Taman Bermain

...I.B.U.S.A.M.B.U.N.G.U.N.T.U.K.A.N.A.K.K.U...

...Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah isteri yang shalehah. ...

...(HR Muslim dari Abdullah bin Amr)...

***

Ketiga insan sudah duduk dengan nyaman dikursi yang memang sudah tersedia. Ingin mencicipi hidangan yang sudah tertata rapi di meja makan.

Cila duduk sambil mengayun-ayunkan kakinya yang melayang karena kursi tinggi yang ia duduki. Tersenyum riang saat Elea mengambil nasi dan lauk untuk ia makan.

Tak lupa Elea juga mengambil piring di depan Ardha. Mengisinya dengan nasi dan lauk.

“Segini cukup?” Tanya Elea menatap wajah Ardha yang masih segar. Bahkan beberapa tetes air masih melekat dipelipis.

Ardha mengangguk “Hmm,” lalu berdehem saat melihat takaran nasi yang pas dengan porsinya.

“Mau pakai sayur?” Tanya Elea lagi, tangannya sudah terangkat untuk memegang sendok sayur.

“Ya!” jawab Ardha sekenanya.

Elea menghela napas, sikap Ardha sangat dingin seperti mereka awal bertemu. Padahal kemarin ia sempat melihat sisi lemah Ardha.

Bahkan tadi malam Elea sempat melihat kekhawatiran diwajah Ardha saat Cila yang terlalu lama berada dalam dekapan sehingga membuat tangan Elea kram.

Elea mengambil nasi untuknya sendiri setelah meletakkan satu porsi makanan di depan Ardha. Meski mereka menikah hanya karena Cila, tapi Elea ingin melakukan tugas sebagai seorang istri. Tak peduli bagaimana sikap Ardha kepadanya.

Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah isteri yang shalehah

Jika tak bisa menjadi wanita shalehah, maka setidaknya Elea ingin menjadi istri yang shalehah.

“Tila tuka punya Bunah. Bita mandi baleng, makan baleng, tetawa baleng.tila tayang Bunah!”timpal Cila disela suapan. Ia menggerakkan badan ke kiri dan ke kanan. Kembali mengekspresikan bahagianya dengan anggota badan.

“Bunda juga sayang sama Cila!” balas Elea sembari mengusap pelan puncak kepala Cila.

“Papih tuga tayang nda tama Bunah?”

Deg,

Elea menghentikan suapannya, pertanyaan Cila sangat mendadak. Kornea Elea menengok ke arah Cila yang sedang menatap Ardha dengan wajah berseri.

“Iya!” jawab Ardha dengan singkat.

Elea mengangkat wajah dan menatap Ardha. Laki-laki itu terlihat santai sambil menyuapkan makanan ke dalam mulut. Tak ada ekspresi apapun yang dapat Elea tangkap.

Benar, Ardha adalah seorang pemain sinetron. Beracting sangat mudah baginya, apalagi hanya mengatakan suka.

“Tila mau perlgi ke taman belmain. Kaya temen Tila ditekolah, main kuda tama Bunah dan Papih. Telus difoto matuk intaglam!”

pinta Cila setelah nasi yang ia makan sudah tak bersisa dan beberapa obat telah meluncur saat Cila telan. Ia menatap Elea dan Ardha bergantian.

Keinginan yang sedari dulu tak pernah kesampaian. Padahal hanya pergi ke taman bermain saja, namun rasanya sangat sulit untuk Cila wujudkan.

Cila memasang wajah yang memelas saat Ardha menatapnya dengan intens. Mengingat kejadian yang lalu saat ia merengek namun tak dipenuhi oleh Ardha.

“Cila main sama Bunda aja ya? Kita main boneka dikamar!” ajak Elea sambil menggait lengan Cila agar turun dari kursi.

“Ganti baju, Papih tunggu 15 menit lagi,”

Elea terkejut saat Ardha telah berada disampingnya dan menggendong Cila untuk membantu anak itu turun dari kursi. Bahkan tangan mereka sempat bersentuhan.

Elea bisa mencium dengan jelas aroma sahmpo yang Ardha pakai. Aroma mint dengan ekstra orang-aring.

“Yeeee!” teriak Cila dengan girang sambil melomat-lompat.

“Hati-hati, Sayang!” ujar Elea. Ia juga ikut tersenyum saat melihat wajah Cila yang sangat bersemangat.

“Ayo Bunah, Kita tiap-tiap! Tila mau pakai baju yang bagut!” Cila menarik tangan Elea menuju tangga.

Elea menuruti, pandangannya sekilas menengok ke belakang tempat Ardha berdiri. Laki-laki itu hanya menatap datar kepergian Cila dan Elea.

Tak sampai 15 menit, dua wanita cantik berbeda umur telah berada di depan Ardha.

Jelas tak lama karena Elea tak perlu memoles make up tebal. Hanya bedak dan sedikit lipgloss agar tak terlihat pucat.

Dengan rok jeans dan baju blouse santai, tak lupa pashmina yang ia semat untuk menutupi kepala dan juga dada.

Sedang Ardha memakai baju kaos dan celana jeans, tak ketinggalan topi dan masker yang selalu ia pakai jika keluar rumah.

Matahari telah naik seperempatnya, Mobil meluncur membelah jalanan yang padat namun tak sepadat area taman bermain yang kala itu terlihat sangat sepi. Bahkan tak ada pengunjung satu pun yang terlihat.

“Nda ada olang?” Tanya Cila yang juga penasaran dengan apa yang dilihatnya.

“Ayo masuk!” ajak Ardha dengan santainya sambil menggendong Cila.

“Tidak ada satu pun pengunjung, sepertinya mereka sedang tutup,” Mata Elea celingukan menengok ke dalam memastikan jika yang ia lihat tak salah.

Memang benar, berkali-kali Elea memastikan pandangannya.

“Wajar ga ada pengunjung, gue sengaja sewa biar Cila bisa bermain sepuasnya,” tutur Ardha seraya menyombongkan diri. Agar wanita disampingnya ini sadar bahwa laki-laki yang menjadi suaminya adalah orang yang kaya.

Elea hanya mengangguk dan ikut melangkah mengikuti langkah Ardha yang besar dengan sedikit berlari.

Mereka disambut beberapa karyawan yang sepertinya juga sedang menunggu orang yang telah menyewa tempat. Juga menyempatkan diri untuk berfoto dan meinta tanda tangan dari artis yang sedang naik daun.

“Wahhh!”

Cila kembali melompat kegirangan sambil bertepuk tangan hingga rambut yang terkuncir pun ikut bergoyang ke kiri dan ke kanan.

Impian kecil Cila terwujud, ia ingin mencoba semua wahana yang sempat ia lihat dengan matanya. Anak itu mulai mencoba satu persatu wahana, sesekali peringatan keluar dari mulut Elea agar Cila tak kelelahan.

“Bunah, Tila mau naik itu!”tunjuk Cila pada wahana bianglala. Ia menggoyang-goyangkan lengan Elea yang hanya diam terpaku.

Jelas, karena Elea takut menaiki wahana tersebut.

Elea menatap Ardha yang sudah melepaskan masker namun masih menyisakan topi. Mata Elea memelas seakan meminta agar Ardha juga ikut naik. Setidaknya tak terlalu menakutkan bagi Elea.

“Ayo!” ajak Ardha sekenanya.

Mereka telah duduk bersisian dengan ditengahi oleh Cila. Gadis kecil itu tak terlihat ketakutan saat bianglala mulai naik perlahan. Menampakkan keindahan yang memanjakan mata.

Mata Cila berbinar, ia berdiri dan menatap ke bawah dengan takjub membuat bianglala sedikit bergoyang.

Elea yang terkejut refleks memegang lengan Ardha. Matanya memejam karena takut.

“Bunah lihat, meleka tangat tantik!” seru Cila mengejutkan Elea lagi.

Elea hanya mengangguk menanggapi hingga pandangannya jatuh pada wajah Ardha yang juga saat itu sedang menatapnya. Tatapan Ardha sangat dalam, entah apa, Elea tak mampu membacanya.

Elea teringat sesuatu, Elea melepaskan cekalannya dengan tiba-tiba. Terkejut mengapa anggota tubuhnya bisa memegang lengan Ardha.

Jantung Elea berdetak sangat cepat, ia merasa sangat malu. Pasti Ardha berpikiran yang tidak-tidak tentangnya karena berani memegang lengan laki-laki itu.

“Maaf!”

Ardha tersenyum sinis,

Wanita diluaran sana berlomba buat dekat sama gue sedangkan lo memegang tubuh gue aja seakan itu adalah hal yang menjijikan. Jika lo ingin membangun benteng, maka gue juga akan berbuat sebaliknya.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!