Abim mempersilahkan ke enam tamunya masuk kedalam. Lalu minta penjelasan apa yang terjadi. Scurity maupun teman Diah menjelaskan bergantian.
Karena tidak ingin memperpanjang masalah, Abim membayar sesuai jumlah yang mereka inginkan.
Tentu Abim tidak ingin memarahi Diah didepan para tamunya. Walaupun sebenarnya rasa marahnya memuncak.
"Apa yang kamu lakukan Diah?!" sergah Abim membuat Diah beringsut mundur terkejut dengan bentakan suaminya. Setelah tamunya pulang Abim memarahi Diah.
Abim malu sekali dengan kelakuan istrinya, kepada para tamu tadi.
"Maaf Mas, aku hanya ingin berseng-senang dengan temanku, apa salahnya?" bukanya menyadari kesalahannya Diah justeru balik bertanya. "Lagian apa, yang Mas Abim lakukan kepadaku? kita ini pengantin baru Mas, apa Mas Abim pernah memberikan perhatian kepadaku? hah?!" Diah tidak kalah membentak Abim.
Percekcokan pun terjadi, saling saut' kata, keduanya tidak ada yang mau mengalah.
"Kamu!" Abim mengangkat kaos bagian leher Diah, giginya gemerutuk. Tangan kananya siap menampar Diah.
"Apa! mau menampar? tampar aku Mas. Tampar?!" bentak Diah memekakan telinga Abim.
Abim melepas tanganya yang masih mencengkeram kaos, lalu menarik nafas panjang. Memulihkan kesadaran bahwa selama ini tidak pernah berbuat kasar, apalagi dengan wanita.
"Mulai hari ini, sampai seminggu, kamu tidak boleh keluar, jika melanggar, kamu akan terima hukuman, Diah!" Abim membuat ultimatum .
"Mas, keterlaluan! Mas tega... aku menjadi istrimu hanya disuruh menjadi pembantu." ucapan Diah bak pisau yang menggores Abim. Ia tidak menyangka, Diah akan berbicara begitu.
Abim lantas keluar dari kamar memakai jaket yang tersampir dihanger ruang kerja Aditya. Abim ambil kunci motor yang digantung. Pulang kerumah orang tuanya, menenangkan diri akan lebih baik.
Sampai dirumah mama. Abim membuka pintu dengan kunci cadangan tentu malu jika sampai orang tuanya tahu, apa yang terjadi dengan rumah tangganya yang baru hitungan hari sudah sekian kali bertengkar.
Abim berjalan jinjit, agar langkahnya tidak terdengar. Saat ini sudah jam 10 malam, dirumah mama tampak sepi.
Sampailah Abim didalam kamarnya pandanganya menatap foto pria yang masih memakai seragam SMA. Yang tak lain dirinya sendiri. Abim menelisik foto itu.
Abim lalu merebahkan tubuhnya, rasanya lelah jiwa raga.
*******
Abimanyu, masa mudanya bisa dibilang paling beruntung diantara teman-teman sekolah-nya.
Bagaimana tidak? Abim berasal dari Kota Jakarta. Putera salah satu pengusaha. Saat itu, ia sekolah SMA di kampung nenek, di Jawa tengah. Yakni kampung kelahiaran mamanya. Saat itu, Mama dan Papa tinggal di Jakarta selain pengusaha juga seorang Dosen.
Abim banyak uang, selalu menolong teman-temanya di kampung ketika temanya dalam kesulitan. Seperti membayar SPP, contohnya. Ia rela menyisihkan uang jajanya untuk membantu sesama.
Namun begitu, kedua orang tuanya sangat menyayangi. Walaupun jarak memisahkan, Abim tidak kekurangan kasih sayang. Mama selalu memperhatikan, jika tidak bisa pulang setidaknya telepon setiap hari.
Gayanya yang cool, namun tidak sombong. Abim banyak digandrungi para kaum hawa. Ditambah lagi wajahnya yang paling mencolok diantara teman-temanya. Wajah tampan, kulit putih, tingginya pun paling menonjol. Namun, tidak ada satu wanita pun yang mampu menggetarkan Abim.
Masa remajanya, yang jauh dengan kedua orang tuanya membuatnya tumbuh menjadi anak mandiri, dan taat beribadah, tak luput dari bimbingan sang nenek.
Hingga lulus SMA. Abim kembali ke Jakarta melanjutkan pendidikan S1. Tidak jarang Abim pulang ke kampung jika libur semester. Selain kangen dengan teman-temanya. Di tambah lagi Intan sang adik sekolah di sekolah yang sama.
Abim sering menjemput Intan, saat itulah ia bertemu dengan Diah. Wanita yang membuat dadanya berdegup kencang. Hubungan pun berlanjut, mereka menjalani hubungan LDR.
