PERAHU KARAM

PERAHU KARAM

Bab. 1

" Asma, letakkan kembali pisau itu. Nanti kamu bisa terluka oleh pisau itu.!" teriak Syafrie di tengah riuhnya alunan musik yang memeriahkan suasana pesta pernikahan yang berlangsung di tempat itu.

Yah....pesta pernikahan suamiku yang bernama Syafrie Mahmud Alamsyah dengan seorang perempuan dari desa sebelah yang bernama Marina.

Aku meradang terluka. Pernikahan yang tanpa sepengetahuanku dan tidak dengan izinku itu sedang berlangsung meriah dan mewah.

Seketika, musik yang mengalun pun mendadak berhenti. Suasana menjadi hening. Semua mata fokus tertuju padaku. Tak ada yang bersuara. Hanya

suara piring dan gelas beradu saja yang sesekali terdengar.

Pandanganku beredar ke sekeliling ruangan pelaminan yang di dekor dengan warna emas dan merah. Kain - kain berwarna putih dan merah memberi kesan mewah ala pernikahan masa kini lengkap dengan para pengiring pengantin yang memakai busana lengkap senada dengan busana yang dipakai oleh suamiku dan juga istrinya.

Tak ketinggalan juga hiasan bunga - bunga berwarna hijau dan putih yang turut memeriahkan suasana pesta tersebut.

Aku terhenyak. Sakit menusuk dadaku. Bagaimana mereka begitu sempurna menyiapkan pesta pernikahan ini tanpa sepengetahuanku.

Mereka sudah menusukku dari belakang. TEGANYA!!

Pandanganku beralih menatap mempelai wanita yang berdiri mematung di belakang suamiku. Baju bodoh berwarna hijau yang dikenakannya senada dengan baju yang dikenakan oleh Syafrie, suamiku.

Dia meremas kedua tangannya sambil sesekali melirik ke arahku. Pandangannya seakan mengejekku. Mengejek ketidakmampuanku untuk menjaga suamiku agar tak berpindah ke lain hati.

"Dasar pelakor..!" desisku dengan penuh kebencian.

" Asma, jaga bicaramu. Dia tidak seperti yang kau tuduhkan! " bentak Syafrie padaku. Aku mendelik, tersenyum sinis pada dirinya dan Syafrie suamiku.

" Mengapa, apa aku salah? Wanita ini tidak akan bersuami jika dia tidak merebut suamiku. Lalu apa namanya jika bukan pelakor? "

" Asma, sekali lagi ku bilang. Jaga bicaramu. Atau aku...! " sekali lagi Syafrie membentakku.

" Atau apa? Kamu akan memukulku? " tanyaku. Aku tertawa pahit.

Ku lirik mata lelaki yang juga telah menatapku. Tangannya memperbaiki jas hitam yang di padu dengan sarung sutra warna senada dengan baju mempelai wanita.

Dia melirik ke arah tanganku yang sesekali memainkan pisau di tanganku ke dadanya.

Hah... Dia Cemas atau takut mati.

" Mengapa diam, atau kau takut aku menusukkan pisau ini ke dadamu atau ke dada mempelai wanitamu. Amboi.... kalau masih takut mati, kenapa berani beristri dua, Syafrie? " ejekku pada Syafrie. Kini pisau di genggamanku terarah pada mempelai wanita.

Muka Syafrie merah padam mendengar ejekanku. Sedangkan mempelai wanita menatap ngeri ke arah pisau yang ada di genggamanku.

"Kau jangan bodoh, Asma! Aku ini masih tetap suamimu. Tak ada yang berubah. Aku masih tetap mencintaimu. Jangan bertindak yang nanti merugikan diri sendiri! " ucapan Syafrie di angguki oleh semua yang hadir di sana.

