Lagi?

...I.B.U.S.A.M.B.U.N.G.U.N.T.U.K.A.N.A.K.K.U...

...Perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji untuk perempuan yang keji pula. Sedangkan perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik pula. ...

...QS. An-Nur Ayat 26....

***

“Mba El, Mba darimana aja? hampir seharian ga ada kabar. Tadi pagi aku ke rumah Mba juga ga ada orang, sepi banget. Mba dari mana aja?”

Elea baru saja sampai di toko bunga miliknya. Pakaiannya sudah rapi dan wajahnya terlihat lebih segar.

Tas berwarna hitam ia letakkan di sebuah kursi kayu terbuat dari rotan yang berada disudut ruangan. Elea melangkah menuju area bunga yang masih tertanam sedangkan Sheryl hanya mengikuti dari belakang.

“Ada urusan mendadak, ga sempat liat handphone juga. Kamu yang buka toko?”

“Maaf aku lancang Mba, aku ngambil kunci toko di laci meja rias Mba El soalnya hari ini banyak orderan yang harus di antar. Kalau ga diantar nanti kita bisa rugi Mba.”

Ada untungnya Sheryl mengetahui bahwa Elea selalu meletakkan kunci rumah dibawah pot bunga, sehingga ia bisa menghandel jika ada urusan mendesak seperti ini.

“Makasih ya,” ucap Elea sambil mengusap kepala Sheryl. Baginya Sheryl bukan hanya sekedar pegawai melainkan seorang adik, hanya Sheryl yang bisa ia andalkan saat ia tak punya orang lagi untuk bersandar.

Beberapa tahun yang lalu Elea menginjakkan kaki dikota Malang, seorang diri tanpa ada satupun sosok yang ia kenal dikota itu. Mencoba berbagai pekerjaan. Hampir setahun, ia berhasil mengumpulkan uang untuk modal membuka usaha toko bunga kecil-kecilan. 

Pertemuan dengan Sheryl tak sedramatis kisah-kisah dinovel. Perempuan mungil itu tiba-tiba datang dan meminta pekerjaan kepada Elea yang juga kebetulan memerlukan tenaga tambahan. 

1 tahun telah berlalu, sekarang Elea mempunyai 4 pegawai ditokonya. 3 pegawai perempuan dan 1 pegawai laki-laki. 3 pegawai perempuan khusus dibagian perangkaian, 1 pegawai laki-laki dibagian pengiriman. Sedangkan untuk perawatan Bunga, Elea sendiri yang merawatnya.

Waktu siang hari ia bagi dengan menjaga toko bunga, sedangkan malam ia jadwalkan untuk mengikuti pengajian. Setiap malam senin, kamis dan jumat dengan pengajian yang berbeda-beda. 

Berusaha mendekatkan dan memantaskan diri, bukankah perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji untuk perempuan yang keji pula. Sedangkan perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik pula. QS. An-Nur Ayat 26.

**

“Iya Bi, bentar lagi Syuttingnya kelar. Bilang ke Cila kalau aku bentar lagi pulang.” Ardha menutup panggilan setelah terdengar sahutan diseberang sana.

Mia, menelphone bahwa Cila tidak mau makan dan terus merengek minta bunda. Padahal Ardha lihat Cila pagi tadi baik-baik saja.

Sekarang Ardha sedang dalam perjalanan pulang, Fatih asistennya itu terus saja mengecoh selama perjalanan. Menceritakan pertemuannya tadi dengan Elea. Dia ini, dia itu, dia begini, dia begitu, entah sudah berapa kali telinga Ardha menangkap kalimat yang sama.

“Bisa diam ga sih lo, atau gue gorok tu tenggorokan.” ucap Ardha yang sudah bosan dengan topik pembicaraan. Ia sedang melihat beberapa naskah yang akan ia peragakan esok.

Sedangkan Fatih langsung terdiam dan memfokuskan perhatiannya untuk mengemudi. Lebih baik diam daripada harus membangunkan singa yang mulai lapar. 

Tak ada rasa penyesalan setelah kejadian kemarin malam, walaupun ia tahu bahwa itu adalah kesalahpahaman yang ia sebabkan. 

“Papih…..Tila mau bunah!” rengek Cila saat mobil Ardha baru saja memasuki garasi. 

Gadis kecil itu berlari menghambur ke pelukan sang ayah. Seragam Tk masih melekat ditubuhnya, tapi sudah dengan keadaan kusut bahkan rambut bergelombang yang tadi pagi diikat kuda sudah luruh dan hanya terkuncir satu.

Kenapa tiba-tiba? Biasanya Cila tak pernah merengek minta mama baru. 

“Tila mau bunah, papih!” gadis kecil itu kembali merengek digendongan Ardha. Wajah bulatnya sudah basah karena air mata disertai dengan hidung yang sudah merah.

Ardha memijat pelipisnya sambil melirik ke atas tempat tidur. Cila sudah berbaring di atas kasur dengan mata terpejam sambil memeluk boneka panda setelah Ardha mengiyakan baru anak tersebut mau makan dan ganti baju.

