"Loh, Diah kemana to, Bu?" Pak Renggono mencari-cari anaknya di sekeliling kios namun, tidak bertemu.
"Katanya mau mampir kerumah Mawar Pak" jawab Reny. Sambil membenahi sisa uang didompet.
"Ada perlu apa tuh anak?" Pak Renggono merasa curiga dengan kedatangan anaknya, seperti ada yang disembunyikan. Sebab tidak mau menemuinya, sudah pasti dia takut dengan beliau.
Tidak ada yang ditakuti Diah selain Bapak walaupun dengan Adit sekalipun. Jika dinasehati Adit, masuk kuping kanan keluar kuping kiri.
"Biasa Pak, pinjem duit, punya suami... nggak punya suami, sama saja, anakmu itu." gerutu Bu Reny, uang jatah pemberian Adit bulan ini dikasih Diah setengahnya.
"Jangan-jangan... belum berubah kelakuan Diah, yang suka foya-foya Bu." Pak Renggono khawatir.
"Ibu juga mikir begitu Pak, atau... jangan, jangan... menantu kita yang pelit ya, Pak," tuduh Bu Reny. Ternyata sifat buruknya belum seluruhnya hilang.
"Hus! jangan punya pikiran begitu Bu, Bapak yakin, Abim justeru yang akan membawa anak kita, kearah yang lebih baik." Pak Renggono menaruh harapan besar kepada menantunya itu.
"Halah... Pak! Ibu sanksi, orang pelit begitu, pernikahan anak kita saja tidak dirayakan, katanya orang kaya tapi pelit!" omelnya sambil *******-***** sawi hingga hancur.
"Bu, sudah!" Pak Renggono menatap istrinya jengkel.
"Bela saja terus Pak, Abim itu nggak seperti Mawar. Mawar orangnya nggak pelit, rumah saja kita dikasih sama Mawar."
Ternyata perubahan sikap Bu Reny kepada Mawar menjadi baik, karena Mawar sudah kaya, memberikan apapun yang mertuanya mau.
"Ibu! bisa diam nggak!" Pak Renggono benar-benar marah, mendengar istrinya membandingkan kedua menantunya, jika sampai dengar tentu kasihan si Abim.
Bu Reny lantas melempar sawi kemudian masuk kerumah di samping kios, merengut kesal.
Kios sayur milik Bu Reny, Mawar perluas. Mawar membeli rumah kosong sebelah hingga bisa untuk tempat tinggal beliau.
Pak Renggono menarik napas berat menatap langkah istrinya dari belakang hingga masuk kedalam.
******
"Kak Mawar kemana Mel?" tanya Diah dengan gayanya yang sok akrab masuk kedalam minimarket. Hingga menjarah ketempat yang seharusnya tidak boleh dijamah karyawan, bahkan Melati yang adik kandungnya saja tidak berani. Jika tidak bersama Mawar.
"Diah, kamu mau kemana? kalau mau cari kak Mawar sedang dirumah." Melati mengejarnya dan segera mengunci pintu ruangan Mawar, sebelum Diah masuk.
"Takut amat sih Mel, lansung di kunci pintunya, memang gw mau maling!" sergah Diah. "Loe kan tahu laki gw itu kaya" ucapnya sombong.
"Loe iri kan karena Mas Abim memilih gw!" Diah tersenyum meledek.
"Bukan begitu Mel, jangan bawa-bawa kak Abim deh. Ayo, kalau mau ketemu kak Mawar, aku antar." Melati berkata sopan, tidak menghiraukan kata-kata Diah, yang terus menerus menghinanya.
"Gw mau ambil belanjaan." ucapnya lalu berjalan cepat meninggalkan Melati.
Diah ambil keranjang memasukan bermacam-macam sembako. Setelah penuh, ambil kantong didekat kasir lalu memasukkan, tanpa berniat membayar.
"Eh, di hitung dulu, kak Diah, nggak boleh langsung dimasukkan kedalam kantong," cegah Irawati segera menyalakan handphone lalu merekam apa yang akan dilakukan Diah.
Ira tahu Diah pasti akan berbuat ulah, sebab dulu pernah berbuat begitu. Walaupun sudah ada CC TV. Ira ada rencana lain.
"Heh! siapa loe?! nggak usah nglarang-nglarang! semua ini punya kakak gue?!" sarkas Diah.
"Pokoknya... nggak bisa! bisnis tetap bisnis!" Irawati mengeluarkan kembali barang-barang. Jika tidak, tentu dia yang akan bertanggung jawab. Jika terjadi kehilangan, sebab saat ini bagian dia yang jaga.
"Loe ngeyel ya!" Diah tampak marah kembali memasukkan barang yang sudah dipilih.
Adu mulut antara Irawati, dan Diah berlanjut, pada saat yang tepat Melati datang melerai mereka.
