Reno tidak pernah absen memberi kabar pada istrinya setiap hari. Terutama ketika malam. Jadwal yang semula hanya semalam, kini berubah menjadi dua malam. Ia bersyukur mengikutsertakan Jefri, sehingga ia tak berdua saja dengan Dewi, karena setelah obrolan tentang perasaan yang tertunda itu, Dewi semakin perhatian dan itu membuat Reno sedikit canggung.
“Ren, aku ambilkan sarapan ya. Kamu mau apa?”
Dewi berdiri tepat di hadapan Reno yang duduk bersama Jefri di restoran hotel. Siang nanti jadwal mereka kembali ke tanah air.
“Sama sepertimu saja,” jawab Reno.
“Oke.” Dewi lanngsung menuju meja prasmanan dan meninggalkan dua pria yang duduk di sana.
Jefri menatap punggung Dewi yang kian menjauh. “Ren, sepertinya Dewi suka sama kamu.”
Reno diam. Salah Reno yang membiarkan perasaan Dewi berkembang. Kalau ia tidak suka dengan Dewi harusnya ia mengatakan lagi kata-kata yang sempat terpotong oleh kedatangan Jefri waktu itu. Reno juga seharuskan tidak menerima perhatian Dewi. Di sini, Dewi melayani Reno bak seorang istri.
“Kamu juga suka sama dia?” tanya Jefri.
Reno menggeleng. “Ngga. Aku memang mengagumi dia sejak SMA, karena dia pintar. Tapi hanya sebatas itu. Jujur, aku butuh dia di kantor. Dia banyak bantuin aku.”
“Apa Alana akan mengerti itu?” tanya Jefri lagi.
“Alana pasti mengerti.” Reno menjawab dengan yakin.
Jefri tertawa. “Enak dong, Ren. Ada Alana yang melayani lu di rumah dan Dewi di kantor. Anjay, gue mau banget jadi lu.”
Reno menyesap kopi yang sebelumnya dibuatkan oleh Dewi. Ia pun melihat Dewi tengah tersenyum sembari berjalan ke arahnya dengan membawa dua piring di tangan.
“Jangan bermain api, Ren! Nanti ke bakar. Cukup gue jadi contoh. Sekarang gue keilangan Anna, wanita berhati baik karena kelakuan gue sendiri. Sekarang, gue mati-matian ngejar dia lagi,” ucap Jefri lirih.
Dampak dari sikap Jefri yang masih senang bermain-main, padahal sudah memiliki kekasih yang cantik dan baik hati. Akhirnya, Anna kekasihnya itu pun menyerah dan meminta putus dari Jefri yang sudah menduakannya. Sekarang, Jefri menyesali itu dan mengejar kembali cinta Anna. Ia pun berniat akan langsung melamar mantan kekasihnya itu jika Anna sudah kembali berada dalam pelukannya.
Reno tersenyum. “Itu karena kamu nakal.”
“Nakal sama naif beda tipis. Gue nakal, tapi lu naif.”
Reno menggeleng. “Aku ga akan sepertimu.”
“Kalau lu ga bisa tegas dengan Dewi. Bisa jadi Alana bakal seperti Anna.”
“Kalian belum menikah, makanya Anna bisa dengan mudah meninggalkanmu. Kalau aku dan Alana sudah menikah, tidak semudah itu Alana meninggalkanku,” jawab Reno.
“Ya, kita lihat saja nanti.”
“Hai, seru banget sih dari tadi ngobrolnya.” Kedatangan Dewi menghentikan pembicaraan dua pria itu.
Reno menerima piring yang diberikan Dewi. Entah perasaan apa yang ia miliki untuk Dewi? Mengapa lidahnya terasa sulit untuk mematahkan hati Dewi, walau sebenarnya ia tidak memiliki perasaan yang sama. Namun di sisi lain, ia membutuhkan Dewi dikantor. Ia pun menerima perhatian dari asistennya itu. Menurutnya, ada sesuatu yang tidak dimiliki Alana dan dimiliki oleh Dewi.
****
Di rumah minimalis itu, Alana tampak cantik dengan balutan kemeja putih dan blazer berwarna krem. Ia juga memakai rok sepan dengan warna yang sama seperti blazernya.
Alana kembali membolak-balikkan tubuhnya di depan cermin. Hari ini, ia akan melakukan beberapa tes di perusahaan Bilqis. Kemarin, Bilqis mengabari ternyata berkas Alana lolos dan berhak mengikuti tahap tes selanjutnya.
Dret … Dret … Dret …
Reno menelepon Alana dengan panggilan video call. Sekarang, Alana berusaha mengurangi kegiatannya untuk menelepon Reno. Ia tidak ingin terlihat terlalu posesif pada suaminya. Walau hati dan pikiran tidak tenang karena kedekatan sang suami dengan asistennya. Namun, ia tetap berusaha untuk berpositif thinking.
“Halo.” Alana menjawab panggilan telepon suaminya.
Di layar itu, Reno tampak tersenyum. “Kamu cantik sekali. Mau kemana?”
Alana ikut tersenyum. “Tes di kantor Bilqis.”
“Secepat itu?”
Alana mengangguk. “Iya, karena bosnya memang sedang butuh sekretaris.”
“Oh.” Reno hanya membulatkan bibirnya.
Ia melihat istrinya berdandan cantik. Sama seperti dulu saat mereka masih berpacaran. Stiap kali Reno mengajak Alana kencan untuk berjalan-jalan dan nonton, Alana pasti akan berdandan rapi seperti ini. Walau tetap menggunakan pakaian kasual tetapi ia mendandani sedikit wajahnya dengan make up natural yang membuat wajah cantik itu tampak lebih cantik.
“Kamu tidak pernah menelepon, Mas. Kenapa?” tanya Reno.
“Aku tidak ingin menganggu Mas. Mas kan disana kerja. Mulai saat ini, aku akan sepenuhnya percaya sama Mas.”
Reno tersenyum mendengar jawaban itu. Entah ia senang atau malah sedih ketika Alana tidak lagi cemburu dan posesif.
“Oh, ya Mas. Udah dulu ya. Aku mau berangkat sekarang,” ucap Alana yang hendak mengakhiri sambungan telepon itu.
“Oh iya, Mas juga ingin mengabari. Siang ini Mas berangkat ke Jakarta. Sekitar pukul 16.10 Mas sampai di bandara Sotta. Kamu jemput Mas, kan?”
Alana menampilkan kepala yang menggeleng.
"Sepertinya ga keburu, Mas. Soalnya aku ga tahu nanti akan selesai tes jam berapa.”
Reno menarik nafasnya kasar. “Ya sudah kalau begitu.”
Alana melihat raut kecewa di wajah Reno. Sebenarnya, ia ingin menjemput suaminya, tapi janjinya sudah lebih dulu pada Bilqis yang memberi kabar lebih awal kemarin.
Reno mengucap salam dan mengakhiri sambungan telepon itu. Alana pun tidak menahan Reno untuk tidak mengakhiri panggilan itu.
“Maaf Mas,” ucap Alana lirih sembari memandangi ponsel yang tak lagi tersambung pada suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Yuliana Purnomo
gak usah mbanding 2kan Ren,,,tiap orang pasti punya plus dan minusnya,,,Dewi punya kelebihan pasti ada jg kurangnya,, sedangkan Alana istri mu wajib kamu junjung tinggi kelebihan nya ,,TDK usah mengeksplor kelemahan nya
2024-01-22
0
Dwi Hartati
wah Reno minta di geplak emak2 ini mah
2023-10-16
0
ANDI NURUL AULIA
Nah ini
2023-06-10
1