Di Singapura, Reno, Jefri, dan Dewi akan check out pukul sepuluh. Sebelum itu, mereka briefing bersama orang-orang terkait di kantor pusat Jakarta. Reno memberi laporan berupa presentasi melalui zoom.
Jadwal mereka take off pukul 14.00 dan akan tiba ke tanah air pukul 15.45. Rencananya, mereka sengaja akan tiba lebih awal di airport Changi sebelum jadwal keberangatan. Mereka ingin membeli oleh-oleh untuk orang tercinta di mall besar yang menghubung dengan bandara internasional yang baru dibangun pada pertengahan tahun 2019.
“Ya, Pak Richard. Semua sudah clear. Trouble ada di OPS yang dipegang Ella. Tapi masalah sudah kami clear kan,” ucap Reno pada peserta rapat dadakan via zoom itu.
“Kami juga sudah merangkum kejadian dan solusinya menjadi laporan yang kami kirim ke email pusat,” sambung Jefri.
“Good,” jawab Richard. “Oke. Kalau begitu sebelum kembali ke Jakarta, silahkan kalian senang-senang di sana sebelum pulanh.”
Reno, Jefri, dan Dewi tersenyum lebar. Akhirnya misi mereka berada di tempat ini pun selesai. Di mall besar yang masih berada di bandara itu, Reno berniat ingin membelikan istrinya anting berlian. Sebenarnya ia ingin membelikan benda itu pada Alana satu bulan lalu sebagai ungkapan maaf karena kata-katanya yang pernah menyinggung sang istri soal keturunan.
Jefri pun sama, ia ingin membelikan cincin berlian untuk Anna, kekasih yang sudah memutuskannya sepihak. Ia ingin langsung mendatangi wanita yang masih ia anggap sebagai kekasihnya itu dan langsung melamarnya saja.
Sedangkan Dewi tidak memiliki orang spesial. Justru target Dewi adalah Reno. Rencananya ia ingin membelikan Reno ikat pinggang, dompet, atau dasi.
Selesai briefing, mereka kembali ke kamar masing-masing dan bersiap untuk check out.
Tok … Tok … Tok …
Kamar Reno diketuk. Reno yang sedang memasukkan barang-barangnya ke dalam koper pun dengan segera meresleting dan berjalan menuju pintu.
“Hai, Ren. Barang-barangmu sudah dirapihkan?” tanya Dewi ceria setelah Reno membuka pintu.
“Sudah. Aku sudah merapihkan barangku.” Reno menunjuk koper yang tergelatak di atas tempat tidur.
“Oh. Aku kira kamu belum. Aku ke sini untuk membantumu berberes.”
Reno tersenyum. “Tidak usah. Terima kasih.”
“Ada lagi yang belum kamu rapikan?” tanya Dewi yang ingin sekali masuk ke dalam kamar Reno. Namun, si pemilik kamar sepertinya enggan mengajak Dewi ke dalam. Reno hanya berdiri di depan pintu tanpa menawarkan Dewi untuk masuk.
Reno kembali menggelengkan kepalanya. “Sudah semua. It’s oke.”
“Hmm … Oke kalau begitu. Aku balik ke kamar buat ambil koper. Kita langsung check out kan?”
“Ya. Tunggu aku di lobby,” jawab Reno.
Dewi tak lagi bisa beralasan. Ia pun membalikkan tubuhnya dan perlahan meninggalkan kamar Reno. Ia berharap Reno memanggilnya kembali. Namun, hingga ia sampai di depan lift, Reno tak memanggilnhya. Dewi pun menoleh ke belakang dan benar saja, pintu kamar Reno sudah tertutup rapat.
“Huft … kamu dingin sekali, Ren,” gumam Dewi. “Tapi aku suka cowok sepertimu. Aku semakin tertantang untuk memilikimu. Andai dulu aku tidak mengalah pada Alana. Mungkin saat ini aku yang menjadi istrimu,” katanya sembari memandangi pintu kamar yang tertutup rapat itu.
****
Reno, Jefri, dan Dewi tiba di airport Changi. Seperti niat awal, mereka datang lebih cepat dari jadwal keberangkatan untuk menikmati kemegahan ariport internasional ini. Dewi mengajak Reno dan Jefri berselfie ria dengan latar belakang gedung-gedung memukai yang dapat terlihat dari mall besar itu.
“Ren, foto berdua dong,” rengek Dewi.
