Pagi ini Reno bangun lebih dulu. Usai membangunkan istrinya untuk subuh berjamaah, Reno menyuruh istrinya untuk kembali tidur, karena diluar langit masih gelap.
“Kamu aja yang tidur lagi, Mas. Aku mau langsung ke dapur,” kata Alana sembari melipat alat sholat yang baru saja mereka gunakan.
Reno duduk di tepi tempat tidur, tepat di depan Alana yang sedang berdiri. Ia menggenggam tangan wanita mungil itu. “Kalau begitu tidur sini bareng, Mas.”
Reno mengecup tangan itu sembari mengeluskan ke pipinya. “Masak nanti saja, lagian diluar langit juga masih gelap. Istirahat dulu saja.”
Alana tersenyum. Terkadang, sisi manja seorang Reno muncul. Namun, sisi itu hanya ketika bersama Alana. “Nanti kalau kesiangan lagi, gimana?”
“Ssstt …” Reno menarik pinggang Alana dan mengunci bibirnya. “Jangan bahas itu lagi!” Reno menempelkan kepalanya di perut itu. “Mas kangen kamu. Kangen ingin mesra-mesraan seperti ini.”
Alana tersenyum. Ia mengelus rambut suaminya. Memang Alana masih mengantuk. Sebenarnya ia pun masih enggan untuk beraktifitas dan masih ingin istirahat, mengingat semalam mereka bercinta dengan durasi yang cukup lama.
Setelah Reno meminta maaf dan saling mengucapkan maaf, Reno menyuapi istrinya yang tidak ikut makan sebelumnya. Lalu, sesampainya di kamar, mereka pun menyalurkan hasrat yang menggebu. Semalam, rasanya lebih nnikmat dibanding malam-malam sebelumnya. Mungkin efek setelah bertengkar dan menguras air mata.
Reno meminta istrinya untuk kembali tidur. Ia memeluk tubuh itu dengan erat dan mengecup pucuk kepala Alana berkali-kali.
“Semalam enak sekali, Sayang.”
“Hmm …” Alana mendongakkan kepalanya untuk menatap suaminya yang sedang mengajak bicara.
“Kamu hebat.” Reno mencubit ujung hidung Alana.
Alana pun tersenyum manis.
“Maafin, Mas ya!”
Alana mengangguk.
“Mas janji, itu adalah pertama dan terakhir Mas berkata kasar padamu.”
Alana kembali menganggukkan kepalanya.
Tangan Reno mengelus pipi mulus itu. Ia menyatukan keningnya dengan kening Alana. “Mas cinta banget sama kamu. Kamu adalah cinta pertama dan terakhir, Mas.”
“Aku juga cinta sama Mas Reno. Mas juga cinta pertama dan terakhir aku.”
Keduanya tersenyum dan kembali memeluk erat. Reno mengusap rambut Alana hingga wanita itu tertidur di dadanya. Tidak ada wanita lain kecuali Alana. Sejak kecil di hatinya hanya ada nama itu. Jika, Reno dekat atau memuji wanita lain, menurutnya suatu kewajaran memuji seorang teman. Tidak ada maksud apa pun. Namun, jika yang dipujinya seorang wanita. Pasti wanita yang di puji itu akan menganggap lain, seperti Dewi.
Reno melirik jam di dinding. Waktu kini sudah menunjukkan pukul enam. Matanya belum juga terpejam. Ia hanya memandang wajah istrinya sembari mengelus rambut itu. Sesekali, ia juga mengecup pipi, bibir, dan kepala Alana. Sejak dulu, ia yang mengejar-ngejar wanita ini, hingga akhirnya Alana luluh dan menerima cintanya. Tidak pernah terlintas dalam pikirannya untuk mendua dan menggantikan posisi Alana dengan wanita lain. Namun, akhir-akhir ini ia akui bahwa dirinya cukup tempramen. Mungkin efek dari pekerjaannya yang banyak, sehingga terkadang ia menuntut Alana untuk memahaminya. Padahal Alana tidak pernah mengeluh ketika ia jarang ada di sisinya karena kesibukan itu.
“Mas akan memasak untukmu,” ucap Reno pada Alana yang sedang terlelap.
Perlahan, Reno meletakkan kepala Alana di bantal dan ia meluruskan tubuh itu di sana. Reno bangkit dari tempat tidur menuju dapur. ketika hari libur, ia sering melakukan ini, memasak untuk Alana dan membiarkan istrinya istirahat. Namun setelah menjadi manajer, saat hari libur pun ia masih mengurus pekerjaan dan membuka laptopnya.
Setelah cukup lama tertidur, Alana pun terbangun. Ia terkejut, khawatir kesiangan. Alana langsung melihat jam dinding, ternyata waktu baru menunjukkan pukul tujuh. Ia menoleh ke samping, di sana sudah tak terlihat suaminya.
