Suasana kantin perusahaan saat siang hari, begitu ramai dipadati karyawan yang rata-rata masih dalam kategori gaji kecil.
Abim tampak menyantap soto, terlihat lapar, karena tadi pagi sarapan hanya sedikit.
"Lil, lihat deh, cowok yang lagi makan soto," kata Rere kepada Lila karyawan yang belum lama bekerja disitu. "Keren ya" sambungnya sambil mengacungkan jempol.
"Oh, Pak Abim, dia itu Supervisor HRD. Jika kamu bisa menundukkan dia, potong rambut panjangku." sesumbar Lila. Pasalnya, sebagai karyawan lama, Lila tau, Abim tipikal pria yang sukar didekati.
"Hais! kamu itu loh Lil, nanti aku gunting-gunting bener rambut mu." Rere percaya diri, sebagai karyawan baru sudah banyak pria di kantor ini yang ingin mengajaknya kencan, mengajak makan, bahkan ada yang terang-terangan ingin menjadi kekasihnya.
"Kita dekati, yuk" Rere menarik tangan Lila. Sebenarnya Lila tidak mau, tapi Rere menariknya semakin kencang.
"Haii..." Lila tersenyum berdiri di depan Abim.
Abim yang sedang menyantap soto pun tersedak. Spontan Rere menarik tissue diatas meja, lalu memberikan kepada Abim.
"Shory... jika aku mengagetkan, kenalkan, namaku Rere." Rere mengajak bersalaman, senyum manis terukir dibibir. Namun hingga gusinya terasa kering Abim tidak membalas senyumnya.
"Abim" ucapnya dingin. Lalu berdiri meninggalkan Rere yang masih mengangsung kan tangan tidak disambut.
"Kikiki... "Lila tertawa-tawa sambil menutup mulutnya. Rere menatap Lila mlengos kesal.
"Makanya Re... aku bilang juga apa... kikiki..." Lila tertawa memegangi perutnya karena melihat wajah Rere yang tampak memelas.
Sementara Abim kembali berjalan tidak lagi menoleh ke belakang. Ia kembali duduk dikubikel, kurang 10 menit lagi jam istirahat habis.
"Mau kopi tidak Bim, gw buat dua gelas ini," Refan teman satu tim Abim membawa dua gelas kopi lalu meletakkan diatas meja kerja.
"Boleh" Abim pun memutar tubuhnya, menghadap Refan.
"Loe kenapa Bim?" tanya Refan melihat Abim sejak tadi pagi terlihat murung.
"Nggak apa-apa" ucapnya lalu mengangkat cangkir dengan kedua tangannya menyecap sedikit karena masih terlalu panas.
"Loe sudah nikah Bim?" tanya Refan kemudian.
"Nikah?" Abim terkejut. Namun tetap menyembunyikan rasa gugupnya. Ia berpikir darimana Refan tahu? dikantor ini tidak ada yang di undang selain pak Johan, sebagai dewan dereksi. Beliu adalah, sahabat papa Wahid.
"Kok loe diam sih Bim, loe tuh nikah boro-boro ngundang, malah nggak bilang-bilang?" cecar Refan.
"Sok tau!" sergah Abim kembali meneguk kopi.
"Ini apa?" Revan menujuk cicin yang di kenakan Abim.
Abim tak menjawab. Ia kembali bekerja karena jam istirahat habis.
******
Manusia hanya bisa berencana tetapi, Tuhan yang menentukan. Namun, kadang manusia tidak seluruhnya cepat menerima kenyataan dan kegagalan, kadang manusia tidak menyadari bahwa dia tidak gagal, hanya karena belum beruntung dan kelak Tuhan akan mengantinya yang lebih baik.
Seperti yang di alami gadis ini sepertinya pernikahan laki-laki yang di cintainya dengan wanita lain. BERUJUNG LUKA. Luka hatinya yang kian menganga. Terbukti sejak kemarin dia tidak mau keluar dari kamar.
Dia adalah melati, tidak mau makan, maupun minum, hanya merenungi nasib di tempat tidur. Menangis dan terus menagis.
Deringan handphone, getaran chat tidak ia hiraukan, hingga memenuhi layar.
Teng tong, tengong.
Bel rumah pun berbunyi sejak tadi. Hingga pemencet bel tidak tahan lalu membuka pintu dengan kunci cadangan.
Wanita separuh baya bersama suaminya itupun bergegas menemui anaknya di dalam kamar.
"Melati... ya Allah... kenapa kamu menjadi begini nak..."
Beliau Ibu Riska bersama pak Sutisnya. Mendapati anaknya yang tidur miring memeluk guling.
"Mel, Mela.... bangun nak..." Ibu menggoyang pelan kaki Melati.
"Ibu... Ibu disini?" Melati mencoba bangun tetapi kepalanya terasa sakit, ia memijit pelipisnya.
Ibu menatap Melati, terlihat kacau, matanya hampir tidak bisa terbuka kerena terus menangis. Kamar yang biasa rapi terlihat berantakan.
"Ibu kemari, habis dari kemarin telepon nggak kamu angkat."
Melati diam menatap handphone yang masih tergeletak.
"Mel kamu dari kemarin menangis?" Ibu duduk di kasur.
"Nggak kok, Bu" jawabnya
Bu Riska merengkuh anaknya dalam pelukan. "Pak badan Melati panas sekali, Pak..."
Pak Sutisna yang hanya terpaku menempelkan punggung tangan nya, di dahi Melati.
"Ayo kita bawa kerumah sakit, Bu"
"Baik, Pak"
Tidak banyak berpikir, pak Sutisnya berlari kebawah memesan taksi, membuka pintu garasi memasukan motor yang barusan ia pakai.
Pak Sutisna kembail menemui Melati. "Sini Bu" Beliau menggendong anaknya, taksi sudah menunggu di luar. Beliau masuk kedalam taksi membawanya ke rumah sakit terdekat.
"Mel, kenapa kamu menjadi seperti ini nak?" Ibu menyesal, kenapa beliau tidak langsung kerumah Melati sejak kemarin setelah menghadiri pernikahan Abim.
Ibu tahu Melati bukan anak yang cengeng, tidak menyangka pernikahan Abim membuatnya terpuruk. Melati lebih kuat jika dibandingkan Mawar anak sulungnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
mom mimu
sabar Mela... suruh kakak author kasih kamu jodoh yg terbaik aja buat gantiin abim 😁✌🏻
2022-07-13
0
Buna_Qaya
Sabar mel jodoh mu otw penyesalan yang mendalam, tak lama lagi otw berpindah ke hati mu
Mampir nyicil segini dulu kak ya 🤗🤗
2022-07-13
0
Lady Meilina (Ig:lady_meilina)
keren nih budhe
2022-06-23
0