Menjelang sore, Hendra kembali datang ke rumah sakit dengan membawakan pakaian ganti untuk Belva dan Sara. Sekretaris sangat CEO itu telah melakukan cek out pula bagi Belva, dan dia hanya memindahkan koper keduanya ke rumah sakit. Tidak lupa Hendra juga membelikan makan malam bagi Bosnya itu.
"Koper Anda dan Nona Sara, Pak. Juga saya belikan makan siang dan beberapa camilan," ucap Hendra.
Belva pun mengangguk, "Baiklah, terima kasih. Kamu boleh pulang."
Setelah menerima apa yang dibawakan oleh Hendra, Belva segera masuk ke kamar dan memilih membersihkan dirinya terlebih dahulu. Sejak pagi, pria itu sama sekali belum mandi. Oleh karena itu, Belva memilih mandi terlebih dahulu sebelum mengisi perutnya yang kelaparan. Pria itu bahkan rela membiarkan perutnya kosong seharian demi menjaga Sara.
Kurang lebih dua puluh menit, Belva keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih fresh. Harum yang begitu menyejukkan seolah menyapa indera penciuman Sara di dalam kamar itu. Aroma maskulin yang terasa segar, rasanya sangat CEO itu memang memakai parfum yang sangat mahal. Aroma layaknya pepohonan itu menguar dan menebar ke segala penjuru ruangan. Sara pun mencium aroma parfum khas maskulin yang begitu sejuk dan menenangkan.
Usai membersihkan badannya, Belva kemudian membuka makanan yang dibawakan Hendra itu. Dengan tenang, Belva menyantap makanan untuk pertama kalinya dalam satu hari ini. Sehingga, tidak memerlukan waktu lama makanan itu pun sudah berpindah tempat masuk ke dalam perut Belva.
Sementara di brankar, Sara tengah duduk. Wanita itu tengah berusaha merapikan rambut panjangnya yang terurai hampir sepunggung. Berusaha menguncirnya supaya lebih rapi. Akan tetapi, saat Sara menggerakkan tangannya. Saling infus itu membuat pergerakan tangannya terbatas, dan saat dia mengangkat tangannya cairan dari selang infus justru berbalik hingga darahnya terlihat di selang infus.
Cepat-cepat Belva menghampiri Sara yang meringis kesakitan.
"Kamu mau apa?" tanyanya yang kini sudah berdiri di samping brankar Sara.
"Aku mau menguncir rambutku," sahut Sara. Tangannya masih berusaha untuk merapikan dan menguncir rambutnya yang terlihat berantakan. Ya, sebenarnya dia hanya sekadar menguncir rambut. Akan tetapi, tangannya yang ditusuk jarum infus tidak bisa digerakkan dengan leluasa. Bahkan hanya sedikit bergerak saja, rasanya begitu ngilu. Pembuluh darahnya seakan berdenyut nyeri saat tangannya itu digerakkan.
Dengan diam, Belva mengambil kuncir rambut yang berada di nakas. Dia juga mengambil sisirnya, lalu dia berdiri di belakang Sara dan merapikan rambut Sara. Menguncirnya dengan tali rambut berwarna hitam itu. Sekalipun tidak pernah menguncir rambut wanita sebelumnya, tetapi Belva mau berusaha dan mencoba. Sekalipun memang amatir, setidaknya dia mau berusaha untuk menguncirkan rambut Sara.
"Sudah," ucap Belva begitu telah selesai menguncirkan rambut panjang Sara.
"Makasih Pak," jawab Sara yang mengucapkan terima kasih kepada Belva.
"Ada lagi yang kamu inginkan? Jangan sungkan kepadaku," ucapnya lagi dengan masih berdiri di samping brankar.
Akan tetapi Sara segera menggelengkan kepalanya, "Tidak, belum ada," jawabnya.
Belva mengangguk dan dia kemudian kembali ke sofa, "Baiklah, kalau butuh apa-apa minta tolonglah kepadaku. Aku akan merawatmu karena aku bersimpati kepadamu,” ucap Belva menekankan bahwa dia bersimpati padanya.
Sara mengangguk, ada rasa sakit yang terasa di dalam hatinya saat Belva mengatakan dia merawatnya karena berdasarkan rasa simpati. Setelah semua perbuatan pria itu semalam, dan kali ini sikap baik dan perhatiannya hanya karena simpati.
