"Pak Rony, bukanya dulu bekerja di Grocery Store ya?" tanya Melati ketika sudah berada diatas motor masing-masing ingin segera pulang.
"Masih... memang kenapa gitu?" Rony balik bertanya.
"Kok tahu-tahu Pak Rony menjadi Dosen," Melati berkaca di spion motor membetulkan kerudungnya.
"Boleh dong... kerja dobel, biar gajinya besar, demi Mak Tua, dan Mbak Muda" Rony terkekeh seraya mengangkat helm membersihkan dalamnya khawatir ada serangga.
"Demi Mak Tua, Mak muda?" Melati bingung, dengan bahasa dosen ini, suka susah dimengerti jika sedang berbicara santai. Berbeda jika sedang mengajar.
"Mak Tua itu... maksudnya Ibu saya, kalau Mak muda, itu kamu," "Ahahaha" Rony kembali tertawa. Melati tidak menjawab, hanya menggelengkan kepala.
Keduanya starter motor, menuju rumah masing-masing.
******
Abimanyu PoV.
Tengah hari ketika selesai makan siang dikantin. Aku berjalan menuju ATM terdekat. Seperti yang kebanyakan orang lakukan menggesek rupiah untuk kebutuhan sehari-hari.
"Hai... Bang Abim," sapa dua orang gadis menghentikan langkahku.
"Haii..." jawabku. Gadis itu sering menyapa entah siapa namanya.
"Rere Bang" ucapnya mendekat, sepertinya ia tahu apa yang aku pikirkan.
"Saya Lila," gadis yang satunya menyusul.
"Oh iya, Rere, Lila, shory ya, saya terburu-buru" ucapku memang benar adanya. Aku segera melanjutkan perjalanan ke tempat yang aku tuju meninggalkan mereka.
Sampai tujuan antrian mengular aku berdiri paling belakang, wajar saja karena tanggal muda.
Aku akan ambil uang seperlunya saja, sekiranya cukup untuk makan kami berdua, dan untuk kebutuhan yang lain.
Sekarang saatnya aku sendiri yang harus mengelola uang.
Mungkin terdengar aneh, bagi para wanita jika mereka tahu pasti aku akan dianggap suami pelit.
Andai saja istriku bisa mengelola uang, seperti wanita kebanyakan, aku tidak perlu susah payah, toh ada istri yang bertugas menjadi bendahara dirumah.
Tetapi... ternyata istriku tidak bisa di percaya. Aku harus ambil sikap, mengatur keuangan sehemat mungkin.
Masih banyak yang harus aku pikirkan, sudah saatnya mencairkan deposito lima bulan kedepan untuk ambil BTN, dan menyicilnya setiap bulan.
Tidak mungkin aku terus menerus tinggal dirumah kakak Ipar, akan di taro dimana hargadiriku sebagai laki-laki?
Belum lagi mertua perempuan yang selalu menyindir jika aku suami yang hanya numpang sama mertua, sungguh menyakiti hati ku.
Beginilah hari-hari ku setelah menikah, harus menghemat gaji. Tidak pernah terpikirkan olehku. Aku akan makan dikantin setiap hari, tidak seperti sebelumya bebas memilih menu, tidak jarang makan di restoran mewah. Mungkin ini yang dinamakan roda berputar.
Tetapi, ini justeru menjadikan aku belajar mengelola uang. Oh ternyata begini suami yang merangkap menjalankan tugas istri, dan tugasku sendiri.
"Mas, sudah kosong tuh, cepat maju," kata sesama pengantri dibelakang.
"Oh maaf" aku rupanya melamun sampai tidak menyadari bahwa didepanku sudah kosong.
Aku maju langsung menekan tombol menggesek uang sebanyak enam juga. Yang pertama akan aku lakukan adalah... mengganti uang Melati terlebih dahulu. Yang sudah merelakan gajinya untuk membayar belanjaan yang dipalak Diah.
Yang kedua, aku akan membayar hutang istriku kepada Ibu mertua. Hampir setiap hari beliau menagih kepadaku.
Entah pura-pura tidak tau, atau memang tidak tahu, mertuaku itu, aku bukan pedagang seperti beliau yang bisa setiap hari mendapatkan uang. Tetapi aku bekerja digaji sebulan sekali.
Ingat Melati, bagaimana jika nanti aku bertemu denganya? sungguh aku malu sekali, aku sudah gagal mendidik istriku.
Ah' bagaimana nanti saja, aku pikirkan. Sebaiknya segera kembali kekantor sudah terlambat 15 menit waktu yang ditentukan kantor untuk istirahat siang. Aku berjalan setengah berlari, setelah menyimpan uang kedalam dompet lalu aku selipkan di saku celana.
"Loe, darimana Bim? tumben, sampai terlambat?" tanya Refan, yang sudah duduk di kubikel tanpa menatapku. Ia tampak serius jari-jarinya cepat mengetik sesuatu.
"Habis dari ATM, biuuuhh... antri..." jawabku langsung duduk.
"Tumben! loe sampai ambil duwit, biasanya gaji loe utuh?" tanya Refan. menyelidik.
"Sudah... lebih baik loe kerja saja jangan keppo," jawabku. Kami pun diam bekerja hingga sore.
Author PoV.