"Ada apa ini?" tanya Melati.
"Ini Diah Mel, enak saja! belanjaanya nggak boleh dihitung, mau dibawa pulang begitu saja!" Adu Ira kesal.
"Benar. Apa yang dibilang Ira, Diah, apa yang kita ambil harus kita bayar dulu, jika tidak... kasihan yang bagian jaga akan dipotong gaji nantinya," terang Melati.
Melati sendiri pun jika ambil sesuatu selalu ia bayar, walaupun Mawar melarang.
"Heh! jangan sok kuasa Mel, loe iri kan karena kak Abim lebih memilih gw daripada elo!" cerocos Diah mengulangi perkataan tadi, padahal tidak nyambung dengan apa yang dibahas sekarang.
"Okay... belanjaan ini gw yang bayar tapi dihitung dulu" Melati mengalah.
Diah tersenyum kamar.
Irawati segera menghitung belanjaan, lalu Melati membayar melalui Bank tertentu karena tidak membawa uang tunai sejumlah satu juta.
Irawati segera mengirimkan vidio yang ia rekam kepada Abim. Ira sempat mecari nomor Abim dari handphone Melati. Tanpa sepengetahuan Melati saat ke toilet tadi, setelah kepergian Diah nanti akan menceritakan.
Ting.
Jam istirahat siang, Abim mendapat kiriman vidio dari nomor yang tidak dikenal. Abim lalu membuka Vidio tersebut, tampak Diah sedang memalak di Minimarket Mawar. Abim mengepalkan tangan.
*******
Seminggu kemudian, Melati bersama Risda nongkrong di kantin sekedar menunggu jam mata kuliah dimulai. Sekedar minum teh sambil beristirahat.
"Kalian gw cari-cari ternyata disini?" Bombom bersama Alex menyusul. Tanpa permisi langsung duduk di depan Melati dan Risda.
"Ada perlu apa memang?" tanya Risda.
"Sebenarnya orang disebelah gw ini yang ngebet ingin bertemu Melati." Jujur Bombom menyeringai. Langsung pundaknya kena geplak Alex.
"Ah sakit tahu!" Bombom mengusap-usap pundaknya.
"Minum apa loe?" Bombom menatap gelas, milik Melati.
"Minum teh doang, loe mau Bom?" tanya Melati.
"Nggak, bentar lagi masuk." jawab Bombom. Benar saja kata Bombom, ternyata sudah jam masuk kelas. Mereka segera berjalan bersama-sama.
"Mel, boleh nggak tukar nomor handphone?" tanya Alex, sudah lama ingin minta nomor hp Melati. Namun tidak ada kesempatan.
"Boleh" Mereka pun segera tukar nomor, handphone.
******
Mata kuliah berakhir, semua membubarkan diri. Alex segera mengejar Melati yang sudah berjalan terlebih dahulu bersama Risda.
Alex kesal, ternyata Melati tertangkap sedang berbincang akrab dengan Pak Rony.
"Dek, kamu Melati adiknya Mawar kan?" tanya Pak Rony, sejak seminggu yang lalu ingin bertanya, tetapi tidak pernah ada kesempatan.
"Betul, Bapak kenal dengan kak Mawar ya?" tanya Melati memastikan, pasalnya wajah Dosen ini seperti ia kenal.
"Betul, saya dulu kakak kelas Mawar, sempet juga kesengsem sama kakakmu, tapi ternyata saya kalah bukan lawan suaminya." Rony tersenyum kecut, geleng-geleng ingat ketika itu.
"Ya jelas kalah Pak, kesengsem sama orang yang sudah punya suami," Melati menatap Dosen didepanya Diam-diam ternyata pernah jadi pebinor.
"Oh iya, ngomong-ngomong apa kabar kakak mu?" tanya Rony selama mengetahui jika Mawar hamil, Rony belum pernah bertemu.
"Baik Pak, main dong kerumahnya," kata Melati, Dosen dan mahasiswi itu pun, berjalan keparkiran.
"Main? mau bunuh diri, memang" Rony begidik ngerti.
"Bunuh diri? maksudnya?" Melati menoleh cepat, belum mengerti maksud Rony.
"Sudah pasti lah, saya dihajar sama kakak ipar mu itu" Rony ingat dulu sudah dua kali dihajar Adit.
"Kecuali adiknya Mawar mau sama bujang lapuk seperti saya, ahahaha." Rony tertawa.
Sedangkan Melati hanya menjeb.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Mrs.Riozelino Fernandez
masih syukur gak diceraikan dihari pertama nikah,kan anak mu udah gol.
2022-10-27
1
Buna_Qaya
aduh kok akunya yang jadi malu yak
2022-07-13
1
freya alana
Like mother like daughter ya ini diah sama ibunya… halo bude aku mampir
2022-07-12
1