Usai pernikahan yang digelar di kediaman Belva, kini Sara, Belva, dan Anin sama-sama duduk di ruang keluarga mereka. Belva memberikan sebuah buku tabungan dan ATM yang berisikan jumlah mahar yang dia berikan, uang sebesar lima milyar rupiah.
“Ini, terimalah. Mahar sebesar lima milyar rupiah dan juga kesepakatan kita. Aku berikan lunas di muka.” Ucap Belva sembari menyodorkan buku tabungan berwarna biru dan kartu ATM berwarna hitam yang sering disebut blackcard itu.
Dengan berat hati, tangan Sara terulur dan mengambil buku tabungan dan blackcard itu.
“Itu hanya mahar, karena mulai hari ini hingga 12 bulan ke depan kau adalah istriku, maka aku juga akan memberikanmu tunjangan. Bagaimanapun kau juga adalah istriku. Jadi, pergunakanlah ini untuk mencukupi kebutuhanmu. Oh, iya saat kau hamil itu, pengeluaran apapun yang berkaitan dengan bayimu, aku sendiri yang akan membiayainya sehingga tidak akan mengurangi uangmu.” Lagi Belva berbicara kepada Sara dan Anin pun juga mendengarnya.
“Terima lah Sara, kau juga berhak menerimanya karena benar yang Belva sampaikan, kau juga adalah istri Belva. Sama sepertiku.” Ucap Anin dengan halus.
“Baiklah, aku akan ke kantor terlebih dulu. Ada meeting yang harus aku ikuti siang ini.” pamit Belva yang kini hanya meninggalkan Sara dan Anin di rumah itu.
Usai kepergian Belva, Sara ingin mengobrol dengan Anin, banyak hal yang ingin dia tanyakan kepada Anin. Mereka baru bertemu, tetapi mengapa Anin sama sekali tidak merasa bersedih dengan keputusan yang diambil oleh Belva.
Lidahnya seolah kelu, tetapi Sara memberanikan diri untuk bertanya. “Kak, bolehkah aku bertanya?”
Anin pun tersenyum dan menoleh kepada Sara. “Apa yang ingin kau tanyakan? Tanyakan saja. Aku tidak keberatan.”
“Euhm, apa Kakak tidak keberatan dengan semua ini? Sungguh, aku merasa berat hati dengan semua ini dan tinggal di sini pula. Mengapa Kakak terlihat biasa saja?”
Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Sara, tetapi Sara hanya ingin lebih mengenal sosok Anin. Biasanya seorang istri akan terluka bila suaminya menikah lagi apapun alasan. Akan tetapi, tidak dengan Anin, dia justru yang menggandeng tangan Sara dan seolah memberikan Sara dengan sukarela kepada suaminya.
Dengan segera, Anin menggelengkan kepalanya dan tersenyum. “Karena aku tahu siapa diriku, Sara. Aku terlihat sempurna di luar bukan. Wanita cantik dan berkelas bukan? Bahkan aku pun juga memiliki popularitas di luar sana. Namun, aku bukan wanita sempurna. Aku mengidap Endometriosis. Pada masa remaja dulu, kupikir aku hanya mengalami sakit menstruasi biasa, tetapi nyatanya sakit menstruasi itu begitu sakit setiap bulannya dan darah menstruasi yang keluar lebih banyak. Hingga akhirnya kedua orang tuaku memeriksakanku ke Dokter, dari sana diketahui bahwa aku terkena Endometriosis yang membuatku sering sakit pinggang, bahkan sakit saat berhubungan suami-istri, lebih parahnya Dokter juga mendiagnosis bahwa aku tidak akan bisa mengandung. Juga, 2 tahun terakhir aku terkena Tokophobia. Sebuah ketakutan atau phobia yang luar biasa untuk hamil dan melahirkan. Kondisi ini bisa terjadi pada wanita yang belum pernah hamil ataupun pada wanita yang pernah mengalami kejadian traumatis ketika menghadapi persalinan.”
