...I.B.U.S.A.M.B.U.N.G.U.N.T.U.K.A.N.A.K.K.U...
...Ya allah, sungguh aku memohon kepadamu ilmu yang bermanfaat bagi diriku dan orang lain, rezeki yang halal dan amal yang diterima di sisimu dan mendapatkan ganjaran yang baik...
...(HR. Ibnu Majah dan Ahmad) 2...
***
Mentari belum menampak,cahayanya masih temaram karena belum waktunya untuk bangkit. Namun Ardha sudah ingin berangkat menuju lokasi syutting, bahkan Cila pun masih pulas dengan tidurnya.
Seperti biasa, Elea mencium punggung tangan Ardha sebelum laki-laki itu berangkat.
“Hati-hati ya, Mas!” ungkap Elea seraya melambai tangan pada Ardha yang sudah berjalan menuju gerbang.
Mulut Ardha menggerutu karena Fatih yang tak mau masuk ke dalam. Laki-laki itu justru menunggu di luar gerbang yang menjulang.
“Lo jadi asisten kaya ga ada gunanya, masa gue disuruh jalan kaki, harusnya lo jemput gue sampai depan pintu, bukan depan gerbang!”
Ardha mengomel sambil menghempaskan tubuh di kursi belakang. Menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi.
“Sekali-kalilah lo ngalah sama gue! lagian lo jalan kaki cuma dekat doang, beda cerita lagi kalo mobil masuk ke pekarangan, gue harus mutar mobil lagi, ngulur waktu lagi.”
Elak Fatih sambil menghidupkan kembali mesin mobil dan membelah jalanan yang masih lenggang.
“Biasanya lo juga gitu, ga pernah ngeluh! Kenapa baru sekarang ngeluhnya?”
“Karena lo ga peka!”
Ujar Fatih seakan ada maksud lain yang ia sembunyikan. Dibalik spion, Fatih bisa melihat wajah Ardha yang mencebik.
Begitulah mereka, sering adu mulut namun mampu bekerja sama.
“Lo udah makan?” Tanya Ardha kemudian, jangan heran. Sudah dijelaskan bahwa mereka memang aneh.
Setelah beradu mulut, tanpa ada permintaan maaf pun mereka akan berbaikan dengan sendirinya.
“Ya jelas belumlah! Lo lupa? Selama gue bekerja jadi asisten lo, emang gue pernah makan sepagi ini? ga ada waktu gue buat masak pagi-pagi,” jelas Fatih menjawab pertanyaan Ardha yang membuatnya kesal. Ia hidup seorang diri, untuk bangun pagi saja sudah untung.
Ardha membuka tas yang berisikan bekal masakan Elea. Terdapat dua tempat nasi lengkap dengan lauk dan sayur.
“Buat lo!”
Ardha menyerahkan satu tempat bekal dan meletakkannya di kursi samping kemudi. Sekilas Fatih melirik.
“Lo bawa bekal? tumben!”
“Hmm, Elea yang buat,”
“Enak?” tanya Fatih, kembali mengamati Ardha dibalik kaca spion yang menggantung.
“Cobain sendiri,”
“Maksud gue, enak punya istri?”
“Lo penasaran? Makanya cari cewek trus nikahin dan rasain gimana rasanya punya istri,”
“Udah, tapi keduluan sama orang.”
“Ppffftttt,” Ardha terbahak melihat ekspresi Fatih yang murung tak seperti biasanya.
“Makanya jadi cowok itu yang gesit jangan sampai kecolongan. Ah lo gimana sih! Mau gue kasih tips biar bisa sat set?”
“Ga minat!”
Kecewa, sakit, dan ingin sekali Fatih mengatakan jika cewek yang ia maksud adalah Elea. Perempuan yang baru saja Ardha persunting dan dijadikan sebagai istri, ibu dari anaknya.
Mengingat, tetap saja membuat Fatih sakit meski hatinya berujar ikhlas.
Fatih memandang pada tempat bekal yang Ardha berikan dengan sorot penuh makna.
Mereka telah sampai ditempat syutting. Siap-siap dan langsung melakukan adegan.
Ardha telah memainkan peran hanya dengan sekali take,hasilnya pun sangat memuskan.
Mereka istirahat tepat saat adzan subuh berkumandang.
Langkah kaki Ardha dengan tegap menuju tempat istirahat. Disana Fatih masih setia dengan posisi duduknya dan sedang memakan bekal yang Elea buat.
“Lo kenapa?” Tanya Ardha spontan saat melihat Fatih yang menangis sambil memasukkan suapan demi suapan ke dalam mulut.