*******
Melati Putih. Namanya sesuai dengan hatinya. Wanita yang berhijap itu cantik luar dalam. Masa SMA, walaupun dibesarkan dari keluarga yang kurang mampu. Namun, tidak kurang kasih sayang. Ia di besarkan dalam keluarga yang hangat. Kedua orang tuanya sangat harmonis.
Setelah lulus SMA ia merantau ke Jakarta bekerja di minimarket milik kakak kandungnya. Mawar merah, dan Wahyu Aditya sang kakak ipar.
Disinilah kedua orang tuanya sudah sepakat dengan orang tua Abim ingin menjodohkan dia dengan Abimanyu. Awalnya tampak biasa saja, perasaanya kepada Abim. Namun lambat laun tumbuh benih cinta kepada Abim walupun harus menerima kenyataan bahwa Abim menolak perjodohan ini. Abim memilih Wanita lain. Yaitu Diah Susanti.
*****
Diah Susanti, wanita yang berperilaku buruk itu. Satu sekolah dengan Intan. Satu angkatan, hanya berbeda ruangan. Diah pandai menyembunyikan sifat aslinya kepada Abim. Selalu lembut jika didepanya. Jika dibilang cantik tidak juga. Namun dialah wanita yang dipilih Abim.
*****
Intan adalah; gadis yang lembut, baik, dan juga cantik. Mirip sekali dengan Abimanyu sang kakak. Intan gadis baik, tetapi jika ada yang berani menyakiti hatinya. Ia akan melawan.
******
Seminggu kemudian. Melati sudah sembuh dari sakitnya. Dengan semangat 45 setelah shalat subuh, ia membersihkan rumahnya sendiri. Menyapu, mengepel, bahkan mencuci pakaian.
"Kamu sudah yakin, mau mulai kerja hari ini Mel?" tanya Ibu yang sedang membuat sarapan.
"Iya Bu, nggak betah lama-lama dirumah" sahutnya sambil mengangkat ember ingin menjemur pakaian.
"Jangan mengangkat yang berat-berat dulu Mel, biar kelihatan dari luar sehat, tapi kamu itu sakit didalam." kata bu Riska menunda memasak lantas mengangkat pakaian dalam ember ingin menjemurnya di loteng.
"Biar Bapak saja" bapak yang baru pulang dari masjid menghentikan kegiatan mereka.
"Sini Bapak yang menjempur" tidak banyak bicara lagi pak Sutisna mengangkat ember keloteng lalu menjemurnya.
"Dibantu apa Bu" tanya melati melihat bu Riska sedang membuat nasi goreng.
"Nggak usah... sebaiknya kamu mandi gih, terus nanti kita sarapan" titah Ibu.
"Baik Bu" Melati membersikan badan, tidak lama kemudian, membuka lemari, tangan jenjangnya memilih-milih baju yang cocok dan nyaman. Pilihnya jatuh pada baju setelan lengan panjang yang dibelikan tante Sahina.
Melati ingat, baju ini tante ambil dari butik milik Intan sahabatnya. Seklebat bayangan Abim muncul dikelopak mata, saat itu. Abim yang menyetir mobil.
Kenapa... aku malah ingat dia lagi siih... huh! Melati bergumam. Lalu memakai baju putih yang ada rompi biru dongker itu sangat cocok di badanya. Ia mematut diri didepan cermin. Setelah yakin akan penampilannya ia bergabung dengan bapak dan ibunya.
Kamu belum boleh makan nasi goreng Mel" cegah bu Riska ketika melati ingin menyendok nasi goreng.
"Terus..." melati tampak kecewa sudah seminggu ia makan bubur, rasanya kangen nasi goreng.
"Ini... ibu buatkan nasi tim, enak kok nggak terlalu lembek." Ibu meletakkan mangkok didepan Melati.
"Terimakasih Bu" Melati pun sarapan. Setelah sarapan berangkat ke Rose shop sudah seminggu tidak bekerja rasanya kakinya terasa kaku.
Melati mengendarai motor sendiri, diikuti pak Sutisnya dari belakang, memboncengkan bu Riska. Beliu, sebenarnya masih belum boleh jika Melati bekerja tetapi, Melati merengek.
"Kak Melati... sudah sembuh? Alhamdulilah..." Ira teman kerjanya yang baru setahun bekerja, langsung menyambut kedatangan Melati. Usia mereka berbeda tiga tahun, lebih tua Melati.
"Alhamdulillah Ra, berkat doa mu," ucap Melati.
Mereka pun saling berpelukan.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
mom mimu
hampir kelepasan kan Bim, hati2 jangan sampe KDRT ya...
2022-07-30
0
Buna_Qaya
istri Solehah nya mas abim😆😆
2022-07-13
0
Hiatus
cicil ya bude. semangat up🤗🤗🤗
2022-06-30
1