Setelah semalaman dirinya, mendapatkan sebuah les private dari seorang guru yang mengajar table manner dan juga etika serta sopan santun dalam berbicara, maupun prilaku. Kini Cherryl dapat merasakan empuknya kasur yang sudah ia rindukan sejak dari tadi.
Sebagai seorang CEO yang baru saja berkecimpung dalam dunia bisnis, tentu saja Clay akan bertemu dengan banyak orang penting. Dan lambat laun pernikahan rahasianya akan di ketahui oleh semua orang, jadi sengaja ia mendatangkan seorang guru yang terkenal dalam bidangnya untuk mengajari Cherryl menjadi wanita yang elegan dan berkelas agar kelak ketika dirinya mengenalkan Cherryl pada rekan bisnisnya mereka tak mengolok-olok dirinya karena memiliki istri yang ceroboh.
Rasanya baru juga Cherryl menutup mata, seseorang sudah menyibakkan gordeng kamar membuat gadis itu mengerjap karena cahaya matahari yang silau menerpa wajahnya.
"Ya ampun, bi. Aku baru saja tidur kenapa gordengnya di buka," protesnya dengan suara serak, ia mengira jika yang masuk kamarnya itu adalah bi Arum.
"Bangun nona, hari ini anda harus ke sekolah," ucap Miss Nina guru private Cherryl.
"Sebentar lagi bi, aku masih ngantuk," gadis itu menarik kembali selimut dan menutup seluruh tubuhnya.
Miss Nina menggelengkan kepalanya, ia mengambil sebuah peluit yang menggantung di lehernya dan meniup peluit itu dengan kencang.
PRIIIIITTT.....
Cherryl langsung terperanjat dari tidurnya.
"Astaga Miss, ini masih pagi!" protesnya
"Ini sudah pukul setengah 7 pagi, anda terlambat nona. Silahkan anda mandi setelah itu turun untuk sarapan."
"Aku masih ngantuk," Cherryl hendak berbaring kembali tapi sebuah tongkat panjang menyanggah tubuhnya agar tidak menyentuh bantal.
"Ish, apa-apaan ini?" desis Cherryl yang melihat tongkat menyanggah tubuhnya.
"Silahkan nona, waktu anda tidak banyak. Hanya 30 menit jika tidak, saya akan memberikan hukuman untuk anda," ancam Miss Nina. Wajahnya cantik sih tapi sayang kaku, sama seperti orang yang menyuruhnya bekerja di kediamannya.
Kesal, Cherrylpun berjalan menuju kamar mandi ia menutup kamar mandi itu dengan keras.
BRAKK..
Miss Nina, terhenyak sembari menggelengkan kepalanya melihat prilaku istri dari tuan muda pemilik sunshine group tersebut. Meskipun masih muda tapi sudah seharusnya gadis itu bersikap sopan dan kalem, belum lagi saat ini dia adalah seorang istri dari pria yang sebentar lagi akan di kenal oleh semua masyarakat di negeri edelweis.
Tiga puluh menit kemudian, Miss Nina sudah mengecek jam yang melingkar di tangannya. Tapi Cherryl masih belum keluar dari kamar mandi.
tok.tok.tok..
"Nona, waktu anda sudah habis!" teriak miss Nina.
"Ish, baru juga masuk kamar mandi udah di gedor," gerutu Cherryl, kemudian ia mandi dengan tergesa.
KLEK
Pintu kamar mandi terbuka.
"Karena nona sudah terlambat, sekarang nona hanya punya waktu sepuluh menit untuk berganti pakaian."
Cherryl mendengus pada Miss Nina, rasanya ia ingin berteriak kencang di hadapan wajahnya. Karena wanita itu terus saja berbicara dan memberi waktu pada semua yang ia kerjakan. Tapi nyali Cherryl menciut saat Miss Nina mengeluarkan tongkat kecil yang di acungkan padanya, alhasil Cherryl hanya bisa merutuki suaminya yang sudah membawa Miss Nina ke kediamannya.
"Dasar kampret, awas aja lo. Gue bakal bales semua perbuatan lo!" rutuk Cherryl dalam batinnya.
Semuanya sudah selesai, Cherryl sudah terlihat rapih dan wangi dengan seragamnya.
Gadis itu kini berjalan, di ekori oleh Miss Nina yang memperhatikan caranya berjalan.
Plak...
Satu pukulan mendarat dengan mulus di kaki Cherryl, membuat gadis itu meringis.
"Ahh.. apa sih Miss!" erang Cherryl mengusap betisnya yang sakit.
"Saat turun tangga, biasakan jangan berlari," ucap Miss Nina, ia memberi contoh pada Cherryl.
Cherryl mengusap wajahnya frustasi, iapun menuruni tangga dengan meniru gaya Miss Nina yang melenggak lenggok dengan satu tangan berpegangan pada pegangan tangga.
