Satu Malam Dirumah Mertua.

Abim menekan handle pintu kamar lalu masuk kedalam. Pertama yang ingin ia tuju adalah; kamar mandi. Sebab, sejak dirumah mertuanya tadi sudah menahan.

Diah mengikuti dari belakang matanya mengerling mengitari isi kamar.

"Jangan tidur dulu, sebelum membersihkan badan"

Maksud Abim Diah tidak boleh jorok seperti dikamarnya sendiri.

"Okay..." Diah membulatkan jempol dan jari mengulas senyum. Ia pikir Abim akan mengajaknya bercinta setelah ini.

Abim tidak menghiraukan mimpi Diah lalu kekamar mandi ingin memenuhi panggilan alam.

Kamar Abim sungguh menarik, bagi Diah, atau siapapun yang akan tidur disini pasti betah. Diah memutar bola matanya, lagi-lagi takjub. Kamar berukuran dua kali lipat dari kamar miliknya dirumah Mawar.

Sepaket sofa desain interior mewah dan berkelas, menghiasi kamar.

Jendela kaca yang menjulang tinggi tertutup gorden dua lapis, yakni putih bagian dalam, dan merah marun bagian luar yang hanya ditutup setengahnya.

Sreeekkk.

Diah membuka gorden, mata liarnya melebar, mulutnya kembali menganga, tatkala menatap kolam renang yang disorot lampu temaram dari taman tampak berkilau.

Wow kereen... ternyata kak Abim lebih tajir dari yang aku kira. Ah besok mencoba renang.

Diah kembali menutup gorden, lalu berjalan mendekati lemari, tanganya mengusap-usap lemari tersebut.

Lemari besar mungkin terlalu kebesaran jika hanya untuk menyimpan pakaian berdua.

Diah membuka lemari itu, matanya membulat. Ternyata hanya pakaian Abim saja sudah memenuhi lemari tersebut. Kemeja, jas, digantung masih di dalam kantong plastik wangi parfum loundre masih terasa harum.

Kaos, celana bahan, celana jins, cd diletakkan dalam rak terpisah. Mungkin tujuanya agar memudahkan jika mencari pakaian yang diinginkan.

Diah kembali menutup lemari, lalu menjatuhkan badannya di kasur yang empuk.

Matanya masih menelisik ruangan yang rapi dan bersih tidak sedikit pun debu.

Aahhh... empuknya... ini kasur, tidur diranjang yang hanya pas untuk berdua dipeluk Mas Abim, aahh..

Ceklek

Pintu kamar mandi dibuka Abim keluar dari tempat itu lalu membuka lemari mencari kaos.

"Jangan seenaknya tidur Diah, bersihkan dulu badanmu, bukankah saya tadi sudah memberi tahu." suara bariton membuat Diah terlonjak kaget. Pasalnya Diah sedang melamun tidak menyadari kehadiran Abim.

"Iya, iya..." Diah langsung kekamar mandi. Matanya membulat tatkala menatap kamar yang mengkilap, tidak ada setitik noda pun dilantai keramik, maupun di tembok.

Diah langsung mencuti tangan, mencuci kaki perlengkapannya, belum dibawa kesini. Terpaksa Diah membersihkan wajah dengan sabun milik Abim.

Sudah ia kerjakan semua terasa belum abdol jika belum sikat gigi. Diah bingung mau beli sudah malam lagian dikawasan sini tidak ada warung kecil seperti dirumahnya.

Pakai ini saja, malah enak memakai sikat milik Abim.

Diah senyum-senyum kemudian menggunakan sikat milik Abim.

Setelah rapi, Diah keluar melihat Abim sudah memeluk guling di sofa. Diah kesal, ia pikir Abim ingin tidur bersamanya nggak tahunya sudah mendengkur di sofa.

Dengan rasa kesal, Diah menjatuhkan bokongnya dikasur.

"Ganti baju dulu Diah, kasur saya kotor nanti!" ketus Abim tetap terpejam masih posisi memeluk guling.

Diah berdiri cepat dari ranjang melempar pandang kearah Abim. Ia pikir sudah tidur ternyata tahu apa yang dia lakukan. Diah bengong di samping ranjang.

"Cepat Diah!" Abim setengah membentak.

"Iya! iya...." Diah menyahut. "Bawel amat sih! banyak aturan," gumamnya masih terdengar Abim.

"Apa?! ngomong apa kamu?!"

Abim lantas duduk menatap Diah tajam.

"Mau ganti pakai apa? aku kan belum membawa pakaian!" Diah bersungut-sungut kesal.

"Pakai kaos saya, ambil yang paling bawah," Abim kembali merebahkan tubuhnya.

Diah ambil kaos yang diperintahkan Abim, begitu menarik satu kaos, kaos yang lain berantakan.

"Kamu ini bisa kerja nggak sih, Diah? kerja apa-apa nggak becus! beres kan lagi!" Abim kembali membentak-bentak.

"Hiks hiks, kenapa sih... Mas Abim sekarang galak banget, aku ini istrimu, tapi kenapa dibentak-bentak terus!" kali ini Diah benar-benar menangis, sambil memakai kaos yang kebesaran lalu memakai celana pendek.

"Sudah lah..., jangan drama! terus tidur, besok bangun subuh, shalat, terus bantu-bantu Bibi!" pungkas Abim lalu menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

Sebenarnya Abim tidak tega melihat Diah menangis, tapi sekali-sekali ia harus tegas.

Mereka pun tidur. Keesokan harinya, mendengar Adzan subuh, Abim bangun duduk sebentar merenggangkan otot. Walaupun tidur di sofa karena sofanya lebar dan empuk tidak ada masalah bagi tubuh Abim.

Abim berdiri hendak kekamar mandi berhenti disamping ranjang, memandangi Diah yang pulas. Jika sedang tidur begitu Abim kasihan tidak seharusnya dia berkata kasar kepada istri sendiri. Tetapi, apa salah jika ia mengajarinya? Abim menarik napas panjang. Lalu melanjutkan kekamar mandi.

Kriingg... kriiiing..." selesai dari kamar mandi Abim menyalakan jam weker, lalu meletakkan di samping telinga Diah.

Abim memandang Diah dari samping lemari sambil memakai koko, tidak lupa kopiah ia pasangkan di kepala. Ia menunggu beberapa menit sampai Diah bangun sebelum berangkat ke masjid. Ternyata weker tidak mampu membangunkan Diah.

"Diah, bangun, Diah..." suara Abim meninggi.

"Apa sih Mas... masih ngantuk ahh... hheeem" Diah menggaruk-ngaruk kepala cepat bagian bawah setelah duduk.

"Cepat shalat sana, terus beres-beres kamar." titah Abim.

"Iya, iyaa..." Diah cemberut matanya masih sembab bekas nangis tadi malam.

"Saya ke masjid dulu, pulang dari masjid pokoknya kamar sudah harus rapi," Abim menegaskan.

"Iyaaa... ah! diulang-ulang melulu!" Diah ngomel.

Abim berangkat ke masjid tidak mendengarkan Diah yang masih ngomel-ngomel.

"Bim kapan kamu datang?" tanya Papa ketika berpapasan dengan Abim dilantai bawah sama-sama hendak ke masjid.

"Tadi malam Pa" Abim menyalami Papa.

Ternyata Papa belum tahu kedatangan Abim. Papa tahu Abim ingin tinggal bersama beliau tetapi papa pikir siang nanti.

"Sama istrimu?" tanya Papa kemudian, lalu membuka pintu. Papa dan anak itupun ingin berangkat bersama.

"Iya Pa" Abim berjalan mendahului Papa lalu membuka pagar.

"Bagaimana, sikap istrimu?" tanya Papa ketika Abim sudah menutup pagar kembali, berjalan bersebelahan.

"Baik Pak," tidak ada kata lain bagi Abim menyangkut istrinya selain berbohong.

"Syukurlah Bim, maafkan Papa ya, karena sudah terlalu keras sama kamu." tuturnya, seraya menepuk pundak anak sulungnya.

"Papa sudah salah menilai istrimu," tutur Papa menoleh Abim mata mereka saling bertemu.

Papa tahu dari mata anaknya bahwa Abim sedang berbohong. "Semua yang Papa lakukan semata-mata demi kamu Bim, Papa ingin kamu tidak menyia-nyiakan hidup yang hanya sebentar ini," Papa menunduk fokus menatap jalanan.

"Abim mengerti Pa" Abim mencelos mendengar nasehat Papa. Tanpa Papa tahu airmata Abim menetes. Seandainya dulu mendengar nasehat beliau tentu hidupnya tidak akan serumit ini.

