Kalah Telak Tapi Menarik

...I.B.U.S.A.M.B.U.N.G.U.N.T.U.K.A.N.A.K.K.U...

...Dan sesungguhnya jika allah mencintai suatu kaum, dia akan menguji mereka. Jika mereka ridha, maka allah ridha kepadanya. Jika mereka benci, allah membencinya. ...

...– HR At- Tarmidzi...

***

Rasa takut bercampur malu, Elea duduk sambil memeluk lutut menyembunyikan wajahnya dari orang sekitar. Ikat rambut yang ia pakai terlepas bersamaan jilbabnya, hingga rambut panjang dan hitam itu terurai menjuntai sampai menyentuh lantai. 

Isak tangis begitu pilu bagi yang mendengar, namun tak seorang pun berniat untuk menenangkan.

Tangisnya terhenti saat benda menyentuh punggung. Elea mengangkat kepala, tampak pegawai sipir wanita disampingnya sedang mengulurkan sebuah selimut tipis dengan motif garis-garis. Berwana putih biru.

“Biar hangat, udara disini sangat dingin.” ucapnya sembari membalutkan selimut yang tak terlalu lebar, hanya muat untuk satu orang ke punggung Elea.

“Terima kasih.” 

Perempuan itu mengangguk dan mengunci sel dengan gembok meninggalkan Elea. Karena status Elea sekarang belum menjadi tahanan, jadi ia ditempatkan disel khusus.

“Ya allah, ampunilah kesalahan hamba dalam segala urusan dan ampuni segala dosa hamba yang engkau lebih mengetahui daripada hamba. Berikan hamba kekuatan untuk menjalani segala ujianmu, karena sesungguhnya ujian adalah sebagai bentuk penggugur dosa. Dan hamba yakin, engkau memberi ujian sebab engkau menyanyangi hamba.” 

Doa seusai sholat subuh, beruntung Elea punya jam yang melingkar di tangan kiri sehingga ia tahu kapan ia harus melaksanakan kewajiban. Dengan bertayamum dan berbekal selimut yang ia jadikan sebagai penutup kepala.

Elea mengusap tangan yang sedari tadi ia tadahkan bersama bulir yang ikut mengalir di pipinya.  

Dan sesungguhnya jika allah mencintai suatu kaum, dia akan menguji mereka. Jika mereka ridha, maka allah ridha kepadanya. Jika mereka benci, allah membencinya. – HR At- Tarmidzi

Kalimat yang terlontar dari seorang ustadzah dipengajian yang Elea ikuti. Ia tanamkan dalam hati, agar seraya tak mengeluh.

Mentari sudah naik keperaduan, begitu cerah diiringi dengan kicauan burung yang mengalun. Namun sayang tak dapat dilihat dan didengar oleh Elea. Sekelilingnya gelap, tak ada cahaya matahari yang membias. 

Beberapa polisi dan pegawai sipir terlihat berlaluan,punggungnya sakit, karena ia tidur dengan posisi duduk.

Sepiring nasi dengan teman tempe tersuguh dihadapan Elea. Ia menyisihkan tempe ke sisi piring dan hanya makan nasi tanpa pendamping.

Bukan tanpa alasan, ia memiliki riwayat alergi kacang-kacangan. Tubuhnya akan timbul bintik-bintik jika benda tersebut masuk ke dalam tubuh.

Jam menunjukkan pukul sepuluh, yang menandakan pintu jeruji besi bisa dibuka. Tahanan diberi waktu sampai pukul tiga sore untuk keluar dari sel. Sekedar jalan-jalan atau menemui kerabat tertentu hingga batas wilayah yang ditentukan.

“Sendirian, Neng!” ucap ibu-ibu bertubuh gemuk dengan rambut yang dicepol. Ia duduk disamping Elea yang sedang duduk ditaman sembari menikmati pemandangan sekitar.

“Iya bu,” Elea menoleh, kasihan pikirnya. Seharusnya masa tua dihabiskan bersama anak dan cucu dirumah bukan mendekam dipenjara.

“Anak baru?” tanyanya, awalnya Elea tak mengerti. Setelah perempuan disebelahnya bertanya kembali, Elea tersadardan menjawab dengan anggukan.

“Pantas saya baru lihat kamu, kasus apa?”

Elea tersenyum getir, bingung apakah pantas jika ia menceritakan masalahnya pada orang yang baru saja ia kenal.

Namun, lagi-lagi perempuan tersebut bertanya dengan halus dan berucap, “Kadang kita perlu pundak untuk bersandar, berbagi kisah saat hati tak kuat lagi untuk menanggung beban.” ucapnya setelah tak mendapati kembali jawaban dari Elea.

 “Sesuatu yang kita anggap bisa membantu, kadang malah berujung salah dimata manusia ”

“Kenapa tidak coba menjelaskan!”

“Percuma bu, kalau dalam kondisi marah ego memang lebih tinggi, tak menghiraukan ucapan lawannya bahkan tak perduli jika ia salah, yang ia ingin hanya bagaimana cara melampiaskan tanpa memahami keadaan.”

Biasa, sifat manusia merasa paling benar diatas yang paling benar. Sebagian dari mereka kadang tidak sadar atau pura-pura tidak sadar bahwa di atas langit masih ada langit.

“Orang kaya?” tebaknya seraya melemparkan senyum tipis tanpa memperlihatkan deretan gigi sedangkan Elea hanya diam.

Pandangan Elea terfokus pada segerombol semut yang sedang membawa remah biskuit dengan ukuran 2 kali lipat jika diukur dengan tubuh mereka. Allah maha adil, bahkan kehidupan hewan sekecil semut pun sudah ia atur.

“Saya juga seperti kamu,” Elea menoleh dan menunggu jawaban “Kalah oleh harta dan kekuasaan, dicaci bahkan dimaki tanpa mendengar penjelasan.”

“Maksud ibu?”

“Hidup dijaman sekarang sulit, Neng. Tak punya kuasa, kita kalah. Tak punya uang kita tak dipandang.”Elea membenarkan, sekarang yang punya kuasa dihargai dan masyarakat miskin semakin dicaci. Yang punya kuasa diagung-agungkan bahkan kesalahan mereka cenderung ditutupi. Dimana keadilan untuk orang-orang yang lemah dan tertindas?

Memasuki waktu sholat zuhur, Elea melangkah masuk ke dalam jeruji besi. Setelah berwudhu dan meminjam sebuah mukena, ia menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim seraya berdoa dengan tak henti meminta ampunan pada sang pencipta.

“Saudari Elea Anindya Dilla!” Elea baru saja selesai berdoa. Ia memalingkan badan, Pintu jeruji besi telah terbuka nampak seorang perempuan tengah berdiri sambil menatapnya. Elea mendekat dengan mukena yang masih melekat ditubuhnya.

“Ada apa, Bu?”

“Anda bebas, karena dinyatakan tidak bersalah. Kami sudah menemukan bukti yang kuat dan anda hari ini bisa bebas,” 

“Benar, bu” binar mata Elea tampak manyala, ia menatap lekat-lekat perempuan di depannya. Senyum merekah begitu saja dibibir tipisnya.

“Iya, anda bebas hari ini,” monolognya kembali sambil mengangguk dan membalas dengan senyuman yang tak kalah manisnya.

“Alhamdulillah, terima kasih ya allah,”

Memang benar, jika kita ikhlas dalam menjalani segala ujiannya, maka niscaya allah akan memudahkan jalannya.

“Ada yang ingin bertemu dengan anda dan sudah menunggu di gazebo depan.”

“Siapa?” Elea menyerngit, pasalnya tak ada kerabat yang ia punya. Sheryl, pegawainya di toko pun tak mengetahui bahwa ia ditahan.

“Laki-laki, masih muda, pakai kaos oblong warna hitam dan celana jeans robek-robek,” jelasnya semakin membuat Elea bingung. Apa mungkin?

Elea menyeret kakinya ke tempat yang telah disebutkan sipir perempuan tadi. Cukup sulit karena gazebo tidak hanya satu disana, dan jangan lupakan narapidana yang masih berkeliaran karena waktu masih menunjukkan pukul dua.

Elea menyisir, hingga pandangannya jatuh pada ciri-ciri persis yang dikatakan sipir tadi dengan posisi duduk membelakanginya. 

Elea berjalan mendekat “Anda mencari saya?”

Laki-laki tersebut tiba-tiba berdiri dan menatap ponsel mencocokkan foto yang ia dapat dengan perempuan di depannya. 

“Perkenalkan saya Fatih, asisten dari Ardhana Kavin, pemain film Terlambat Jatuh Cinta,” ucapnya sambil menyodorkan tangan.

Elea berusaha mengingat siapa itu Ardhana Kavin, dan pemain Terlambat Jatuh Cinta. Ia tak pernah mengenal sosok tersebut dan ia juga jarang menonton televisi.

Ehemmm, fatih berdehem karena tak ada respon dari perempuan didepannya.

“Eh, saya Elea,” Elea tersadar dan segera menangkup tangannya di depan dada yang dibalas canggung oleh fatih. Salam darinya ditolak, tak seperti perempuan lain.

Banyak yang mengantri untuk sekedar bersalam sapa dengannya meski masih kalah banyak dengan fans Ardha tapi dirinya juga cukup populer.

“Saya tidak mau berbasa-basi,” harga diri Fatih seakan jatuh, ia pura-pura membersihkan tangan dengan menepuk-nepuk dengan tangan disebelahnya.

“Saya sebagai asisten dari Ardhana Kavin, meminta maaf atas namanya karena kesalahan kemarin malam. Berapa pun ganti rugi yang anda minta akan kami penuhi, asal anda tidak membeberkan hal ini ke depan publik dan bisa menjaga citra artis saya,”

“Saya tidak perlu uang anda!” tutur Elea dengan tegas.

“Jadi anda mau apa? Tas, baju, perhiasan?” perempuan di depannya terlalu jual mahal, pikir fatih.

Elea menggeleng “Tak semuanya bisa diselesaikan dengan uang, lagipula saya tidak tertarik dengan tawaran anda. Untuk apa tas, baju, perhiasan atau hal-hal yang berbau mewah jika tidak bisa membawa saya ke jannahnya sang pencipta,”

“Jangan sok jual mahal, saya tidak akan memberikan tawaran yang kedua kalinya.”

“Jangan menilai sesuatu hanya dengan uang, karena kita tak pernah tahu, bahkan pengemis yang hidup gelandangan dijalan pun bisa memiliki banyak uang!”Fatih terdiam, tiba-tiba mulutnya terasa kaku, biasanya jika sedang berada di depan wartawan mulutnya bisa berucap dengan lancar.

“Terima kasih atas tawarannya, tapi sekali lagi saya tekankan, saya tidak tertarik.” ucapan Elea lagi-lagi membuat Fatih semakin tak berkutik.

Elea berpaling menjauh melangkahkan kakinya ke depan gerbang yang menjulang. Tangannya dengan erat memegang kain tipis untuk menutup kepala yang diberi sipir perempuan tadi sebelum ia pergi. Sedangkan Fatih hanya terdiam sembari memegangi jantungnya yang tiba-tiba berdegup dengan kencang.

“Perempuan yang menarik” tukasnya dengan senyum tipis yang merekah diwajahnya.

Terpopuler

Comments

nacita

nacita

baca part 1 nya udah jatuh cinta sih 😍

2022-09-24

1

RAMBE NAJOGI

RAMBE NAJOGI

pandangan pertama hihihi

2022-06-28

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!