Sore hari pulang kerja Abim bergegas menuju rumah Melati. Sebenarnya ia malu sekali, bertemu dengannya. Tetapi, ini harus ia lakukan. Selain ingin mengembalikan uang, Abim sekaligus ingin minta maaf atas nama Diah, sudah menggangu ketentraman Melati.
Sampai di depan Rose shop, Abim bingung mau kemana, ada tiga tempat yang biasa Melati diami, dirumah kak Mawar, didalam Rose shop, atau dirumahnya sendiri.
Abim lalu turun dari motor bergegas masuk ke Rose shop ingin bertanya dimana keberadaan Melati saat ini.
Abim menghentikan langkahnya sosok yang ia cari masih sibuk menghitung belanjaan di mesin kasir.
Abim menatap gadis yang dulu akan dijodohkan dengannya. Bibirnya tersenyum ramah kepada ketiga orang customer. Matanya sayu, teduh kala dipandang membuatnya tak berdaya.
Sedangkan gadis yang satu lagi memasukkan belanjaan kedalam kantong plastik.
Mata Abim tak berkedip gadis behijab yang begitu lembut itu, seolah menghipnotis. Dada Abim tiba-tiba berdegup kencang.
"Ada apa ini? gumamnya. Tangan kekar itu reflek memegangi dadanya. "Apakah aku sedang jatuh cinta? oh tidaaak... ini tidak boleh terjadi mengapa bukan dari dulu aku menyadarinya? Abim terus bergumam bertanya kepada diri sendiri.
Tiga customer itu pun akhirnya pergi, meninggalkan Melati dan juga Irawati.
Abim lantas minggir pura-pura melihat produk. Ketika tiga orang yang sedang menenteng belanjaan itu lewat didekatnya.
"Mel, bagaimana ini? Kenanga sama kantil belum datang, padahal sudah jam empat," Ira resah sebab dia sudah ingin pulang.
"Nggak apa apa Ra, kamu sebaiknya pulang saja, aku yang jaga Toko, sampai dia datang," jawab Melati enteng. "Yang penting kan aku sudah shalat," sambungnya.
"Ya sudah Mel, aku pulang ya" Irawati yang sudah siap ingin pulang. Segera keluar setelah di angguki Melati.
Tinggalah Melati sendiri ia ngaso sejenak selagi tidak ada customer. Sedangkan check opname sudah ia kerjakan tadi.
"Assalamualaikum..." tampak Abim dengan senyum kas nya mendekati Melati.
"Waalaikumsalam..." Melati cepat bangun dari duduknya.
"Kak Abim sama siapa?" Melati mengedarkan pandangan. Ia pikir datang bersama Diah.
"Sendiri, baru pulang kerja soalnya" jawabnya lalu berdiri didepan Melati yang terhalang meja kasir. "Tumben, kamu masih disini Mel, memang nggak kuliah?" tanya Abim yang masih memakai jaket, tampak seperti bukan pulang kerja.
"Hari ini sedang tidak ada jam kak"
Melati lantas ambil kursi plastik, memberikan kepada Abim.
"Nggak usah Mel, aku cuma ada perlu sebentar sama kamu," ucapnya.
"Sama saya? ada apa ya kak?" Melati bingung. Mengapa Abim pakai menemui dia segala, jika Diah sampai tahu, khawatir salah sangka. Dan sudah pasti akan terjadi perang saudara.
"Mel, atas nama Diah, aku mohon maaf. Aku akan mengembalikan uang seminggu yang lalu," ucap Abim lalu meletakan uang dalam amplop diatas meja kasir di depan Melati.
Melati mengerti maksud Abim. "Tidak usah dikembalikan kak, saya sudah lupa dengan uang itu," Jujur Melati.
"Nggak Mel, tolong terima ya, sekali lagi, terimakasih, kamu sudah sabar menghadapi Diah." Lirih Abim lalu duduk di kursi yang di sediakan Melati. Bersandar di rak untuk menyimpan berbagai macam coklat.
Melati lantas menatap Abim, yang tampak menahan beban berat terlihat dari wajahnya, setiap menyebut nama Diah beberapa kali disini.
Baru sebulan tidak bertemu Abim. Melati dibuat terperangah. Abim terlihat kurus, matanya cekung. Kumis dibiarkan tumbuh.
"Santai kak, jangan dipikirkan, lebih baik kakak cepat pulang, pasti Diah menunggu kakak." kata Melati panjang tetapi Abim hanya diam.
Keduanya saling diam, larut dalam pikiran masing-masing. Melati berpikir pasti pria didepanya ini sudah tahu siapa Diah yang sebenar nya.
Melati tahu, saat pacaran dulu sebenarnya Abim sering bertengkar dengan Diah. Bahkan sempat beberapa kali putus. Namum lagi-lagi, dan lagi setiap disuguhkan senyum Diah. Abim lantas luluh.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Buna_Qaya
ternyata nikah modal senyum, pantas jadi gini.
jadi kalo mau nikah gak perlu murah senyum, tapi perdalam akhlak 😊😊
2022-07-13
0
Ufika
jaga pandangan kamu abim apalagi hati kamu semua sudah takdir
2022-07-11
1
Ufika
harus ttep bersyukur abim bagaimana pun diah itu pilihan kamu jg
2022-07-11
1