Penduduk desa nelayan gaduh setelah mengetahui gugurnya Tangaroa, sang pimpinan uluwero. Tidak hanya Ānaru, namun semua orang di desa itu tidak menyangka bahwa orang sekuat Tangaroa pun akhirnya dikalahkan oleh Roh Jahat. Enam orang nelayan yang berlayar bersama Tangaroa malam itu menjadi saksi mata gugurnya sang uluwero terkuat. Di balik berita buruk itu, tersebar pula rumor akan kekuatan Airyung yang berhasil mengalahkan tiga ekor kinokambe seorang diri. Desas-desus segera beredar luas dan membuat Airyung disegani oleh para penduduk.
Tetapi keadaan tersebut sama sekali tidak membuat Airyung senang. Gadis itu justru tampak murung seakan kehilangan harapan. Ia tidak tahu lagi harus mencari kemana sang pemilik Carnelian, Pejuang Zodiak Aries yang ada dalam ramalan. Bila misinya gagal, maka secara keseluruhan ramalan itu tidak akan berguna lagi. Ia menghancurkan kerja keras seluruh rekannya yang pergi ke sebelas suku lain demi mengawal para Pejuang Zodiak. Ia telah menggagalkan kesempatan datangnya kedamaian di benua Luteria.
Ānaru tidak tahan lagi melihat kemurungan Airyung. Setelah dua hari menghadapi Airyung yang bersikap suram dan menolak melanjutkan latihan intensif bagi Ānaru, pemuda itu akhirnya naik pitam.
“Lantas kenapa kalau Tangaroa mati? Apa kita jadi harus menyerah dan pasrah menjadi makanan Roh-Roh Jahat itu? Kalau kau kehilangan Pejuang Zodiak, kau tinggal membuat orang-orang di sini menjadi cukup kuat untuk melindungi diri mereka sendiri!” seru Ānaru marah.
“Tidak semudah itu, Ānaru. Chögörü tidak akan pernah musnah kecuali pintu dunia bawah ditutup. Mereka tidak mati saat aku membunuhnya. Mereka hanya lenyap, kembali ke kegelapan. Mereka bisa datang lagi selama pintu dunia bawah masih terbuka. Hanya keduabelas orang dalam ramalan itu yang bisa menutupnya. Selain dengan cara itu, semua usaha kita hanya akan sia-sia. Mereka tidak ada habisnya,” ratap Airyung.
Ānaru berdecak kesal melihat Airyung yang duduk dengan murung di atas jerami persediaan makan untuk kudanya. Para penduduk yang mengagumi Airyung kini juga menjadi sangat peduli pada Tsagan, lantas berbondong-bondong mengirimkan jerami-jerami kering untuk mereka. Andai dombanya masih ada, Ānaru pasti meminta bagian sama besar untuk memberi makan ternaknya itu.
“Memangnya kau yakin kalau Tangaroa adalah orang dalam ramalan?” tanya Ānaru kembali fokus pada masalah kemurungan Airyung.
“Kalau dia adalah orang yang terkuat di sini, artinya dia orang yang paling layak untuk menerima kekuatan Pejuang Zodiak.”
“Sebenarnya aku tidak mengerti kaitan antara ramalan itu dengan Para Pejuang Zodiak di masa lalu. Kenapa kau sangat terobsesi dengan kekuatan? Orang dalam ramalan itu bisa saja tidak punya kekuatan fisik, tapi punya kebaikan hati yang murni, atau jiwa yang suci, atau apalah...” kata Ānaru masih berusaha membujuk Airyung.
Airyung melirik Ānaru degan tatapan putus asa. “Memangnya ada orang semacam itu di Khitai? Kalian bahkan bukan suku perawan suci, kenapa membicarakan soal kemurnian hati atau kesucian jiwa,” tanggap Airyung sinis.
“Bukan begitu, hanya saja dari ramalan yang kau ucapkan, hanya dikatakan dua belas orang tanpa merujuk secara spesifik pada dua belas Pejuang Zodiak,” sanggah Ānaru.
Airyung menarik napas panjang. Ia malas berdebat dengan Ānaru. Tapi Airyung juga tahu, betapa gigih dan keras kepalanya Ānaru bila sudah menyangkut kemauannya.
“Dua belas orang yang membuka gerbang kegelapan di masa lalu adalah para Pejuang Zodiak generasi sebelumnya. Mereka begitu tamak akan kekuatan, sehingga mencoba untuk menaklukkan kegelapan dengan membuka tabir keramat di Pohon Koror. Namun mereka semua mati ditelan kegelapan. Dan anugerah kekuatan Zodiak musnah bersama kegelapan-kegelapan hati mereka,” akhirnya Airyung menjelaskan panjang lebar. Cerita ini memang tidak populer dan hanya diketahui oleh segelintir orang.
“Aku tidak pernah tahu ada cerita semacam itu sebelumnya.”
“Tentu saja kenyataan ini tidak disebarluaskan. Kerajaan ingin agar legenda para Pejuang Zodiak tidak tercemar oleh ketamakan yang menghancurkan diri mereka sendiri. Kau pikir masuk akal kalau anak-anak dari dua belas suku tak sengaja membuka tabir keramat? Probabilitas bertemunya anak-anak dari dua belas suku di satu tempat yang sama saja sudah mustahil. Ditambah kekuatan untuk dapat membuka portal dimensi. Tentu tidak mungkin dimiliki oleh anak-anak biasa.”
“Jadi karena itu kau terobsesi pada orang dengan kekuatan yang besar,” komentar Ānaru kemudian.
“Aku tidak terobsesi!” seru Airyung sambil melotot tajam pada Ānaru. “Itu hanya logika yang masuk akal. Seorang Pejuang Zodiak tentu harus kuat.”
Ānaru memijit pelipisnya yang mulai berdenyut-denyut karena menahan amarah. Tetapi ia mencoba menahan diri. Ia harus bersabar karena Airyung pasti tidak bisa dibujuk dengan kemarahan. Pada dasarnya tidak ada orang yang bisa dibujuk dengan kemarahan.
Intinya Ānaru masih harus mengikuti ujian menjadi uluwero. Dan karena itu ia membutuhkan Airyung untuk melatihnya agar menjadi lebih kuat lagi. Sayangnya Ānaru tidak punya keterampilan untuk membujuk orang secara baik-baik. Kali terakhir dia membujuk matunya untuk berhenti menjadi gembala justru berakibat diusirnya dia dari rumah. Bahkan orang tuanya tidak lagi mengakuinya sebagai anak.
Bagaimanapun caranya, kali ini Ānaru harus berhasil membujuk Airyung. Perempuan terkuat yang pernah dia temui yang kini tengah merajuk bak anak kecil yang kehilangan mainannya. Bukan berarti Ānaru meremehkan ramalan atau apapun itu. Ānaru hanya mencoba bersikap optimis. Setidaknya kalau dia cukup kuat, dia bisa melindungi sukunya hingga akhir hidupnya nanti.
“Aku tahu kau pasti sangat kecewa dengan kejadian ini, dan mungkin kau juga kehilangan harapan sekarang. Akan tetapi ada begitu banyak ketidakpastian di dunia ini. Ketidakpastian itu bisa membawa kemungkinan adanya harapan yang lain. Kalau kau menyerah sekarang hanya karena kematian orang yang kau pikir merupakan orang yang sesuai, bisa saja kau malah kehilangan orang yang benar-benar tepat.
“Ramalan suku Ehawee tidak mungkin patah semudah itu, Airyung. Kau harus mempercayai kekuatan ramalan itu sendiri,” ucap Ānaru yang secara mengejutkan bisa mengeluarkan kata-kata bujukan yang sangat bijaksana. Keadaan terdesak sepertinya bisa mengubah perangainya menjadi lebih lembut dan penuh pengertian.
Bahkan Airyung cukup terpana dengan kata-kata penghiburan Ānaru. Ia mendengus pelan lantas mulai terkikik geli.
“Aku tidak menyangka kata-kata semacam itu bisa keluar dari mulutmu,” ujar Airyung masih setengah tertawa. “Meskipun aku tahu kau mengatakannya semata-mata agar aku tetap membantumu lolos seleksi uluwero, tapi aku tetap berterimakasih. Kuhargai usahamu menenangkanku. Kurasa kau cukup berhasil,” tutup Airyung sambil tersenyum simpul.
“Jadi kau tetap akan melatihku, ‘kan?” tanya Ānaru sambil meringis.
“Mau bagaimana lagi. Aku terlanjur berjanji pada orang paling keras kepala di dunia. Bisa-bisa kau mengikutiku sampai ke liang kubur kalau aku tidak menurutimu,” sahut Airyung sembari beranjak dari jerami kering tempat dia duduk.
“Ayo kita kembali ke desamu. Aku akan melatihmu dengan lebih keras setelah ini. Bersiap-siaplah,” ujar Airyung yang kini terlihat sedikit lebih ceria. Ānaru mengangguk puas menanggapi.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
ilfindazaka ochtafarela
best story
2022-05-25
0