***
Ruang makan,
Clay sedang menyantap sarapan paginya, sambil menatap ponsel yang sejak dari tadi terus menyala. Banyak e-mail masuk dari nona Grace mengenai provit perusahaan yang sedang berkembang dengan baik.
Bruk..
Cherryl duduk dengan wajah yang kusut seperti baju yang belum di setrika, Clay yang duduk di hadapannya hanya meliriknya sebentar kemudian ia kembali lagi fokus pada ponselnya.
"Aku mau pulang!" cetus Cherryl, rupanya ajaran Miss Nina tentang percakapan cukup berhasil pada Cherryl, baru satu malam ia belajar dengan Miss Nina. Tapi ia mulai berbicara dengan kosa kata yang baik.
"Kenapa?" jawab Clay singkat.
"Kamu keterlaluan!.. bukankah aku sudah mengatakan jangan ikut campur dengan urusanku... lalu kenapa kau memberikan banyak aturan padaku," gadis itu melipat kedua tangan di dadanya.
"Itu untuk kebaikan mu."
"Apanya yang untuk kebaikan ku? kau hanya menyiksaku..pokoknya aku mau pulang!"
"Habiskan sarapanmu, kita sudah terlambat," Clay mengabaikan istrinya yang sedang protes.
"Aku tidak lapar heuh," Cherryl mendengus sembari memalingkan wajah, ia sudah seperti bocah yang menolak di suapi oleh ibunya.
"Terserah, cepat bawa tasmu mobilmu belum di antar kemari. Hari ini kau ikut denganku," cetus Clay, yang mengusap mulutnya dengan tissue
"Naik motor?" tanya Cherryl, terbelalak.
Clay mengangguk.
"Nggak, ah kalau anak-anak tau kita barengan. Bisa heboh satu sekolah, ntar Tiara cemburu lagi. Aku nggak mau ya, kalau harus urusan lagi sama nenek lampir itu."
"Ya sudah, jarak sekolah dari rumah ini cukup jauh. Jika kau naik taxi atau mobil kamu akan terlambat dan datang ke sekolah dengan sia-sia," cetus Clay, ia meneguk susunya yang tinggal setengah gelas, sampai habis.
"Aku duluan, kau di rumah saja. Belajar sama Miss Nina, biar makin pinter," pungkas Clay Ia melenggang berjalan menuju motornya.
"Seharian di rumah, Sama Miss Nina?... nggak gue nggak mau semalem aja udah bikin gue kesusahan apalagi seharian,"
Cherryl mendadak bergidik, saat suara Miss Nina memanggil namanya. Cepat-cepat Cherryl mengambil tas juga paperbag berisi hadiah untuk aulya kemudian gadis itu berlari menyusul Clay yang sudah siap untuk berangkat.
"Clay! tunggu. Aku ikut,"
Clay tersenyum tipis, saat melihat kepanikan melanda istrinya. Tanpa banyak bicara ia menyerahkan helm ke tangan Cherryl.
Sebenarnya Cherryl takut, saat akan naik motor. Sebab ini kali pertamanya ia naik kendaraan roda dua seperti motor. Apalagi motor suaminya itu tipe sport yang memiliki kecepatan di atas rata-rata kendaraan lainnya.
"Jangan kencang-kencang bawanya, aku takut," Belum apa-apa Cherryl sudah ketakutan, mendengar istrinya yang takut Clay bukannya melamban ia malah langsung menarik gas motornya dengan kecepatan tinggi, tiba-tiba punggungnya merasakan ada sesuatu yang empuk ketika Cherryl memeluk pinggangnya sambil berteriak.
"Clay!!!! hentikan!" teriak Cherryl ketakutan, karena pria itu mengendarai motornya seperti kerasukan setan.
Bibir Clay, tersenyum saat Cherryl semakin mengeratkan tangan yang melingkar di pinggangnya. Pria itu sangat menikmati pelukan hangat dari istrinya, sementara Cherryl yang ada di belakangnya sudah sangat pucat. Gadis itu merasakan nyawanya akan berpisah dengan raga.
***
SMA HARAPAN BANGSA.
Ciiitttt.....
Motor berhenti tepat di depan gerbang sekolah, semua murid yang ada di depan gerbang menatap heran pada Clay dan Cherryl, mereka selalu terlihat seperti kucing dan tikus tapi kenapa mereka bisa bersama, berpelukan lagi? begitulah yang mereka pikirkan saat ini, bahkan tidak sedikit murid yang merasa iri pada Cherryl karena bisa satu motor dengan pria populer seperti Clay.
"Turun!" titah Clay, pada Cherryl yang masih memegang dadanya, yang hampir copot.
"Lo, nggak denger! gue bilang turun," sentak Clay, pada Cherryl yang masih duduk di atas motornya
Masih seperti mimpi, dengan tubuh yang bergetar Cherryl turun dari motor sport itu dengan susah payah. Jika Clay tidak cepat menahan tangannya mungkin gadis itu sudah tersungkur ke tanah.
