Gadis cantik itu sedang asik berendam dalam bathtub, entah ia yang berhalusinasi entah memang ada seseorang yang memperhatikannya.
Perasaan Cherryl tiba-tiba saja merasa tidak nyaman, bulu kuduknya berdiri semua. Ia pun mengakhiri acara berendamnya, karena takut. Membuat gadis cantik itu tergesa-gesa saat mengambil handuk kimono yang tergantung di kamar mandi.
Tanpa sengaja kaki gadis itu terpeleset dan jatuh membuatnya berteriak karena sakit.
"Aaw,,, sakit banget," ringis Cherryl menyentuh bokongnya yang sakit karena terbentur lantai.
"Cherryl! lo nggak apa-apa?" Teriak Clay dari luar.
"Iya, gue nggak apa-apa. Jangan masuk!" Sahut Cherryl
Gadis itu berusaha untuk berdiri tapi pinggangnya terlalu sakit untuk bangun.
Clay, khawatir dengan keadaan istrinya yang tak kunjung keluar dari kamar mandi. Lalu ia mendobrak pintu kamar mandi dan melihat istrinya yang sedang terduduk dengan kimono yang masih belum terpasang dengan benar membuat sesuatu yang waktu itu Clay sebut rata terekspose dengan jelas.
Glekkk...
Clay menelan salivanya kasar. Untuk pertama kali ia melihat bagian tubuh wanita secara real tepat di hadapannya. Clay adalah pria normal, meskipun usianya terbilang muda. Justru di usia sekaranglah jiwa keingintahuan dan mencoba sesuatu yang baru, sedang bergejolak dalam dirinya. Apalagi saat ini di kamar mandi hanya ada dirinya dan Cherryl. Takut ada setan lewat, Clay dengan cepat membalikan tubuh, membelakangi istrinya yang masih bersimpuh dengan kimono melorot.
"Arrghh! Dasar mesum. Di bilangin jangan masuk!"
Bugh
Cherryl melemparkan botol shampoo ke arah Clay, sudah ketiga kalinya hari ini ia melempar barang ke arah pria itu. Entah kenapa tangan Cherryl di saat panik selalu melayang dengan sendirinya jika tidak memukul dia pasti meraih sesuatu untuk di jadikan senjata seperti granat.
"Kenapa sih,lo? Selalu ngelempar barang ke arah gue! gue cuman mau nolong lo tau," protes Clay dengan tubuh yang masih membelakangi istrinya.
"Gue nggak butuh bantuan lo, gue bisa sendiri!"
Gadis itu membenarkan handuk kimonon, lalu berusaha untuk berdiri lagi tapi pinggang Cherryl terasa sangat sakit. Membuat gadis itu tak bisa berdiri.
"Ya udah, bantuin gue. Tapi awas lo kalo nyari kesempatan,"
"Geer, banget sih lo, selera gue bukan yang rata kayak Lo kali cherr," cibir Clay pada Cherryl
"Lo bahas apa sih rata-rata,-" Cherryl berpikir sejenak dan memindai tubuhnya, ia melihat bagian dadanya yang masih dalam proses pertumbuhan. Setelah ia sadar dengan apa yang di maksud oleh suaminya, ia bersiap lagi untuk mengambil sesuatu untuk di lempar ke arah Clay, tapi tangannya mengambang saat Clay menegurnya.
"Lo, lempar lagi barang ke gue. Gue tinggalin nih ya," ancam Clay pada Cherryl.
"E-eh iya, iya gue nggak lempar lagi. Tapi buruan bantuin gue sakit nih," rengek Cherryl memegangi pinggangnya.
Sementara itu, di balik pintu kamar dua orang sedang menguping pembicaraan Clay dan Cherryl yang berada di dalam kamar mandi.
"Bawel lo," dengus Clay yang menggendong istrinya ke atas ranjang.
"Pelan-pelan sakit, tau," ringis Cherryl
"Ini juga pelan-pelan,"
Brukk
Clay, melemparkan tubuh Cherryl ke atas ranjang membuat gadis itu meringis.
"Ahhh, sakit!" Keluh Cherryl ketika bokongnya menyentuh kasur.
"Tuh-tuh pah, dengerin Cherryl kesakitan," seru Mama Dewi, pada papa Cestaro.
"Emang nggak apa-apa? mah biarin mereka berhubungan, mereka masih sekolah loh," papa terlihat khawatir dengan apa yang di lakukan oleh kedua pengantin muda itu.
"Papa tenang aja, Mama udah kasih pengaman kok buat mereka, jadi aman," mama Dewi, tersenyum penuh arti.
"Ish, Mama ini ada-ada aja. Papa mau turun aja banyak kerjaan yang harus di kerjain," papa Cestaro pergi meninggalkan istrinya yang masih menguping di depan pintu kamar Cherryl.