“Tadi ada acara main games sama orang tua, Pak di sekolah. Biasanya non Cila main sama bibi, biasa aja. tapi entah kenapa pagi tadi non Cila malah nangis pas liat temennya main sama orang tua mereka dan langsung minta pulang ke rumah. Pas tiba di rumah malah merengek minta bunda.”

 “Mungkin non Cila ingat sama perempuan yang kemarin, Pak.”

Ardha dan Fatih yang mendengarkan cerita bi Mia langsung berpandangan. Ardha terdiam, tak ada niatan lagi untuknya memulai suatu hubungan. 

Untung saja mamanya sudah pulang tadi pagi, jika sampai mama Nira mengetahui hal ini, jelas wanita itu akan semakin gencar mencari perempuan untuknya.

Sedangkan Fatih mencari jawaban lewat raut wajah Ardha. Berharap penolakan yang keluar dari mulut laki-laki tersebut.

“Gue balik, jangan lupa besok lanjut Syutting. Gue jemput jam 8!” Fatih pamit sambil meminum segelas kopi yang masih megepulkan asap. 

“Ga kebakar mulut lo?”

“Udah biasa sama yang panas-panas,”

**

Seminggu sudah berlalu dan Cila terus saja merengek minta mama baru. Ardha sampai bosan menjawab pertanyaan puterinya. Ia hanya mengangguk dan mengiyakan tanpa ada niatan mengabulkan.

Diusia yang masih muda, Ardha terlalu minim pengalaman merawat anak bahkan dari kecil Cila sudah diasuh oleh bi Mia.

Cut, teriakan dari sutradara. Ia merasa kurang puas dengan acting Ardha hari ini.

Beberapa kali adegan yang biasanya bisa dilakukan dengan hanya sekali take, hari ini sudah beberapa kali mereka mengambil adegan yang sama hanya karena Ardha yang kurang fokus.

“Kamu kenapa sih, Ar? ga kaya biasanya, ada masalah?” tanya Sovia yang baru saja duduk disamping Ardha. Perempuan lawan main film dengan Ardha.

“Ga ada sih, Cuma capek.”

“Yaudah kamu istirahat dulu, masih ada waktu 15 menit. Kamu mau aku ambilin makan?”

“Ga perlu, kalau lapar gue minta ambilin sama Fatih,”

“Biar aku ambilin sekalian, mumpung aku mau ambil juga, mau?” tanya Sovia lagi. Tak ada jawaban, Ardha justru menelungkupkan tangan menutup wajahnya. 

Sovia menghela napas, sudah beberapa bulan ini ia melakukan pendekatan. Tapi laki-laki disampingnya ini terus melakukan penolakan halus. Sovia pergi dengan wajah cemberut sambil menggerutu.

“Nih, kalau lapar ya lapar aja kali. Ga usah jual mahal, gayanya gamau diambilin padahal aslinya mau.” Fatih datang dengan membawa sekotak makanan.

Baru saja Sheryl pergi beberapa langkah, Ardha langsung meminta Fatih untuk mengambil makan.

“Apa gunanya lo jadi asisten gue,” pernyataan menohok bagi Fatih.

“Ba-cot lo,” 

Ardha tertawa mengejek sembari memakan hidangan makan siang. Mengisi tenaga walaupun ia tahu fokusnya lagi-lagi teralihkan.

“Lo ada masalah apa sih, sampai ga konsen kaya tadi?”

“Emang gitu?”

“Terlihat sangat jelas.” Fatih mengambil kue yang terletak diatas meja dan memakannya sampai habis sembari menunggu jawaban dari Ardha.

“Cila lagi-lagi mau minta bunda.”

Tangan Fatih yang tadinya ingin kembali mengambil kue terhenti. Ia merasa daksanya tiba-tiba berhenti. Entah mengapa ia merasa takut.

**

“Ini alamatnya?” Elea memegang sebuah kertas bertuliskan sebuah alamat, tempat kemana ia akan mengirim orderan bunga.

Sheryl memastikan kembali sambil mencocokkan kertas dengan layar handphonenya. “Benar,” ucapnya lalu mengangguk.

Elea mengehmbuskan napas kasar, cuaca sedang panas-panasnya dan ia harus mengirim sendiri orderan bunga karena pegawai laki-laki ditokonya sedang izin. 

Dan disini sekarang Elea berada. Perumahan elite dengan pagar yang menjulang. Ia tak dapat mengetahui aktivitas orang didalam pada posisinya sekarang.

Ting nong, satu kali bel Elea tekan tak ada pergerakan dari dalam.

Ting nong, untuk yang kedua kalinya tetap tak ada sumber kehidupan.

Ting nong, yang ketiga kali akhirnya pagar bergeser dan menampakkan satpam laki-laki dengan kumis yang tebal, Elea dipersilahkan masuk.

“Bunah!” seru gadis kecil saat Elea baru saja berada di depan pintu.

Terpopuler

Comments

LISA

LISA

ternyt yg pesan bunga..neneknya Cila nih

2022-09-19

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!