Diah berjalan cepat tidak lagi menoleh kebelakang, menuju toilet.
Sementara teman-teman Diah bersuka ria. Kadang tertawa cekikikan. Mereka tidak menyadari, bahwa di belakangnya merasa terganggu dengan tertawa nyaring-nya, yang tidak punya etika.
Papa Johan berkali-kali berdecak kesal. Netranya mengerling, mencari kursi kosong tetapi, tidak ada yang kosong. Sebab, beliau sedang rapat dengan klien barunya yang berasal dari Negara S. Guna membahas kerja sama. Yakni, Negara tersebut membutuhkan jasa kontraktor miliknya. Guna membangun 1000 apartemen.
Jika proyek ini sampai gagal, pak Johan akan kehilangan milyaran rupiah.
Sebenarnya Abim sendiri bukan sebagai tim proyek ini. Hanya karena dekat dengan pak Johan, lantas diajak makan siang.
"Diah kemana ini?" tanya Serly, mulai resah. Sebab, sudah jam dua siang Diah belum menunjukan batang hidungnya. Berarti Diah ke toilet sudah satu jam.
Mendengar nama istrinya disebut. Spontan Abim menoleh ke samping, dimana tiga gadis itu menyebut nama Diah.
Diah? mengapa perempuan ini menyebut nama istriku? jangan... jangan, Diah ada disini, ah! mana mungkin? istriku mampu membayar restoran yang mahal ini. Banyak nama Diah yang berada di restoran ini.
Nasib baik berpihak kepada pak Jo. Yakni serombongan pengunjung meninggalkan salah satu meja. Pak Jo, tidak membuang waktu langsung mengajak rombonganya pindah.
Beliau tidak lagi mendengar kebrisikan ketiga wanita norak itu. Lantas melanjutkan rapat nya, proyek gool, langsung Wahyu Aditia, menandatangani.
Rombongan Pak Jo, lantas meninggalkan tempat itu. Sebelum pergi, Abim menoleh menatap ketiga wanita itu, mereka masih asik ngobrol tetapi kali ini wajah ketiga gadis itu, tampak tegang. Abim mengedikan bahu, lantas menyusul rombongan.
.
.
"Sarah... sebaiknya loe check ke toilet deh, jangan-jangan... kabur tuh anak" Serly mulai curiga.
"Baiklah, sekalian gw juga mau ke toilet" kata Sarah. Ia lalu berjalan menuju toilet wanita. Namun, sudah tiga toilet ia tunggui, yang keluar orang tidak dikenal.
Dengan langkah lesu, sarah kembali menemui Serly dan Ruri.
"Bagaiamana Sar? ada!" tanya Serly ngegas.
"Nggak ada Ser, benar apa yang loe bilang, dia memang kabur kayaknya." Serly menjatuhkan pantatnya di kursi.
Ketiga gadis itu masing-masing mengumpat dalam hati. Betapa kesalnya mereka, jika memang Diah tidak punya uang, mengapa dia mengundangnya kesini? Pertanyaan-pertanyaan muncul dibenaknya.
Lalu apa yang akan mereka lakukan? Pelayan restoran sudah bolak balik menagihnya.
Serly meremas tisu ditanganya setelah hancur melempar ke tempat sampah.
"Jika Diah benar-benar menipu kita? apa yang akan kita lakukan Sar, gw nggak punya uang, ini cuma ada 25 ribu," kata Serly.
"Masih mending loe, punya 25 ribu. Lihat nih gw cuma punya ceban." Sarah menunjukan isi dompet. Memang benar adanya.
"Loe punya berapa Rur?" tanya Serly kepada Ruri. Ruri paling pendiam jika dibandingkan ketiga sahabatnya.
"Punya sih gocap." sahutnya
Ketiganya benar-benar frustasi, mimpi apa semalam sampai menemui nasip sial begini?
"Awas loe Diah, bakal gw cakar-cakar wajah loe," mereka benar-benar geram.
******
Waktu bergulir hingga jam tiga sore. Seorang scurity mendatangi teman-teman Diah.
"Mbak, mohon kerja samanya, Anda sudah berada disini selama tiga jam, dan sampai saat ini, Anda belum melunasi tagihan" kata pelayan yang didampingi scurity.
Sudah sejak dua jam yang lalu, pelayan menyodorkan rincian tagihan yang berjumlah 1.600. 000. Namun Serly dan Sarah selalu beralasan. Mencoba menghubungi Diah, tetapi handphone Diah tidak aktif.
"Mohon bersabar Mbak, kami sedang menunggu sahabat saya," Serly menjelaskan.
"Sejak dari tadi Anda bicara begitu! jika tidak punya uang, sebaiknya Anda makan di Warteg saja!" sergah satpam.
"Pak, tolong kami, beri kesempatan kami satu jam lagi, siapa tahu, teman saya terjebak macet." kilah Serly.
"Baik! satu jam, jika kalian berbohong, kami terpaksa menahan kalian!" tegas scurity. Ketiga teman Diah pun terasa lega, setelah scurity pergi. Entah bagaiman lagi nanti mereka beralasan.
Tibalah saatnya waktu yang dijanjikan. Scurity datang bersama pria yang bertubuh tiggi besar dan kekar. Terlihat wajah seramnya mendekati mereka.
Keringat dingin meluncur, membasahi tubuh mereka. Sebab, seribu alasan sudah habis mereka utarakan sebelumnya. Mereka hanya menunduk pasrah.
"Kami terpaksa menahan kalian." tegas bodyguard. "Kalian harus bekerja mencuci piring sehari 8 jam, pihak resto akan membayarmu 50 ribu, langsung potong hutang!" sambung bodyguard.
Ketiganya saling pandang. Mereka berpikir mencuci piring selama 8 jam? dan untuk membayar tagihan berjumlah tersebut, itu berarti mereka bekerja selama delapan hari. Oh no...
"Begini saja Pak, saya tahu kok, dimana rumah teman saya, sebaiknya kita kesana." itulah pilihan Serly terakhir.
Mereka berangkat, setelah disetujui kedua belah pihak. Scurity, bodyguard, bersama salah satu pelayan, menggunakan mobil resto yang biasa digunakan untuk operasional restoran tersebut, menuju rumah Diah. Bagusnya ketika itu mereka sempat main kesana.
******
Sementara Diah, saat ini ingin memenuhi janjinya, kepada Abim. Tampak sedang membaca resep masakan dari buku.
Ingin melihat tutorial di google khawatir teman-temanya menghubungi dirinya.
Ia ingin memasak menu tumis kangkung dan tempe goreng.
Flashback on.
Melihat kehadiran suaminya, Diah gemetaran. Ia bersembunyi dibalik tembok. Mengawasi gerak gerik suaminya. Yang bisa ia harapkan semoga Abim dan rombongan membatalkan niatnya untuk makan siang direstoran ini.
Tetapi, harapan, tinggal harapan. Abim justeru duduk dibelakang teman-temanya. Ia mematikan handphone agar tidak terdeteksi keberadaannya.
Diah tidak ada pilihan lain terpaksa pulang meniggalkan teman-temannya. Masih mendingan diamuk teman, daripada Abim yang mengamuk. Pikirnya.
Diah menyetop taksi lalu menunjukkan alamat kepada sopir. Kembali pulang kerumah.
Sampai di rumah masih jam dua, ia lalu membuka baju. Menggantinya dengan kaos tanpa lengan dan celana pendek diatas lutut.
"Ah lega..." ia menjatuhkan tubuhnya di kasur empuk. "Hoaam..." ia muali mengantuk. Tetapi jika dia tidur, dan tidak mengerjakan tugas yang diperintahkan suaminya. Sudah pasti kena damprat.
Aaah... sebenarnya aku ini istri Abim atau pembantu sih? aku pikir menikah dengan Abim akan dilayani pembantu. Tetapi justeru disuruh menjadi pembantu. Sial!.
Diah Ambil sapu yang tidak pernah ia lakukan sebelunya. Ia belajar menyapu lantai, walaupun hanya ditengah-tengah membiarkan yang dikolong.
Selesai menyapu Diah membuka kulkas, mengeluarkan kangkung, tempe, dan dua butir telur yang ia beli di tukang sayur tadi pagi.
Flashback off.
Tumis kangkung yang berwarna coklat, tentu tidak menarik. Tempe goreng yang sudah gosong separuh, dan telur ceplok yang ia benci sudah tersedia diatas meja. Betapa tidak? gara-gara menyeplok telur. Kulit tanganya menjadi melepuh, saat telur yang ia goreng meledak.
Diah kemudian mandi. Keluar dari kamar mandi Abim sudah pulang.
"Sudah pulang Mas?" tanya Diah, tersenyum senang.
"Sudah" jawab Abim formal, lalu melewati Diah begitu saja, saat Diah mendekatkan wajahnya ingin mencium Abim. Abim justru kekamar mandi.
Diah kesal suaminya benar-benar keterlaluan pikirnya. Lalu Diah, kembali kebawah menuju meja makan.
Adzan maghrib berkumandang Abim sudah selesai Mandi. Lalu menjalankan shalat hanya sendiri.
"Sudah shalat Mas, kita makan yuk" ucap Diah. Ingin berbaik hati kepada suaminya agar nanti malam mendapat jatah. Pikir Diah.
"Ini aku masak spesial untuk Mas" Diah membuka tudung nasi. Abim mengamati masakan Diah mengerutkan dahi, ini yang dia bilang spesial?
Tetapi biar bagaimana Abim ingin menghargai kerja keras istrinya, seperti apapun hasilnya, toh istrinya sudah berniat menjadi istri yang berbakti.
Abim menyuap yang pertama menyendok nasi dan lauh yang sudah di siapkan Diah. Abim berhenti mengunyah saat mengecap rasa yang pertama.
Buru-buru Abim menelanya lalu menegguk air. Begitu seterusnya hingga makanan habis. Masakan yang saking asinya sampai pahit itu pun, habis.
Selesai makan, Diah membereskan piring kebelakang. Abim lantas tersenyum. Hari ini ia berhasil membuat istrinya sedikit berubah. Itu suatu kebanggaan bagi Abim.
Tok tok tok.
Mendengar pintu ada yang mengetuk. Abim segera kedepan membuka pintu.
Ceklek.
Abim terperangah menatap siapa yang datang. Ternyata ketiga wanita yang berada di restoran tadi.
"Apa betul ini rumah Diah?" tanya bodyguard.
"Betul Pak, ada apa ya?" Abim sudah menangkap firasat buruk.
"Siapa Mas?" Diah menyusul ke depan melihat siapa yang datang lantas menyembunyikan wajahnya dibelakang Abim. Diah terperangah, ia berpikir pasti akan mendapat bogem.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
mom mimu
kak tri aku mampir nyicil lagi 🙏🏻🤗 semangat terus kak 💪🏻💪🏻💪🏻
2022-07-30
0
Buna_Qaya
nyahok loo
2022-07-13
0
Ufika
mampir lagi kak semangat 🥰
2022-06-30
0