" Cuih... mudah bagimu bicara seperti itu, bajingan. Bukan kamu yang berada di posisi aku. Bukan kamu yang merasakan sakitnya dikhianati. Aku..... aku yang merasakan nyeri itu di sini.... disini..! " kataku seraya menunjuk dadaku dengan ujung pisau. Sesak dan nafasku memburu. Bibirku bergetar menahan tangis. Duh...... mengapa sakit sekali, ya Tuhan. Mengapa tak sekalian saja Kau cabut nyawaku ini.

" Aaahhh! " semua menjerit tertahan. Ngeri dengan pisau yang terarah tepat di jantung.

" Asma, dengarkan aku! Sampai kapanpun kau tetap yang utama. Aku akan tetap memilihmu. Percayalah, sayang. Aku hanya membantunya saja." Syafrie menoleh pada mempelai wanita di sebelahnya. Memohon maaf dan pengertian agar wanita tersebut tak tersinggung atas ucapannya.

" Hmm, membantunya menghangatkan ranjangnya, itu maksudmu? Enak saja, Aku sedang berjuang mempertahankan rumah tanggaku, sedang kamu enak - enakan ingin menikah dan membangun rumah tangga lagi dengan wanita lain tanpa mengakhiri dulu hubunganmu denganku, Cuih.... ceraikan aku dulu, pengecut! "

"Jaga bicaramu, Asma. Perkataanmu tadi telah menyinggung hati dan melukai harga diri keluarga ini! " bentak suamiku.

Aku terperangah. Seumur hidup ini adalah kali pertama suami yang ku puja dan ku sanjung dengan cintanya yang katanya setinggi nirwana membentakku.

Sakit.... sakit sekali. Seperti ditusuk pedang lalu di koyak-koyak kemudian dihempaskan secara paksa ke bumi.

"Kau kejam sekali, Syafrie! " aku membathin dalam hati.

" Ayo pulang, nak. Malu dilihat orang! " ajak Bapak, menarik pelan tanganku berusaha untuk membujukku agar meninggalkan tempat ini.

" Tidak, pak. Aku tidak mau pulang tanpa suamiku! Aku masih bertahan, menatap tajam ke pupil hitam suamiku yang dulu pernah membuatku selalu berdebar-debar bila bertatapan dengannya. Entah mengapa, sekarang semua terasa hampa. Debaran cinta di hatiku tiba-tiba hilang begitu saja, berganti gejolak kebencian dan rasa muak. Cinta di hatiku berubah menjadi hitam. Sehitam bara kebencian dan keangkaramurkaan di hatiku.

" Jangan keras kepala, Asma. Percayalah kau masih memiliki aku. Kita akan hidup bersama. Aku, kamu, dan Marina akan hidup bahagia. Percayalah... Aku akan berlaku adil pada kalian semua! Tolong .. Asma, pahami posisiku! " ucapnya memelas mencoba membujukku.

" Mengapa kamu berpikir bahwa kita akan bahagia. Oh yah... Kamu dan dia yang akan bahagia, tetapi aku tidak! " sentakku.

" Tapi bapakmu sudah memberi izin padaku untuk menikah lagi, sayang! " kata Syafrie meraih jemariku yang satunya. Aku menepisnya dengan kasar.

" Oh, yah? Tapi sayangnya aku tidak! " jawabku sambil mempermainkan pisau di tanganku ke wajahnya. Ingin sekali ku cabik-cabik mulut itu dengan pisau ini sampai halus tak berbentuk.

" Pria bisa menikah lagi walau tanpa persetujuan Sang istri, sayang. Jika dia merasa mampu secara fisik, materi dan bisa berbuat adil. Semua itu diperbolehkan dalam agama kita." katanya sambil melirik pisau di tanganku yang kini sudah berubah posisi tepat di depan dadanya.

Aku menatap murka ke arah suamiku. Secinta dan sesayang itukah dia pada wanita yang kini sudah menangis tersedu di atas pelaminan sana.

Kemana dia buang semua ucapan - ucapan cinta dan janjinya padaku. Janji yang terucap bahwa akan hanya ada satu wanita dalam hidupnya. Yang akan bertahta di hatinya selama-lamanya.

" Cuih... Syafrie.Lelaki penghianat sepertimu memang sangatlah mudah mengumbar janji. Kau pikir semua wanita bisa kau perlakukan seperti itu. Ingatlah, Aku Asma, bersumpah bahwa sampai matipun aku tak akan pernah ridha dan memberi izin padamu untuk menikah lagi. Dan aku katakan juga, bahwa hari ini, jika sampai kau menikah lagi, maka putuslah talakmu untukku! " Aku menjatuhkan talak gantung pada Syafrie suamiku karena pada dasarnya hatiku sakit jika ada ' penomoran' istri dalam catatan pernikahanku dan Syafrie.

Wajah Syafrie suamiku pucat pasi mendengar Ultimatum dariku. Yah.... aku merasa menang. Kau harus menceraikan aku dulu baru bisa menikah dengan wanita itu. Enak saja kau menginjak - nginjak harga diriku dan berani mempermainkan cintaku.

" Tapi Asma, abang sudah menikah!" kata Syafrie dengan wajah memelas.

" Baguslah.. kalau begitu, maka jatuhlah talak abang padaku! " kataku tersenyum, namun pahit.

" Mana bisa begitu, Asma. Kamu sedang hamil anak kita. Mana bisa aku menalak istri yang sedang hamil! " serunya.

" Gampang saja. Begitu anak ini lahir, kita resmi bercerai."

" Asma, jaga bicaramu. Aku tak akan menceraikan kamu! Kamu pulanglah dulu, nanti aku menyusul dan menjelaskan semuanya padamu! Aku tak ingin berpisah darimu. Aku mohon, dengarkan aku! Jangan gegabah memutuskan sesuatu! "

" Maaf, Syafrie. Keputusanku telah bulat. Kau sudah menjatuhkan talak padaku dengan perkawinan ini. Maka mulai detik ini, kamu dan aku sudah tak ada ikatan. Kita bukan suami istri lagi. Dan nanti pada saat anak ini lahir, segera akan kuurus surat cerai kita."

" Asma, jangan begitu, nak! Syafrie masih suamimu. Lihatlah, disini banyak orang yang menonton drama keluarga kalian! " bapak sekali lagi mencoba membujukku. Namun aku menepis lengan bapak dengan kasar.

" Tidak, Asma. Aku tidak akan menceraikan kamu. Kamu tetap istri abang sampai kapanpun! kata syafrie dengan gusar.

" Tapi aku jijik padamu, Syafrie. Aku jijik pada penghianat seperti dirimu. Jadi aku haramkan kamu menyentuhku! " teriakku kasar sambil menangis. Pisau di tanganku ku tuding - tudingan di wajahnya. Syafrie yang melihat hal itu memegang tanganku, bermaksud ingin merebut pisau itu dari tanganku. Namun aku memberontak hingga tanpa sengaja pisau itu melukai tangannya.

Darah segar mengalir membasahi pakaian pengantin yang dikenakannya.

Aku mundur dan tersenyum mengejek.

" Sakit? bagaimana rasanya luka terkena sayatan pisau, hah? Itu belum sepadan dengan luka di hatiku. Kau tahu? sakitnya tak bisa terungkapkan...! " isakku sambil menangis. Sakit.... hatiku benar-benar sakit.

" Astaghfirullah, Asma! Istighfar, nak! kamu sudah di rasuki Iblis. Ayo kita pulang, nak! Tak baik untuk kesehatan bayi dalam kandunganmu! " kali ini ibu yang berusaha membujukku.

" Iya, Asma. Pulanglah, nanti tiga hari lagi aku akan menyusul. Aku akan menjelaskan semuanya. Percayalah, kita akan bahagia bersama. Jangan lagi berpikir tentang perceraian. Karena sampai kapan pun aku tak akan menceraikan kamu. Kamu adalah prioritasku. Aku akan berlaku adil pada kalian se..! "

" Hei, penghianat. Cukup bicaranya! Siapa yang bilang aku mau tinggal bersamamu! Kau pikir aku mau? Baiklah.... kamu memang tak mengerti perasaanku. Dengar..! Aku tak sudi hidup bersama laki-laki penghianat seperti dirimu, lebih baik aku mati. Ingatkan aku untuk memaafkanmu, bila nanti Tuhan bermurah hati menjodohkan kita kembali di kehidupan berikutnya, karena di kehidupan ini aku tak bisa memaafkanmu! " Selesai berkata demikian, dengan satu ayunan aku menancapkan pisau di tanganku sekuat tenaga ke jantung Syafrie... bukan...tapi jantungku.

Aku memejamkan mataku tak ingin membayangkan benda tajam itu menembus bajuku dan mengoyak kulit tubuhku dan menusuk tepat di jantung.

Namun sebelum pisau menancap di jantungku, seseorang mendorong tubuhku hingga terhempas ke belakang pagar pembatas pelaminan membuatku jatuh terguling melewati anak tangga hingga terlempar ke bawah.

Aahhhh! Jerit kengerian bercampur dengan isak tangis wanita dan anak-anak masih sempat ku dengar.

Sakit, nyeri, dan sesak di dada kurasakan. Tubuhku terasa kebas dan mati rasa.

" Darah! " jerit seseorang

" Ya, Allah. Kandungannya. Asma..!!! "

" Pak..! Pak Basri.. Ya Allah! Pak Basri bertahanlah Pak..! Asma... Ya Allah! "

Seseorang, aku mohon tolong jelaskan apa yang terjadi. Aku yang sedang merintih kesakitan namun mengapa mereka menyebut nama bapakku. Sesuatu yang buruk pasti telah terjadi.

" Astaghfirullah.... Ya Allah, apa yang kau sudah kau lakukan, asma! teriak Syafrie.

" Asma, bertahanlah, nak. Ya, Allah tolong selamatkan suami , anak dan cucuku." kudengar isak tangis seorang wanita menyebut namaku, Ibuku! Kesadaranku perlahan-lahan memudar seiring dengan gelapnya penglihatanku.

Terpopuler

Comments

Mr.VANO

Mr.VANO

mampir di novel mu,,seru bab pertama,,ak lanjut

2023-08-28

0

Rose_Ni

Rose_Ni

seru nih main tusuk-tusukkan pisau

2023-01-19

1

Er Ropah

Er Ropah

bru mmpir.....selalu seru ....

2022-12-03

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1
2 Bab. 2
3 Bab. 3
4 Bab. 4
5 Bab. 5
6 Bab. 6
7 Bab. 7
8 Bab. 8
9 Bab. 9
10 Bab. 10
11 Bab. 11
12 Bab. 12
13 Bab. 13
14 Bab. 14
15 Bab. 15
16 Bab. 16
17 Bab. 17
18 Bab. 18
19 Bab. 19
20 Bab. 20
21 Bab. 21
22 Bab. 22
23 Bab. 23
24 Bab. 24
25 Bab. 25
26 Bab. 26
27 Bab. 27
28 Bab. 28
29 Bab. 29
30 Bab. 30
31 Bab. 31
32 Bab. 32
33 Bab. 33
34 Bab. 34
35 Bab. 35
36 Bab. 36
37 Bab. 37
38 Bab. 38
39 Bab. 39
40 Bab. 40
41 Bab. 41
42 Bab. 42
43 Bab. 43
44 Bab. 44
45 Bab. 44
46 Bab. 45
47 Bab. 46
48 Bab. 47
49 Bab. 48
50 Bab. 49
51 Bab. 50
52 Bab. 51
53 Bab. 52
54 Bab. 53
55 Bab. 54
56 Bab. 55
57 Bab. 56
58 Bab. 57
59 Bab. 58
60 Bab. 59
61 Bab. 60
62 Bab. 61
63 Bab. 62
64 Bab. 63
65 Bab. 64
66 Bab. 65
67 Bab. 66
68 Bab. 67
69 Bab. 68
70 Bab. 69
71 Bab. 70
72 Bab. 71
73 Bab. 72
74 Bab. 73
75 Bab. 74
76 Bab. 75
77 Bab. 76
78 Bab. 77
79 Bab. 78
80 Bab. 79
81 Bab. 80
82 Bab. 81
83 Bab. 82
84 Bab. 83
85 Bab. 84
86 Bab. 85
87 Bab. 86
88 Bab. 86
89 Bab. 88
90 Bab. 89
91 Bab. 90
92 Bab. 91
93 Bab. 92
94 Bab. 93
95 Bab. 94
96 Bab. 95
97 Bab. 96
98 Bab. 97
99 Bab. 98
100 BAB. 99
101 Bab. 100
102 Bab. 101
103 Bab. 102 Tamat
104 Extra Bab. 103
105 Penutup
106 Bab. Promosi
107 Bab. Promosi 2
108 Bab promosi 3
109 Bab. 1 Promosi novel Suami Kedua ku Pangeran Jin
Episodes

Updated 109 Episodes

1
Bab. 1
2
Bab. 2
3
Bab. 3
4
Bab. 4
5
Bab. 5
6
Bab. 6
7
Bab. 7
8
Bab. 8
9
Bab. 9
10
Bab. 10
11
Bab. 11
12
Bab. 12
13
Bab. 13
14
Bab. 14
15
Bab. 15
16
Bab. 16
17
Bab. 17
18
Bab. 18
19
Bab. 19
20
Bab. 20
21
Bab. 21
22
Bab. 22
23
Bab. 23
24
Bab. 24
25
Bab. 25
26
Bab. 26
27
Bab. 27
28
Bab. 28
29
Bab. 29
30
Bab. 30
31
Bab. 31
32
Bab. 32
33
Bab. 33
34
Bab. 34
35
Bab. 35
36
Bab. 36
37
Bab. 37
38
Bab. 38
39
Bab. 39
40
Bab. 40
41
Bab. 41
42
Bab. 42
43
Bab. 43
44
Bab. 44
45
Bab. 44
46
Bab. 45
47
Bab. 46
48
Bab. 47
49
Bab. 48
50
Bab. 49
51
Bab. 50
52
Bab. 51
53
Bab. 52
54
Bab. 53
55
Bab. 54
56
Bab. 55
57
Bab. 56
58
Bab. 57
59
Bab. 58
60
Bab. 59
61
Bab. 60
62
Bab. 61
63
Bab. 62
64
Bab. 63
65
Bab. 64
66
Bab. 65
67
Bab. 66
68
Bab. 67
69
Bab. 68
70
Bab. 69
71
Bab. 70
72
Bab. 71
73
Bab. 72
74
Bab. 73
75
Bab. 74
76
Bab. 75
77
Bab. 76
78
Bab. 77
79
Bab. 78
80
Bab. 79
81
Bab. 80
82
Bab. 81
83
Bab. 82
84
Bab. 83
85
Bab. 84
86
Bab. 85
87
Bab. 86
88
Bab. 86
89
Bab. 88
90
Bab. 89
91
Bab. 90
92
Bab. 91
93
Bab. 92
94
Bab. 93
95
Bab. 94
96
Bab. 95
97
Bab. 96
98
Bab. 97
99
Bab. 98
100
BAB. 99
101
Bab. 100
102
Bab. 101
103
Bab. 102 Tamat
104
Extra Bab. 103
105
Penutup
106
Bab. Promosi
107
Bab. Promosi 2
108
Bab promosi 3
109
Bab. 1 Promosi novel Suami Kedua ku Pangeran Jin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!