Dalam benaknya, Sara masih ingat bagaimana Belva menciumnya dengan lembutnya. Mengajarinya dengan lembut bahkan pria itu juga yang sudah mengambil mahkotanya. Jika benar semua itu tidak berarti apa-apa, maka Sara pun akan menebalkan hatinya dan mengendalikan perasaannya. Hubungan keduanya hanya berdasarkan kesepakatan bersama, tidak lebih. Maka dari itu, Sara akan berusaha tidak melibatkan perasaannya saat bersama Belva.
***
Keesokan harinya, Dokter Rinta kembali datang untuk mengecek kondisi Sara. Sebagaimana yang dikatakan kemarin, jika sudah membaik hari ini Sara sudah diperbolehkan pulang.
"Pasien sudah boleh pulang ya Pak. Mohon diperhatikan hati-hati dalam berhubungan suami istri. Sekalipun sudah sah dalam ikatan pernikahan, tetapi hubungan suami istri seharusnya mengedepankan keamanan dan kenyamanan pasangannya. Hubungan yang terjadi karena keterpaksanaan justru berbahaya," jelas Dokter Rinta kepada Belva.
Apa yang diucapkan oleh Dokter Rinta hanya membuat sang CEO itu mengangguk dan enggak menanggapi ucapan dari sang Dokter. Daripada dia menanggapi dan pembicaraan menjadi berlarut-larut, lebih baik dia diam. Sebab, baginya dia juga tidak merasa memaksakan kehendaknya kepada Sara.
Setelahnya, Belva sendiri untuk membereskan biaya perawatan Sara terlebih dahulu. Setelahnya dia kembali ke kamar dan membawa Sara untuk segera keluar dari Rumah Sakit.
"Ayo, aku akan menolongmu. Pegangan padaku," ucap pria itu sembari mengulurkan tangannya.
Akan tetapi Sara menggeleng, "Tidak, aku bisa berjalan sendiri."
Entah agaknya Sara merasa dirinya tidak boleh bergantung kepada Belva. Dia masih bisa berjalan, sekalipun pangkal pahanya masih terasa perih, tetapi dia masih bisa berjalan sendiri.
Sementara Belva pun mengamati Sara yang baru saja menolaknya. Pria itu menjadi bertanya-tanya kenapa tiba-tiba Sara menolaknya dan seolah menjaga jarak darinya.
Akan tetapi, Belva tetap merangkul bahu Sara. Membantunya berjalan. Sekalipun Sara menolak, tetapi bagi Belva tidak ada salahnya untuk membantu wanita yang juga istri sah-nya itu berjalan.
***
Begitu sampai di kediamannya, Belva pun membantu Sara untuk berjalan. Pria itu sekalipun diam, tetapi terlihat bahwa wajahnya saat khawatir. Terlebih saat Sara berjalan dengan menahan rasa sakit, seolah pria itu kian merasa bersalah. Hingga saat keduanya sama-sama berada di depan anak tangga. Belva segera menggenggam tangan Sara, “Biar aku yang menggendongmu ke atas,” ucap Belva yang menginginkannya untuk menggendong Sara.
“Tidak, tidak perlu. Aku bisa menaiki tangga ini sendiri,” sahut Sara yang mencoba melepaskan tangan Belva yang memegangi pergelangan tangannya.
Akan tetapi, Belva segera menundukkan badannya, dan dia segera membopong Sara begitu saja. Tidak menghiraukan penolakan dari Sara.
“Pegangan, kalau tidak kamu bisa jatuh,” ucap Belva dengan wajahnya yang terlihat acuh tak acuh.
Sara pun seolah terlihat membeku, dirinya pun bingung dengan sikap dan perlakuan seorang Belva. Namun, Sara lagi-lagi menekankan pada dirinya sendiri bahwa Belva hanya sebatas bersimpati padanya. Tidak ada perasaan lainnya, yang ada hanya rasa simpati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 320 Episodes
Comments
Bzaa
sweet nyaaa😉
2022-10-19
0
Rofi Efi Syafei
,78i€⁶8
2022-10-06
0
MyRosse🥀
ough ... Sarah masih salah faham sama kata² , Belva🤦
2022-09-07
0