Tetapi tidak ada gunanya lagi Abim menyesal, semua keruwetan hidupnya dia sendiri yang menciptakan, dan harus menerima dengan lapang dada.

*****

Assalamualaikum..." Abim masuk kekamar setelah pulang dari masjid Diah masih meringkuk.

"Diaaaah..."

.

.

Terpopuler

Comments

Ufika

Ufika

udah kena semprot lagi tuh si diah

2022-07-18

0

Ufika

Ufika

tegas sama marah itu jelas beda tegas itu bukan berati membentak abim

2022-07-18

0

Ufika

Ufika

emang sih diah salah tapi tetap aja abim juga salah lagian menegur istri itu harus lemah lembut meski diah seprti itu ya kalau istri harus di lemah lembutin juga kalau seperti itu yg ada cekcok mulu

2022-07-18

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Akad nikah.
2 Kesucian Yang Ternoda.
3 Pengantin Nelangsa.
4 Bab 4
5 Jujur Itu Murah Tetapi Berat.
6 Pencerahan Pak Ustadz.
7 Organisasi Bocah Lali Omah.
8 Nasip Baik Sedang Tidak Bersama Diah.
9 Boro-boro Mendapat Jatah Yang Ada Bogem Mentah.
10 Pertengkaran.
11 Kepergok.
12 Pinjam Uang.
13 Bukan Diah Jika Tidak Membuat Ulah.
14 Terlambat Menyadari.
15 Mulai Terkuak.
16 Masalalu Reny.
17 Meuju Babak Baru
18 Satu Malam Dirumah Mertua.
19 Perang Ipar Dimulai.
20 Nasehat Mama Sahina.
21 Pertemuan Tak Terduga.
22 Kesedihan Mama.
23 Kejutan Pagi.
24 Kalap dan Jatuh.
25 Modus Diah.
26 Iri Hati.
27 Keributan Siang.
28 Kontraksi.
29 Kontraksi.
30 Suami Siaga.
31 Ternganga.
32 Tidak Mau Mengakui.
33 Fakta.
34 Andai Dia Adalah Kamu.
35 Akhirnya Menyerah.
36 Tidak Mau Menyusui.
37 Almassyifa.
38 Kembali Kepangkuan Ibu.
39 Perjuangan.
40 Pak Renggono Sakit.
41 Tak Kusangka.
42 Emosi.
43 Cemburu.
44 Daddy vs Mommy.
45 Gagal Beraksi.
46 Terjebak di Kamar.
47 Pesta.
48 Ada Dinding yang Sulit Ditembus.
49 Pria Misterius.
50 Asas praduga tak bersalah.
51 Cinta Tidak Harus Memiliki.
52 Masih Adakah Keajaiban.
53 Kejutan Pagi.
54 Hati Yang Luka.
55 Kini Aku Hanya Sendiri.
56 Besi Belok Mulai Lurus.
57 Kepribadian Ganda.
58 Penyergapan.
59 Penjemputan.
60 Pertemuan Tidak Terduga.
61 Aku Seorang Pelakor.
62 Bak Petir Ditengah Hari.
63 Aku Harus Pergi.
64 Bimbang.
65 Melati Telah Kupetik.
66 Perjalanan Panjang.
67 Honeymoon.
68 Kemarahan Ibu Arisan.
69 Pria Bertubuh Besar.
70 Cerai.
71 Come home Daddy.
72 Tiga Ronde.
73 Pertemuan Dua Wanita Yang Terluka.
74 Drama Masuk Kuliah Pertama.
75 Sabar Abang.
76 Pertolongan Direktur Utama.
77 Kesal.
78 Perselisihan.
79 Gagal.
80 Pertemuan Yang Menyakitkan.
81 Berserah Diri.
82 Sedih & Kecewa.
83 Uang dua ribuan tidak dapat ice tea.
84 Makan Siang.
85 Entog & Jago.
86 Baggaikan Sawah Mengering Menunggu Curah Hujan.
87 Mobilan Dan Boneka.
88 Tangisan Sore.
89 Tidak Terpengaruh.
90 Pulang ke Indonesia.
91 Lamaran.
92 Kesedihan Diah.
93 Kucing vs Tikus.