"Kau ini kenapa?"
"Lo yang kenapa? dasar gila! Kalau mau mati, mati aja sendiri jangan ngajak-ngajak gue," pekik Cherryl, ia menyerahkan helmnya dengan keras ke arah Clay.
Aulya yang saat itu mencari Cherryl, mengerutkan dahinya ketika ia melihat Cherryl sedang marah-marah pada musuh bebuyutannya.
"Cherryl, lo kenapa?" tanya Aulya merangkul bahu Cherryl ia membantu sahabatnya agar tidak terjatuh.
"Dasar gila!" rutuk Cherryl.
"Sudah di beri tumpangan bukannya terimakasih malah marah-marah," Clay pergi meninggalkan, istrinya menuju kelas. Sudut bibirnya mengembang ketika ia mengingat kembali saat Cherryl memeluknya, biar terpaksa yang penting Cherryl sudah mau memeluk dirinya pikir Clay.
"Cherr... lo pucat banget," ujar Aulya, membantu Cherryl berjalan menuju kelas, sebab sejak turun dari motor Cherryl berjalan dengan sempoyongan.
"Pria itu benar-benar menyebalkan, dia ingin membunuh is-," ucapannya terhenti hampir saja ia keceplosan dengan menyebutkan istri. Untung saja mulutnya dengan cepat mengatup sehingga ia bisa menjaga rahasia pernikahanya.
"Is? is apa Cher?" Aulya bertanya penuh selidik.
"Tau ah, sebel gue. Jantung gue rasanya mau copot waktu gue di bonceng sama si kampret itu."
"Kok, Lo bisa bareng sama dia sih Cherr?" Aulya masih penasaran, kenapa sahabatnya bisa datang ke sekolah bersama pria yang selalu mengajak sahabatnya bertengkar.
"G-gue... eh Al, gue punya sesuatu buat lo," Cherryl mengalihkan pembicaraannya.
Ia mengeluarkan satu kotak besar skincare buatan ibu mertuanya pada sahabatnya.
Mata Aulya, langsung berbinar saat melihat satu paket skincare dengan brand terkenal ada hadapannya.
"Ini buat gue Cher?" Aulya bertanya tak percaya dengan apa yang di berikan oleh Cherryl.
Aulya tau, jika brand itu cukup mahal untuk pelajar dengan ekonomi menengah seperti dirinya. Apalagi sahabatnya itu memberikannya satu paket skincare secara percuma padanya jelas saja Aulya terlihat senang.
Cherryl mengangguk, ia begitu senang saat melihat sahabatnya bahagia dengan apa yang di berikan olehnya.
Aulya memeluk Cherryl, entah keberapa ratus kali gadis itu mengucapkan terimakasih pada Cherryl, membuat Cherryl bosan mendengarnya.
"Udah kali Al bilang makasihnya, gue udah enek dengernya haha... oh iya Al sorry ya gue belum sempet jenguk nyokap lo."
"Nggak apa-apa Cher, nggak usah di pikirin lagian nyokap gue udah pulang dari rumah sakit. Sekarang udah mendingan."
"Syukur deh kalau udah baikan, gue ikut seneng dengernya," ucap Cherryl tersenyum.
"Sekali lagi thanks ya Cherr," Aulya mengacungkan paperbag itu pada Cherryl.
***
Ruang kelas Clay.
Tiara duduk di samping Clay, seperti biasa gadis itu melingkarkan tangannya di lengan milik Clay.
Dia terus saja mengintrogasi Clay, dan melontarkan beberapa pertanyaan yang sama secara berulang-ulang.
Kuping Clay, terasa panas akibat ocehan Tiara yang tidak penting itu. Tanpa mengucapkan sepatah kata ia langsung pergi meninggalkan Tiara menuju perpustakaan, kebetulan hari ini guru yang mengajar di kelasnya tidak masuk jadi ia memilih ke perpustakaan dari pada di dalam kelas bersama Tiara yang berisik.
Di perpustakaan, Clay melihat sahabatnya Erick sedang merenung seorang diri. Ia menghampiri Erick dan bertanya apa yang terjadi pada sahabatnya? tidak biasanya Erick duduk sendirian sambil merenung seperti itu.
"Kenapa Lo Rick?" bisik Clay, pada sahabatnya.
"Bro, bantuin gue ya sekali aja."
"Apa?"
"Ijinin gue tinggal di rumah lo, ya," cetus Erick memelas.
.
.
.
Bersambung.
Hai, maafkan author ya. Karena cerita kali ini sangat buruk sekali, terimakasih buat yang udah mampir...i purple you 💜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Rihul
ceritanya bagus kok, ni mash lanjut baca
2022-11-06
1