“Oke,” jawab Reno tersenyum dan mendekati Dewi yang baru saja selesai berfoto sendiri.
Reno tidak berfikir bahwa Dewi memiliki maksud saat meminta foto berdua dengannya, karena sebelum mereka berfoto bertiga, Dewi pun meminta Reno memotokan dirinya berdua dengan jefri. Sehingga ia merasa wajar jika saat ini, Dewi hanya ingin berfoto berdua dengannya.
“Senyum, Ren. 1, 2, 3 …”
Ceklek
Reno tampak tersenyum di dalam hasil yang dibidik Reno melalui tangannya. Mereka tampak dekat dan kepala mereka pun tampak bersentuhan.
“Lagi ya, Ren,” ucap Dewi.
Reno kembali mengiyakan permintaan Dewi.
“Senyum. 1, 2, 3, … Oke.”
Ceklek
Hasil pun jadi. Di sana terlihat Dewi tersenyum lebar hingga tampak jejeran gigi yang rapih itu. Ia pun sengaja membawa tangan Reno untuk merangkul bahunya. Dan bodohnya, Reno tetap mengiyakan kelakuan itu.
Setelah puas berfoto. Reno dan Jefri memasuki toko perhiasan.
“Ciye … yang mau ngelamar pacar.” Dewi meledek Jefri yang tengah melihat-lihat cincin.
Reno hanya tersenyum cool.
Lalu, ia melihat ke arah Reno yang juga sedang melihat-lihat anting. Kemudian ia meninggalkan Jefri dan menghampiri Reno.
“Kamu nyari perhiasan juga, Ren?” tanyanya.
“Iya. Buat Alana.”
Sontak, Dewi merasa dongkol. Ia kesal, mengaa di otak Reno selalu ada Alana, padahal wanita itu sedang tidak ada di sini. Saat melihat bunga mawar di hotel saja, Reno ingat Alana, katanya bunga itu bunga kesukaan istrinya.
“Menurutmu, mana yang cocok untuk Alana?” taya Reno pada Dewi.
Reno pikir Dewi dan Alana sama-sama wanita dan selera wanita pasti sama.
“Hmm … yang mana ya?” Dewi mengerlingkan pandangan pada jejeran perhiasan yag terdisplay itu. Hingga sesaat kemudian, Dewi menunjuk ke anting model terbaru. “Oh, aku suka yang itu.”
Mata Reno langsung mengikuti jari Dewi yang menunjuk ke salah satu benda. “Wah, boleh juga pilihanmu."
"Iya, dong,” jawab Dewi senang.
Reno meneloh ke arah Dewi dan tersenyum. Dewi pun melakukan hal yang sama. Lalu, Reno meminta karywan itu untuk mengambil benda yang ia inginkan.
“Tuh, baguskan?”
Reno mengangguk, setelah melihat dan meraba langsung benda itu. “Saya mau ini.”
“Ren, dicoba dulu bagus apa ngga? Jangan main asal beli aja!” kata Dewi.
“Gimana caranya?” Reno balik bertanya.
“Sini, biar aku trial. Nanti kamu lihat bagus apa ngga,” jawab Dewi dan Reno pun mengangguk.
Dewi meminta Reno untuk memasangkan anting itu. Ia pun mengarahkan ponselnya dan memoto saat Reno memasang anting di kedua telinganya. Reno yang fokus memasangkan anting itu tidak melihat bahwa Dewi membidik aksinya.
“Bagus ngga?” tanya Dewi sembari memperlihatkan kedua daun telinganya bergantian.
“Bagus,” jawab karyawan jewelery itu.
Reno juga mengangguk. “Ya, bagus.”
“Kalau begitu, aku juga ingin anting ini ah,” sahut Dewi yang membeli anting sama dengan model yang dibeli Reno, setelah Reno membayarnya.
Sedangkan di sisi berbeda, Jefri sibuk dengan urusannya sendiri. Ia tidak memperhatikan kedekatan Dewi dan Reno. Ia tidak perduli dengan urusan temannya itu, karena ia sendiri pun masih dalam masalah dengan kekasihnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Yuliana Purnomo
emang ya kalau udh ada niat jahatnya,,ada aja akal nya si dewi
2024-01-22
0
Ira
reno..reno...percuma ganteng tp bodo🤭 Apa memang km happy dekat dekat dgn dewi 🤦🤦
2022-11-21
2
Nur Inuhan
dasar ulet bulu
2022-11-18
1