Anin menjeda sejenak ucapannya. “Aku terlihat sempurna di luar, tetapi aku begitu rapuh, Sara. Aku pun berpikir bahwa aku bukanlah partner yang baik bagi suamiku di ranjang. Karena aku pasti akan kesakitan usai berhubungan dengannya. Pernikahan kami sudah berjalan 4 tahun, dan ku tahu Belva sangat menginginkan seorang anak. Ya, anak dari benihnya sendiri, di mana di dalamnya terdapat warisan genetika dan darahnya. Bukan anak yang dibeli atau diadopsi. Rumahku sepi tanpa kehadiran seorang bayi. Belva pun sama, dia ingin menjadi seorang Ayah. Karena itu, aku setuju untuk menyewa rahim. Lucu bukan?” Anin terkekeh di akhir ceritanya.
Sementara Sara hanya terdiam dan mendengarkan apa yang Anin katakan.
“Tidakkah kau mencoba berobat Kak?” tanya Sara dengan perlahan dan begitu lirih, dia tidak mau melukai perasaan Anin. Dia dan Anin adalah sama-sama seorang wanita.
Anin mengedikkan bahunya. “Aku sudah melakukan operasi, semuanya sia-sia Sara. Operasi Laparoskopi (Laparoskopi dilakukan dengan mengangkat kista atau jaringan parut yang ada di dalam perut dengan menggunakan panas atau laser untuk menghancurkan jaringan) sudah aku lakukan untuk melihat bagian dalam perut dan alat reproduksiku, tetapi tidak berjalan lancar. Sementara untuk Tokophobia yang kualami, aku sudah mendatangi Konselor. Cukup mengobatiku fobiaku, tetapi Dokter sudah memvonis bahwa aku tidak akan bisa melahirkan.”
Sara lantas beringsut dan menggenggam tangan Anin. “Maafkan aku, Kak ... aku tidak bermaksud mengingatkan Kakak akan semua itu. Aku hanya tidak ingin menjadi duri dalam rumah tangga Kakak dan Pak Belva. Maafkan aku, Kak.” Ucap Sara dengan sangat menyesal.
Anin menggelengkan kepalanya. “Tidak Sara ... aku justru berterima kasih, karena darimu seorang keturunan Agastya akan lahir. Jangan hiraukan aku, lagipula dunia tetap melihatku sebagai wanita cantik dan populer di luar sana. Aku mencintai karierku, karena dari sana aku bisa tetap terbang tinggi, Sara. Hmm, sekarang istirahatlah. Jangan pikirkan aku, karena malam ini aku ada pemotretan di luar kota. Fokus saja pada Belva dan cepat berikan anak seorang anak. Oh,iya ... anak mau laki-laki atau perempuan tidak menjadi masalah. Yang penting ada keturunan Agastya yang akan meneruskan dan mewarisi semua ini, Sara. Aku sungguh berterima kasih karena kamu mewujudkan mimpi kami untuk memberikan seorang ahli waris. Seorang anak yang di dalam tubuhnya mengalir darah Belva Agastya.”
Sara hanya bisa menganggukkan kepalanya, kemudian dia memilih kembali ke kamarnya yang berada di lantai dua.
Apabila Anin bisa terbang tinggi dengan semua kepopuleran yang dia miliki, Sara justru hanya bisa memotong sendiri sayap-sayapnya. Bermimpi untuk sekadar terbang pun Sara tak berani karena dia tahu pasti, sejak kecil dia tidak akan pernah bisa bermimpi untuk terbang.
Angkasa tempat burung-burung mengepakkan sayap bukanlah habitatnya. Sayap-sayap burung pipit kecil bernama Sara itu hanya bisa dipatahkan karena seorang Sara tidak akan pernah bisa terbang, Tuhan tidak menganugerahkan dia dengan mimpi indah. Hidupnya dihadapkan pada realita bahwa dia harus sendirian dan mencukupi kebutuhannya sendiri. Gadis sebatang kara yang telah terenggut semua mimpi dan takdirnya yang indah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 320 Episodes
Comments
yan!
Maaf ceritanya mirip" film india,sekali lagi maaf y thor g ada maksud apa".
2023-01-26
0
Bzaa
kok aku jdi sedih karena kedua nya ya..
anin yg sadar akan kekurangan nya, dan Sara yg sadar siapa dirinya. , 😥
2022-10-19
0
Eka Kurniawan
Bagus Thor ceritanya
2022-09-21
1