Ketika surya kembali ke peraduannya, kegelapan menyelimuti angkasa raya. Hari yang semula terang, digantikan dengan kegelapan. Belva masih menyelesaikan beberapa pekerjaan dengan tabletnya. Sementara Sara duduk di sofa, sesekali dia berselancar di handphonenya. Sungguh waktu yang terasa begitu lama bagi Sara. Terkadang, matanya terasa lelah, tetapi jika ingin tidur, rasanya tidak enak dengan sosok Belva.
Hingga akhirnya, Belva menyelesaikan pekerjaannya. Pria itu kemudian menon-aktifkan tablet dan handphonenya. Lantas, dia beranjak untuk menghampiri Sara. Duduk di sebelah gadis itu, tetapi Sara layaknya segera mengerjap dan beringsut dari duduknya.
"Apa yang kamu lakukan?" tanyanya kepada Sara sembari sedikit mencuri arah pandangan ke handphone yang masih digenggam oleh Sara.
"Sekadar membaca," jawab Sara dengan singkat.
Belva lantas menyandarkan punggungnya ke sofa, mengamati sosok gadis itu dari dekat. Kemudian Belva pun berdehem, "Ehem, bisa kita mulai sekarang?" tanya pria itu.
Saat mendengar pertanyaan Belva, ada rasa takut dan sekaligus tidak nyaman yang dirasakan Sara saat ini. Sayangnya, dia pun tidak bisa untuk menghindar. Tubuhnya begitu menegang kali ini. Bereaksi pun susah.
"Sini, dekatlah kepadaku," katanya dengan menepuk sisi sofa yang lebih dekat dengannya.
Melihat Sara yang masih diam dan terlihat begitu defensif, maka Belva yang harus berinisiatif untuk mendekati gadis itu. Kali ini pria itu benar-benar duduk di samping Sara. Tubuh keduanya saling menempel, tidak ada celah.
Setelah itu, tangan Belva bergerak guna meraih tangan Sara. Menggenggam tangan yang halus dan ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan dengan telapak tangannya. Mengusap punggung tangannya dengan ibu jarinya.
"Kamu pernah berciuman?" tanya Belva pada akhirnya.
Sara pun mengangguk, "Pernah," jawabnya dengan singkat.
Oh, jika pernah berciuman, setidaknya gadis itu tidak terlalu amatir.
Pria itu bergumam dalam hatinya dan menyeringai bahwa setidaknya menu pembuka bisa dia lakukan, karena setidaknya Sara pernah berciuman sebelumnya.
Perlahan satu Belva yang lainnya bergerak, untuk menyentuh sisi wajah Sara. Membelainya perlahan.
"Boleh aku menciummu?" tanya pria itu yang masih bersikap santun setidaknya, karena dia meminta izin terlebih dahulu.
Namun Sara masih terdiam, seolah pita suaranya rusak dan tak mampu mengeluarkan suara. Dirinya seolah merasa payah karena tidak bisa menjawab setiap pertanyaan dari Belva.
Melihat tidak ada jawaban dari Sara, Belva kemudian menelisipkan untaian rambut Sara ke belakang telinganya. Pria itu lantas mengikis wajahnya, melabuhkan bibirnya tepat di belah lipatan bibir Sara yang berwarna pink natural layaknya bunga Peony yang indah dengan warna pink yang semarak. Hembusan napas hangat keduanya saling menyapa satu sama lain.
Akan tetapi, Sara benar-benar tegang. Jika boleh jujur, baru kali ini ada seorang pria yang menempelkan bibir di atas bibirnya. Wajah yang seolah saling menempel satu sama lain. Hangatnya napas pria itu yang membelai sisi wajahnya. Bibir Belva hanya sebatas bertengger di bibir Sara. Akan tetapi, Belva bisa merasakan bagaimana tegangnya Sara saat itu.
Beberapa detik berlalu, kemudian Belva mengikis wajahnya. Pria itu sejenak menatap pada Sara.
"Coba, kiss me." Pria itu berbicara dengan menatap Sara.
Sayangnya Sara seolah tak bergeming, sebenarnya dia belum pernah mencium seorang pria. Bagaimana caranya memulai ciuman dia pun tidak tahu.
Melihat diamnya Sara, Belva kemudian tertawa, "Kamu bilang kamu pernah berciuman, kepada setegang ini?" tanyanya.
Pria itu kemudian mengerutkan dahinya, "Apa jangan-jangan kamu tidak pernah berciuman?" tanyanya lagi.
Seketika keringat dingin seolah hadir di sisi kening Sara, ucapannya pun terasa gagap. "** ... Tidak. Aku pernah berciuman kok." Gadis itu menjawab dan menegaskan bahwa dirinya pernah berciuman.