“Masakan istri lo enak! Gue jadi ingat masakan panti,” jelas Fatih sambil mengelap air mata yang terus saja merembes.
Ardha terkekeh lalu menyodorkan sebuah botol kemasan. “Udah gue bilangin, makanya cari istri!” aneh juga, Ardha sempat berpikir kenapa kata itu selalu meluncur tanpa permisi.
Dia ingat dulu bahkan Mama Nira berkali-kali mengenalkan perempuan namun mengapa Ardha merasa enggan untuk memulai kembali pernikahan?
Ah ya, Ardha yakin ia bicara seperti itu hanya untuk menggoda Fatih!
“Menurut lo pernikahan yang terjalin tanpa landasan cinta akan bertahan lama?” pertanyaan Fatih sempat membuat Ardha bungkam.
“Orang yang menikah atas landasan cinta saja bisa bercerai, jadi ga menutup kemungkinan kalo pernikahan tanpa cinta juga berakhir perceraian.”
Apa gue masih ada harapan? Sisi egois Fatih kembali mencuat.
“Gimana sama pernikahan lo? Atas landasan cinta atau landasan paksa?”
Fatih berpura-pura tak tahu. Sebab Ardha tak bercerita bagaimana kronologinya mereka menikah. Ardha hanya mengatakan bahwa mereka menjalankan ta`aruf pada media.
Padahal Fatih tau, Ardha baru saja mengenal Elea dan dialah orang yang terlebih dahulu melamar Elea.
“Gue?” Ardha mengamati sekeliling “Karna keadaan!”
“Ga ada perasaan suka atau lo mulai menyukai Elea?”
Ardha terdiam sesaat, wajahnya yang datar sangat sulit untuk Fatih baca.
“Gue mau sholat, lo mau ikut?” Ardha tak menjawab pertanyaan Fatih, namun justru mengajak untuk melaksanakan kewajiban yang jarang mereka lakukan.
Fatih termangu, sejak kapan Ardha melaksanakan sholat dan laki-laki itu baru saja mengucapkan hal yang diluar nalar dan tak pernah Fatih pikirkan.
Sedang ia, sudah beberapa minggu yang lalu melaksanakan sholat. Ya, tentu saja semenjak mengenal Elea. nama perempuan itu yang selalu Fatih selipkan dalam doanya.
“Tumben lo sholat? Apa karena Elea? lo berubah karena Elea?” Tanya Fatih tak sabaran.
“Ga ada hubungannya sama perempuan berisik itu. Gue Cuma mau sholat, bukannya sholat adalah kewajiban bagi umat muslim?”
Fatih mengangguk dan mulai mengikuti Ardha untuk melaksanakan sholat subuh bersama.
Diakhir sholatnya Fatih berdoa untuk diberikan jalan. Jika memang takdirnya, maka ia akan menunggu.
Berharap suatu saat, jika Ardha mengakhiri maka ia dengan senang hati menerima. Pun jika lama, Fatih berusaha agar setia menunggu.
Di sisi lain, Elea telah berada di sekolah Cila. Yang dulunya pagi berangkat menuju toko untuk bekerja, sekarang berubah haluan menjadi ibu rumah tangga.
Elea sempat merindukan rumahnya yang dulu, toko bunganya juga pegawainya, termasuk Sheryl yang sampai saat ini belum ia temui.
Karena bosan menunggu, Elea mulai menggulir aplikasi merahnya. Membuka story yang baru saja suaminya buat.
Sebuah foto nasi dengan tempat bekal, persis dengan bekal yang Elea buat tadi pagi. Disana terdapat caption yang tertulis.
Semoga lelahku menjadi berkah dan lelahmu menjadi ladang pahala. Terimakasih my hubbie.
Elea tersipu saat membaca caption tersebut, kemarin my wife, sekarang my hubbie.
Ternyata Ardha bisa seromantis ini.
“Allahumma inni as-aluka ilman naafia, wa rizqon thoyyiban, wa amalan mutaqabbalan”
(Ya allah, sungguh aku memohon kepadamu ilmu yang bermanfaat bagi diriku dan orang lain, rezeki yang halal dan amal yang diterima di sisimu dan mendapatkan ganjaran yang baik)
Elea menangkupkan tangan dan mengusapnya perlahan. Doa agar rezeki Sang Suami lancar. Kembali tersipu malu saat memandangi story sang suami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Yuyun Haryanto
kayaknya yg bikin postingan di aplikasi merah asistennya di Fatih deh
2023-02-21
0
Erna Fadhilah
padahal yg posting bukan suaminya,,, yg posting temannya itu
2022-10-23
0
Siti Hanifah
trimakasih up nya thor, ditunggu trus kelanjutannya
2022-07-12
0