. 62
64
Bab. 63
65
Bab. 64
66
Bab. 65
67
Bab. 66
68
Bab. 67
69
Bab. 68
70
Bab. 69
71
Bab. 70
72
Bab. 71
73
Bab. 72
74
Bab. 73
75
Bab. 74
76
Bab. 75
77
Bab. 76
78
Bab. 77
79
Bab. 78
80
Bab. 79
81
Bab. 80
82
Bab. 81
83
Bab. 82
84
Bab. 83
85
Bab. 84
86
Bab. 85
87
Bab. 86
88
Bab. 86
89
Bab. 88
90
Bab. 89
91
Bab. 90
92
Bab. 91
93
Bab. 92
94
Bab. 93
95
Bab. 94
96
Bab. 95
97
Bab. 96
98
Bab. 97
99
Bab. 98
100
BAB. 99
101
Bab. 100
102
Bab. 101
103
Bab. 102 Tamat
104
Extra Bab. 103
105
Penutup
106
Bab. Promosi
107
Bab. Promosi 2
108
Bab promosi 3
109
Bab. 1 Promosi novel Suami Kedua ku Pangeran Jin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!