Namun, Belva kembali tertawa, dia sangat tidak percaya dengan ucapan dan pengakuan Sara. Baginya Sara hanya berupaya untuk menunjukkan bahwa dia pernah melakukannya.
Hingga, akhirnya Belva kembali mengikis jaraknya Sara. Pria itu kembali mendaratkan bibirnya di atas bibir Sara. Kedua bibir yang menempel sempurna di sana.
Di dalam hatinya, pria itu kembali menyeringai bahwa tegangnya Sara cukup menjadi alasan bahwa gadis itu memang sama sekali belum pernah Berciuman. Akan tetapi, agaknya bermain-main dengan Sara agaknya enak juga. Ada rasa yang menggelitik hatinya.
Sejenak, mengurai bibirnya lagi untuk kali kedua. Kemudian Belva membawa satu tangannya untuk meraih tangan Sara.
"Supaya kamu cepat hamil, harus berapa kali kita melakukannya?"
Tentu pertanyaan tersebut adalah pertanyaan teraneh yang diterima oleh Sara. Sebagai seorang gadis, Sara sama sekali belum pernah terjawab oleh seorang pria. Berapa lama pembuahan berhasil pun, dia juga tidak tahu.
Oleh karena itulah, Sara pun menggelengkan kepalanya, "Aku tidak tahu, Pak," jawabnya singkat.
Kemudian Belva tersenyum, "Kita lakukan beberapa kali ya, kalau sampai kamu sudah positif. Aku akan berhenti." Pria itu berbicara dengan menatap wajah Sara.
"Sekarang, pejamkan matamu. Aku akan mengajarimu, ikuti apa yang aku lakukan ini." Belva mengatakan bahwa dia hendak mengajari Sara sesuatu dan Sara harus melakukannya.
Kedua kelopak matanya perlahan menutup, dan Belva kembali membawa bibirnya untuk melabuh dengan sempurna di bibir Sara. Bibir itu tidak sebatas menempel, tetapi pria itu kemudian memiringkan wajahnya, dan bibirnya pun bergerak seolah menari di dua belah lipatan bibir Sara. Mengecup lipatan atas dan lipatan bawahnya bergantian.
"Ikuti gerakan bibirku," ucapnya seakan meminta Sara untuk mengikuti pergerakan bibirnya.
Dengan mata yang masih terpejam, Sara berusaha melakukan hal yang sama. Mengecupi lipatan bibir sang CEO itu atas dan bawah.
Belva mengurai sejenak bibirnya. "Good, kamu bisa. Walau masih amatir. Jangan lupa bernapas," ucap pria itu yang merasakan bagaimana dada Sara yang seolah kembang kempis.
"Karena penyatuan tidak akan terasa lengkap tanpa sebuah ciuman. Now, i show you what i mean." Belva kembali berbicara, seolah dia benar-benar mengajari Sara dari hal yang paling dasar.
Pria itu kemudian tersenyum dan kembali menyambar bibir Sara. Menciumnya dengan menggebu dan napas yang berderu. Bahkan pria itu sedikit menggigit bibir Sara guna membawa lidahnya menerobos masuk dan menari-nari di dalam kehangatan rongga mulut seorang Sara.
Kesan manis, hangat, dan nikmat seolah membawa bibir dan lidah Belva kian menari-nari di dalam rongga mulut Sara. Menciumnya, menghisapnya, memagutnya, dan seolah mencicipi semua rasa yang tersaji di sana.
Setiap tekanan yang berada di dua belah lipatan bibir dan sapuan lidah yang seolah membawa semua rasa berkecamuk membawa tangan Sara meremas tangan Belva yang masih berada di dalam genggamannya.
******* demi ******* berganti dengan pagutan. Tidak henti-hentinya Belva mencecap semua rasa yang nikmat dan mendebarkan. Sebab, bukan hanya jantung Sara yang berdebar. Pria itu juga merasa jantung berdebar melebihi ambang batasnya. Akan tetapi, Belva tidak ingin berhenti di sini. Dia akan melanjutkan misinya dan membuat Sara untuk segera mengandung anaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 320 Episodes
Comments
Bzaa
bukan cuma belva dan sara yg berdebar, aku jg ikut berdebar debar😉😊
2022-10-19
0
Eka Kurniawan
suka banget sama sikap belva pada sara, memperlakukan sara dengan baik dan lembut walaupun sara hnya istri kontraknya
2022-09-21
0
Dewi Murni Manurung
Thor apa mungkin Sara sm Belva akan bersatu... krn Evan sayang sm mama dan papany
2022-07-14
1