Alana pun bangun dan menggunakan sandal berbulu warna grey. Seperti biasa, ia hanya mengenakan daster bunga-bunga berwarna merah muda. Alana memang jarang sekali menggunakan lingeri, hampir tidak pernah malah. Dan, Reno pun tidak mempermasalahkan hal itu. Namun, terkadang Reno ingin melihat Alana berdandan cantik saat ia pulang kerja, seperti saat wanita itu keluar rumah atau pergi ke kampus. Setelah menjadi ibu rumah tangga dan mengurus rumah, Alana memang jarang berdandan dan hanya mengenakan daster. Walau tanpa berdandan pun Alana akan tetap cantik, tetapi terkadang Reno ingin melihat istrinya yang tampil lebih cantik ketika di rumah. Sayangnya, keinginan itu tidak dikatakan oleh Reno dan Alana pun tidak peka akan keinginan itu.
“Mas,” panggil Alana dan langsung mendekati suaminya yang sedang berkutat di dapur. “Kenapa ga bangunin aku?”
Alana berusaha mengambil alih pekerjaan itu.
“Ngga apa-apa, Sayang. Hari ini biar Mas yang masak. Semalam kamu sudah lelah melayani Mas cukup lama,” jawab reno genit.
“Ish, apa sih? Mas genit banget.”
Reno pun tertawa. Lalu, ia berdiri di hadapan Alana sembari menyelipkan rambut panjang itu di belakang telinga Alana. “Sudah gosok gigi belum?”
Alana menggeleng.
“Pasti belum cuci muka juga?” tanya Reno lagi.
Alana kembali menggeleng dengan cengiran.
“Kebiasaan.” Reno mencubit lagi hidung mancung itu. Lalu ia membungkukkan sedikit tubuhnya untuk menyentuh bibir itu.
“Hmm …” Alana menghindar. “Aku belum gosok gigi, Mas.”
“Biarin.” Kedua tangan Reno mendekap tubuh Alana dan mencium bibir itu paksa.
“Mas … Eum …” Alana berusaha menyudahi pagutan itu. Namun Reno sepertinya masih ingin memainkan bibir tebal itu.
“Hmm …” Reno menggelengkan kepalanya. Lalu bibir itu turun ke leher dan menggigitnya.
“Mas … Aw.”
Reno tertawa. “Merahnya tambah satu lagi.”
Alana cemberut. “Mas, rese banget sih. Nanti siang kan aku mau ketemu sama Bilqis.”
“Biarin. Supaya ga ada orang yang godain kamu saat keluar, karena di sini sudah ada cap kepemilikan,” ucap Reno sembari menyentuh tanda merah yang lebih dari satu di leher itu.
Lalu, ia melepas Alana dan kembali menyelesaikan aktifitasnya. Reno mengambil piring dan menuangkan nasi goreng sosis ke dua piring itu.
"Mas," rengek Alana membuat reno tersenyum lebar.
"Atau Mas kasih tanda lagi di bagian yang lain?" tanya Reno genit.
"Ish dasar om-om genit," ujar Alana membuat Reno kembali tertawa.
Reno emngacak-acak rambut istrinya. “Ayo sarapan! Mas buatkan nasi goreng spesial untukmu.”
Alana mengikuti langkah kaki suaminya. Bibirnya kembali tersenyum ketika mendapati meja makan yang dipenuhi bunga mawar. Ternyata, reno sudah mendesign meja makan ini menjadi breakfast romantis.
“Hmm, Mas Reno.” Alana langsung menghambur pelukan kepada suaminya.
“Ini sebagai permintaan maaf, Mas.” Reno meraih kepala Alana dan menciumnya.
Mata alan berbinar. Memang Reno, pria yang selalu mencurahkan kasih sayang untuknya sejak dulu, sejak ia kehilangan kedua orang tua. Dan sepertinya kesalahan Reno kemarin, tidak sebanding dengan apa yang telah pria itu lakukan sebelumnya hingga saat ini.
Alana memeluk erat pinggang suaminya. Reno pun memeluk erat bahu itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Ami Kerto Surat
segala sesuatu perlu d bicarakan reno..sekecil apapun itu apa yg d sukai dan apa yg gk..kalau aku bukan pecinta daster jg bukan pecinta dandan..intinya terima pasangan apa adanya...gk usah mempermasalhkan dia d rumah mau pake daster taw gk...coba bpk d rumah dlm jangka waktu berthn2 nguprek sama rumah dll dr melek mata ampe merem msh mikirin besok masak apa dll
2022-09-20
1
RATNA RACHMAN
Kasih tau Alamat sing klau mas Reno pingin Alana jug dandang cantik..tiap hari
2022-09-03
0
𝐙⃝🦜しÏA ιиɑ͜͡✦ᵉ𝆯⃟🚀ʰⁱᵃᵗᵘˢ
ky nya Alana harus lbh agresif lg pd suaminya jgn cuma menunggu saja...agar Reno tdk jatuh cinta dg perhatian wanita yg lain kpdnya...hm
2022-06-20
4