"Papa, nggak asik," dengus Mama Dewi pada suaminya, ia melanjutkan aktivitas menguping kegiatan pengantin baru itu.
"Andaikan Cherryl, udah lulus pasti aku akan segera punya cucu," ratap Mama Dewi, yang membayangkan jika dirinya sedang menggendong cucu dari putri semata wayangnya itu.
Meninggalkan Mama Dewi yang sedang berhalusinasi punya cucu banyak, kita kembali pada sepasang pengantin muda yang masih saja beradu mulut dalam kamar.
"Lagian, lo ngapain sih di kamar mandi. Sampe jatoh segala," Clay membantu menyelimuti tubuh Cherryl yang masih memakai kimono itu.
"Kepo!"
"Cih," desis Clay, rasanya ia menyesal telah membantu istrinya itu.
Ia pun melenggang pergi menuju pintu, untuk memanggil mama Dewi dan juga papa Cestaro.
Mama Dewi yang masih menyender di daun pintu tiba-tiba terjatuh saat Clay membuka pintu itu dari dalam.
Bruk
"Mama!" Seru Clay kaget saat melihat mama Dewi yang tersungkur.
Mama buru-buru berdiri di depan menantunya, dan tersenyum tanpa dosa.
"Mama, ngapain di situ?" Tanya Cherryl, mengerutkan dahinya. Heran kenapa mamanya bisa terjatuh.
"E-eum itu, Mama kebetulan lewat terus denger kamu teriak mau ketuk pintu takut ganggu kalian. Jadi mama dengerin aja di balik pintu buat mastiin kalau kamu nggak apa-apa," jawab Mama sambil senyum-senyum.
"Mama, nguping!" Tuduh Cherryl
"Ish, kamu jangan nuduh sembarangan tadi kan mama udah bilang, kalau Mama cuman kebetulan lewat," elak Mama Dewi, meskipun memang kenyataan mama sedang menguping. Tapi mama tetap mengelak tuduhan Cherryl.
"Oh, ya ma. Kebetulan Mama di sini sepertinya Cherryl butuh dokter tadi dia jatuh di kamar mandi," sahut Clay.
"Ya ampun, tapi nggak apa-apa kan?" Mama Dewi menghampiri putrinya yang terbaring di atas ranjang.
"Jadi tadi kamu, teriak sakit itu. Karena jatuh bukan karena-," Mama Dewi menoleh ke arah Clay yang berdiri di ambang pintu.
"Apa sih, mah! Ngomongnya kok ngegantung gitu." Cetus Cherryl, merasa aneh dengan sikap Mama Dewi malam ini.
"Enggak, lupain aja," ujar Mama Dewi dengan raut wajah kecewa "Mana yang sakit?" Sambung Mama Dewi memeriksa keadaan putrinya.
Semua orang berkumpul di kamar Cherryl menunggu dokter selesai memeriksa keadaan gadis yang terjatuh karena rasa takut akibat menonton film horor.
Dokter selesai memeriksa, keadaan Cherryl. dokter bilang gadis itu tidak apa-apa, tidak ada luka serius yang perlu di khawatirkan.
Papa Cestaropun pergi mengantar kepergian sang dokter, karena akhir-akhir ini papa Cestaro sedang sibuk jadi ia tidak bisa menemani putri dan menantunya.
Pria dengan kumis tipis itu kembali masuk ke ruang kerjanya untuk mengerjakan pekerjaan yang menggunung.
Mama Dewi, yang sudah membantu Cherryl mengganti pakaian, karena sudah merasa ngantuk Mama pun pamit untuk pergi tidur ke kamarnya.
Kini hanya ada Cherryl dan Clay dalam kamar berdua, di saat pengantin lain menghabiskan malam pertamanya dengan romantis. Berbeda dengan pengantin muda ini, mereka terus saja mendebatkan hal yang tidak penting. Membuat telinga Clay merasa pengang karena Cherryl yang tak berhenti berbicara.
"Lo ngapain masih disini?"
"Gue mau tidurlah,"
"Di sini?"
"Menurut lo, gue harus tidur di mana?" ujar Clay yang berjalan menuju sofa.
"Dimanapun terserah lo, asal jangan di kamar gue,"
Clay, mendelik sebal pada Cherryl. Ia pun pergi dari kamar tersebut, menuju kamar yang ada di samping kamar istrinya.
"Awas lo entar di datengin hantu,"
Sebelum menutup pintu Clay menakuti dulu istrinya, membuat gadis yang masih duduk di atas ranjangnya mulai merasa merinding lagi.
"Ish, dasar cowok rese!" Umpat Cherryl kesal.
Sepertinya malam ini akan menjadi malam panjang untuk gadis penakut seperti Cherryl.
.
.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments