Menjelang malam, delapan pertandingan di putaran pertama akhirnya selesai. Delapan kandidat yang kalah tidak dapat melanjutkan pertandingan, dan terpaksa harus menyerah untuk menjadi uluwero. Delapan lainnya termasuk Ānaru dan Kaharap akan melakukan pertandingan putaran kedua esok hari di tempat yang sama.
Malam itu Airyung menyuruh Ānaru beristirahat dan melarangnya untuk berlatih.
“Sebaiknya kau simpan energimu untuk pertandingan besok. Tidak ada gunanya berlatih malam ini. Seluruh teknik, kecepatan dan kekuatanmu sudah tertanam dalam tubuhmu sejak kita rutin latihan selama ini,” kata Airyung meyakinkan.
Ānaru menurut. Mungkin memang sebaiknya ia beristirahat. Meskipun hari ini ia tidak melakukan kerja berat, namun ada baiknya ia menyimpan energi untuk besok pagi. Luka dan lebam yang didapat dari latihan selama ini juga sudah mulai sembuh. Entah kenapa tubuhnya seperti lebih cepat beregenerasi akhir-akhir ini, sehingga luka-lukanya cepat menutup. Akhirnya, untuk pertama kali dalam satu bulan terakhir ini Ānaru bisa tidur sebelum tengah malam. Tidurnya sangat nyenyak tanpa mimpi apapun.
Pagi datang dengan cepat. Airyung membangunkan Ānaru begitu matahari terbit. Ngaio sudah menyiapkan sarapan lezat yang menggugah selera. Ānaru segera bersiap-siap lalu menyantap sarapannya bersama Airyung. Ngaio sudah pergi sejak pagi untuk bertemu Kaharap. Ānaru menduga Kaharap pasti sangat kesal karena Ānaru lolos menjadi uluwero dan kini tinggal di rumah kekasihnya.
Ānaru sebenarnya juga tidak ingin berlama-lama merepotkan Ngaio. Keadaan menjadi canggung untuk mereka berdua, dan meski Airyung ada bersama mereka, tapi rasanya janggal bila harus hidup satu atap dengan mantan kekasihnya yang kini berpacaran dengan orang lain. Ānaru berencana akan pulang ke rumahnya setelah ia resmi dilantik menjadi uluwero. Seharusnya matu dan umanya akan menyambutnya dengan bangga bila ia kembali sebagai uluwero.
Pertandingan putaran kedua dimulai ketika hari sudah lebih terang. Seperti sebelumnya, diadakan prosesi singkat sebelum dimulainya pertarungan. Ānaru mendapat giliran pertama melawan pemuda berperawakan tinggi dan tegap. Ānaru tidak mengenalnya, namun ia melihat pertandingan pemuda itu kemarin. Namanya Ihaka, berasal dari keluarga uluwero yang tinggal di sisi timur hutan mati.
Dari pertandingan yang kemarin, Ānaru memperhatikan bagaimana gaya bertarung Ihaka. Gerakan pemuda itu cukup cepat, meski tidak secepat Airyung. Tubuhnya juga lentur dan kemampuan menghindarnya hebat. Pada pertandingan sebelumnya, Ānaru memperhatikan bahwa Ihaka mampu bertahan dari pukulan dan tendangan bertubi-tubi lantas menyerang tepat pada saat lawannya lengah. Ānaru sepertinya harus lebih hati-hati kali ini.
Setelah siulan tanda pertarungan dimulai berbunyi, Ānaru segera melesat seperti biasa, hendak melancarkan serangan pertama. Pukulannya seharusnya mengenai dada Ihaka, tapi entah bagaimana, pukulan Ānaru hanya menggapai udara, dengan jarak satu inci dari tubuh lawannya itu. Ānaru bermanuver lagi menggunakan kakinya. Namun sekali lagi tendangannya hanya mengenai udara. Kepala Ihaka yang semestinya diincar Ānaru terlewat begitu saja, menyisakan jarak beberapa inci dari kaki Ānaru.
Ānaru melompat mundur dan menghentikan serangannya. Anak bernama Ihaka ini seperti bisa membaca gerakan Ānaru dan menghindar di detik-detik terakhir. Tidak ada satu pun serangan Ānaru yang berhasil mengenai tubuh Ihaka. Ānaru mencoba berpikir cepat. Pada serangan selanjutnya, Ānaru mencoba menggunakan gerakan tipuan. Tapi Ānaru kembali gagal. Ihaka menghindar persis sebelum Ānaru mengenainya. Ihaka seperti bisa membaca pikiran Ānaru.
“Aku sudah melihatmu bertarung. Gerakanmu sama persis seperti pertarunganmu kemarin. Aku sudah bisa memprediksinyanya sejak awal,” ucap Ihaka dalam bahasa Khitai.
Ānaru tak menjawab dan hanya meludah ke tanah. Ia kembali memasang kuda-kuda dan bersiap untuk menyerang lagi. Tapi belum sempat Ānaru bergerak, Ihaka sudah terlebih dahulu berlari ke arahnya. Ānaru bersiap untuk menerima serangan Ihaka. Tapi alih-alih langsung menyerang, Ihaka justru berlari memutar lantas menghujamkan pukulan siku yang tepat mengenai belakang kepala Ānaru. Ānaru terhuyung ke depan.
Dalam keadaan goyah, Ihaka kembali melakukan serangan. Sebuah pukulan mendarat di wajah Ānaru, membuat pemuda itu kembali terhuyung mundur. Detik berikutnya, tanpa aba-aba, Ihaka melompat hendak melancarkan pukulan selanjutnya. Ānaru menghindar dengan cepat, menyelamatkan tonjokan yang diarahkan ke batang hidungnya. Keadaan akhirnya berbalik dan Ihaka mulai menguasai pertarungan dengan serangan-serangan cepatnya. Ānaru menghindar dengan gesit dan beberapa kali nyaris terkena pukulan serta tendangan Ihaka.
“Kecepatanmu memang mengagumkan. Tapi aku lebih cepat darimu,” kata Ihaka.
Ānaru menjadi bulan-bulanan Ihaka. Beberapa serangannya mengenai tubuh Ānaru. Meski begitu Ānaru tidak merasa kesakitan. Ihaka memang cepat, tapi kekuatan serangannya lemah, terutama bila dibandingkan dengan Airyung. Pukulan dan tendangan Ihaka hanya seperti tepukan lembut yang tidak berdampak apa-apa.
Sekonyong-konyong Ānaru mendapat sebuah ide. Ia tidak lagi mencoba menghindar dan memilih untuk menerima serangan Ihaka begitu saja. Toh serangannya tidak terasa menyakitkan. Ānaru hanya memasang kuda-kuda bertahan dan membiarkan Ihaka terus melancarkan pukulan dan tendangan. Selama beberapa saat lawannya itu mulai merasa berada di atas angin. Hingga akhirnya, saat yang ditunggu Ānaru pun tiba.
Tepat pada saat pukulan Ihaka mengarah ke perut Ānaru, pemuda itu langsung menautkan kedua tangan di atas lantas menghujamkannya ke kepala Ihaka. Pukulan dua tangan itu telak mengenai tengkuk Ihaka dan langsung membuatnya roboh. Ihaka pingsan dalam satu serangan. Nama Ānaru kembali dikumandangkan sebagai pemenang pertarungan putaran kedua.
Ānaru tersenyum puas. Ia pun mundur dari arena dan mendatangi Airyung yang tampak khawatir.
“Bisa-bisanya kau terdesak oleh orang lemah seperti itu,” ucap Airyung begitu Ānaru sampai di hadapannya.
“Dia cepat. Tapi tidak terlalu kuat,” balas Ānaru dengan napas terengah-engah.
“Sepertinya aku harus mengajarimu lebih banyak variasi gerakan agar seranganmu tidak mudah dibaca,” gumam Airyung yang mulai menyusun rencana-rencana pelatihan baru untuk Ānaru.
“Itu ide yang bagus,” kata Ānaru bersemangat.
Tiba-tiba Airyung menarik tangan Ānaru ke depan. Ānaru yang kebingungan lantas menoleh ke belakang dan melihat Kaharap yang tengah berupaya menabrak Ānaru dengan sengaja.
“Ada apa Kaharap?” tanya Ānaru.
“Jangan besar kepala. Kau hanya beruntung. Kedua lawanmu itu adalah kandidat yang paling lemah,” cemooh Kaharap.
“Silakan bicara sesukamu. Kita bisa membuktikan siapa yang lebih kuat dalam pertarungan kita nanti,” balas Ānaru sambil menggeretakkan gigi.
“Aku menantikannya, Ānaru. Berusahalah untuk tidak kalah dalam pertandingan selanjutnya,” ucap Kaharap yang kemudian melenggang pergi.
Ānaru mengepalkan tangannya untuk menahan diri. Ia sangat tidak sabar untuk bisa berhadapan dengan Kaharap di arena. Pada saat itu ia akan menghajar Kaharap sampai puas. Ānaru akan membalas semua perbuatan buruk yang sudah Kaharap lakukan padanya selama ini.
Airyung meraih kepalan tangan Ānaru dengan lembut. “Tidak ada kemenangan dalam kemarahan. Kau harus tetap tenang untuk bisa melakukan pertempuran dengan baik,” ucap Airyung. Tapi Ānaru sudah terlampau marah pada Kaharap. Ada hal-hal yang bisa dimaafkan, tapi apa yang sudah Kaharap lakukan padanya selama ini, bukan termasuk hal-hal itu. Ānaru tidak akan bisa memaafkannya.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments