Perubahan Kecil

...I.B.U.S.A.M.B.U.N.G.U.N.T.U.K.A.N.A.K.K.U...

...Aku memohon ampun kepada Allah. Yang artinya tidak ada ilah kecuali Dia yang Maha hidup lagi terus menerus mengurus makhluknya. Dan aku bertaubat kepada-Nya...

...Diriwayatkan Imam Abu Daud...

***

Bekas foto yang tergantung di dinding tentu saja meninggalkan bekas yang lebih nyata dari sekitarnya.

Kornea Elea kembali mengamati seisi kamar, mulai mencari keberadaan foto yang sudah tak meninggalkan jejak sama seperti Ardha yang juga sudah tak ada di atas tempat tidur.

Elea yang sudah terbalut dengan baju dan juga hijab instan pun melangkahkan kaki dan mulai mencari sesuatu. Di kamar Cila pun tak ada Ardha, hanya ada Cila yang masih tidur dengan pulas.

Kembali, Elea memutar tubuh menuju kamar. Mencari dibalik kasur, mungkin fotonya jatuh dan terselip antara kasur dengan dinding.

“Lo ngapain?”

Perkataan Ardha membuat Elea menengok dan tanpa sadar langsung menegakkan tubuh.

“Mencari foto,” tunjuk Elea tepat pada dinding sebelum foto tergantung.

“Bukan saya, saya juga ga tau kenapa fotonya hilang. Mungkin fotonya jatuh, ini lagi saya cari,” jelas Elea beruntun tanpa sempat Ardha berucap.

Padahal tak ada satu katapun yang menuduh Elea menghilangkan foto Mita. Hanya tatapan datar yang Ardha lontarkan.

“Siapa juga yang nuduh lo menghilangkan foto? Fotonya udah gue lepas dan gue taruh di gudang.”

“Kenapa dilepas? Apa karena kamu merasa tidak nyaman dengan saya? Saya sungguh tak keberatan,jadi tak apa jika kamu memasangnya kembali.”

“Fotonya rusak!”

“Benarkah? Saya rasa tadi malam fotonya masih baik-baik saja. Tapi kenapa—“

“Gue baru tau kalo lo sebenarnya berisik, cerewet dan banyak omong!”

“Saya hanya mengutarakan apa yang menurut saya benar!” Elea berujar dengan pelan lalu keluar menuju dapur daripada harus berdebat dengan Ardha.

“Ck, ga ada bedanya, sama-sama banyak omong dan sama-sama bikin telinga gue sakit.”

Elea masih bisa mendengar ucapan Ardha karena kakinya masih berada diambang pintu.

Entah mengapa jika berada didekat Ardha selalu saja ia merasa kesal.

Tingkah laki-laki itu selalu saja ingin membuatnya berdebat.

“Astaghfirullah alladzii laa ilaaha illa huwal hayyul qoyyuumu wa atuubu ilaih.”

(Aku memohon ampun kepada Allah. Yang artinya tidak ada ilah kecuali Dia yang Maha hidup lagi terus menerus mengurus makhluknya. Dan aku bertaubat kepada-Nya).

Diriwayatkan Imam Abu Daud, sebuah bacaan Istighfar untuk menghapus dosa sebanyak buih di lautan.

Elea beristighfar untuk meredam kekesalannya dan memohon ampun karena merasa kesal kepada suaminya.

Sama seperti pagi kemarin, kali ini Elea juga memasak untuk sarapan dibantu oleh Bi Mia.

Asisten rumah tangga yang awalnya bekerja sebagai pengsuh Cila. Berhubung karena sudah ada Elea, maka Bi Mia beralih menjadi asisten rumah tangga sesuai dengan keinginannya sendiri.

“Cila, Sayang, Ayo bangun! Waktunya sholat subuh,” Elea menggoyang pelan tubuh Cila yang masih berbalut selimut.

Mata mungilnya mengerjap perlahan, memandang sosok yang ia panggil Bunda yang sudah rapi dengan setelan sederhana ala rumahan.

“Anak Bunda masih ngantuk ya, sini Bunda peluk dulu biar kantuknya hilang,”

Elea mengambil tubuh Cila dan mulai mendekap anak kesayangannya dengan hangat.

“Hihihihi,” Cila cekikikan karena tubuhnya terayun pelan ke kiri dan ke kanan.

“Kok bisa sih anak Bunda ini cantik banget?” Tanya Elea sambil mencubit pelan pipi Cila yang gembul

“Kok bita tih Bunah Tila ini tantik banget?” Tanya balik Cila sambil mencium pipi Elea.

“Ih malah menggoda Bunda ya!”

“Tila benelan! Bunah tantik kaya bidadali,” ucap Cila antusias.

“Iya peri kecil Bunda, masih ngantuk?”

Cila menggeleng dan Elea pun menggendong anak itu untuk berwudhu dan menunaikan sholat bersama meski Cila belum bisa bacaan Sholat.

Mereka sholat hanya berdua karena Ardha telah menghilang lagi dari kamar. Sepertinya laki-laki itu sedang jogging.

“Kamu abis jogging ya?” Tanya Elea berbasa-basi.

“Seperti yang lo liat!”

“Sudah sholat?” Tanya Elea setelah Ardha selesai dari kegiatan lari pagi. Peluh mengucur dari pelipis dan beberapa bagian tubuh atletis laki-laki itu.

Ardha melepas topinya dan menjawab pertanyaan Elea “Belum!”

“Sholat dulu, mumpung waktu—“

“Iya bawel!”

Tanpa ba bi bu lagi, Ardha masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Elea tak mungkin hanya berdiri saja untuk menunggu Ardha keluar kamar mandi dan sholat.

Ardha bukan anak kecil lagi yang harus ia jaga dan perhatikan apa saja yang dilakukan oleh laki-laki itu.

Elea lebih memilih untuk ke kamar Cila dan membantu anak kecil itu untuk bersiap.

Memakai seragam, serta menyisir rambut gadis itu. Paginya disuguhkan dengan acara bolak-balik dari kamar Cila ke kamar Ardha.

Cila dan Elea turun bersamaan untuk mengisi perut sedang Ardha menyusul setelahnya.

Hari ini Elea memasak ayam tepung saos barbeque kesukaan Cila dan Ardha. Darimana Elea tahu, tentu saja dari Bi Mia.

Setiap mereka pergi ke restoran, selalu saja ayam tepung saos barbeque yang menjadi andalan mereka.

“Wah Papih ganteng,” puji Cila saat melihat baju yang Ardha pakai tak seperti biasanya.

Elea yang melihat pun tersenyum tulus seakan juga mengiyakan apa yang dikatakan Cila.

Ardha sempat terkejut karena setelah ia keluar kamar mandi, tersedia setelan panjang yang cocok untuk digunakan sholat telah berada di atas kasur lengkap dengan sajadah tak lupa juga dengan peci, semuanya terlihat masih baru.

Tentu saja masih baru karena Elea baru membelinya. Karena saat Elea melihat lemari Ardha tak ada satupun setelan yang cocok untuk digunakan Sholat.

Elea memesannya lewat online dan tak perlu beberapa jam, setelan itu sudah sampai karena jarak toko yang ia pesan tak terlalu jauh dari tempat mereka.

“Makasih!” ucap Ardha sekenanya.

“Dikatih Bunah ya? Bunah baik, Tila tuga dibeliin mukenah bagut,” ucap Cila karena baru saja menerima satu set mukena dari Elea.

Ardha menatap Elea yang hanya membalas senyuman saat Cila memuji. Baru beberapa hari menikah dengan Elea, tapi perempuan itu sudah memberi perubahan.

“Tila belangkat Papih!” Cila sangat bersemangat berangkat ke sekolah karena akan ditemani Bundanya.

Setelah memasukkan bekal ke dalam toples, Elea mengikuti Cila yang sudah berjalan lebih dulu ke ambang pintu. Sangat tak sabar untuk segera berangkat ke sekolah.

Elea ingin memanggil Ardha untuk berpamitan,tapi mulutnya kaku. Panggilan apa yang cocok untuk ia lontarkan karena sebelumnya ia tak pernah memanggil laki-laki itu.

“Ma-mas!” panggil Elea dengan ragu. Rasanya malu sekali.

Ardha yang saat itu duduk di sofa tamu sambil memainkan ponsel pun menengok.

“Lo manggil gue?”

“Iya, saya pergi dulu, Mas!”

Mas, Ardha sempat bergetar karena panggilan Elea.

“Bunah!” Cila menghampiri Elea.

“Pamitan sama Papih dulu, Sayang!”

Cila mencium punggung tangan Ardha dan tak lupa memberi satu kecupan di wajah sang Ayah.

Deg, daksa Ardha tersentak karena Elea juga mengulurkan tangannya. Meraih tangan Ardha yang menggantung dan membawa tangan kekar itu untuk ia cium.

“Assalamualaikum!”

“Wa-waalaikumsalam!”

Terpopuler

Comments

Elfrina Binelka

Elfrina Binelka

ditunggu terus upnya thor

2022-07-09

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!