94 Siapa Yang Salah?
95 Gangguan Bocil.
96 Tertangkap Basah.
97 Kembali Terluka.
98 Tidak Percaya Diri.
99 Prenjak & Kedasih.
100 Resepsi Pernikahan.
101 Babe Bejaw Bejo & Jaja.
102 Biji Salak.
103 Jangan Pernah Berpaling Walaupun Melati Mengering.
104 Kepanikan.
105 Memetik Buah Kesabaran.
106 Pengumaman
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Bab 1 Akad nikah.
2
Kesucian Yang Ternoda.
3
Pengantin Nelangsa.
4
Bab 4
5
Jujur Itu Murah Tetapi Berat.
6
Pencerahan Pak Ustadz.
7
Organisasi Bocah Lali Omah.
8
Nasip Baik Sedang Tidak Bersama Diah.
9
Boro-boro Mendapat Jatah Yang Ada Bogem Mentah.
10
Pertengkaran.
11
Kepergok.
12
Pinjam Uang.
13
Bukan Diah Jika Tidak Membuat Ulah.
14
Terlambat Menyadari.
15
Mulai Terkuak.
16
Masalalu Reny.
17
Meuju Babak Baru
18
Satu Malam Dirumah Mertua.
19
Perang Ipar Dimulai.
20
Nasehat Mama Sahina.
21
Pertemuan Tak Terduga.
22
Kesedihan Mama.
23
Kejutan Pagi.
24
Kalap dan Jatuh.
25
Modus Diah.
26
Iri Hati.
27
Keributan Siang.
28
Kontraksi.
29
Kontraksi.
30
Suami Siaga.
31
Ternganga.
32
Tidak Mau Mengakui.
33
Fakta.
34
Andai Dia Adalah Kamu.
35
Akhirnya Menyerah.
36
Tidak Mau Menyusui.
37
Almassyifa.
38
Kembali Kepangkuan Ibu.
39
Perjuangan.
40
Pak Renggono Sakit.
41
Tak Kusangka.
42
Emosi.
43
Cemburu.
44
Daddy vs Mommy.
45
Gagal Beraksi.
46
Terjebak di Kamar.
47
Pesta.
48
Ada Dinding yang Sulit Ditembus.
49
Pria Misterius.
50
Asas praduga tak bersalah.
51
Cinta Tidak Harus Memiliki.
52
Masih Adakah Keajaiban.
53
Kejutan Pagi.
54
Hati Yang Luka.
55
Kini Aku Hanya Sendiri.
56
Besi Belok Mulai Lurus.
57
Kepribadian Ganda.
58
Penyergapan.
59
Penjemputan.
60
Pertemuan Tidak Terduga.
61
Aku Seorang Pelakor.
62
Bak Petir Ditengah Hari.
63
Aku Harus Pergi.
64
Bimbang.
65
Melati Telah Kupetik.
66
Perjalanan Panjang.
67
Honeymoon.
68
Kemarahan Ibu Arisan.
69
Pria Bertubuh Besar.
70
Cerai.
71
Come home Daddy.
72
Tiga Ronde.
73
Pertemuan Dua Wanita Yang Terluka.
74
Drama Masuk Kuliah Pertama.
75
Sabar Abang.
76
Pertolongan Direktur Utama.
77
Kesal.
78
Perselisihan.
79
Gagal.
80
Pertemuan Yang Menyakitkan.
81
Berserah Diri.
82
Sedih & Kecewa.
83
Uang dua ribuan tidak dapat ice tea.
84
Makan Siang.
85
Entog & Jago.
86
Baggaikan Sawah Mengering Menunggu Curah Hujan.
87
Mobilan Dan Boneka.
88
Tangisan Sore.
89
Tidak Terpengaruh.
90
Pulang ke Indonesia.
91
Lamaran.
92
Kesedihan Diah.
93
Kucing vs Tikus.
94
Siapa Yang Salah?
95
Gangguan Bocil.
96
Tertangkap Basah.
97
Kembali Terluka.
98
Tidak Percaya Diri.
99
Prenjak & Kedasih.
100
Resepsi Pernikahan.
101
Babe Bejaw Bejo & Jaja.
102
Biji Salak.
103
Jangan Pernah Berpaling Walaupun Melati Mengering.
104
Kepanikan.
105
Memetik Buah Kesabaran.
106
Pengumaman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!