Kofv Bakumin

“Benar juga, saya belum memperkenalkan diri. Pada dasarnya kami semua di sini adalah rekan seperjuangan. Keluarga Bakumin secara turun temurun merupakan pimpinan distrik Cydonia sejak lama. Sistem monarki itu dilanjutkan hingga saat ini. Sebelum saya dewasa, ibu menjadi pimpinan Cydonia, meskipun beliau bukan dari keluarga Bakumin. Beliau mangkat lima tahun yang lalu. Sekarang saya yang menjalankan pemerintahan. Ada 7 dewan yang membantuku. Beberapa bisa bertemu dengan anda malam ini, yang lain mungkin baru akan datang besok pagi,” jelas Kofv.

“Ah… begitu. Saya sangat berterimakasih karena disambut disini,” jawab Lamia kemudian. “Tapi sebenarnya, anda bisa bersikap santai pada saya. Kita sepertinya seumuran.”

Kofv tersenyum ramah menanggapi. “Kalau begitu aku tidak akan sungkan lagi.”

Lamia menjawab dengan anggukan mantab. “Tentu saja… eh, Kofv?”

“Ya, tidak apa-apa, panggil aku senyamanmu. Aku akan memanggilmu Lamia juga,” Kofv buru-buru menyahut.

Lamia menggangguk menanggapi.

“Terus terang hal-hal ini masih terasa asing bagiku. Termasuk kenyataan bahwa aku berasal dari Cydonia. Kenapa kenyataan ini disembunyikan dariku?”

“Kupikir alasannya hanya satu. Kerajaan mungkin berniat menggunakanmu untuk menghancurkan Cydonia. Karena itu mereka meracunimu dengan kebohongan dan informasi yang palsu. Hal itu tentu saja membuat kami mewaspadai keberadaanmu, Lamia. namun kemudian aku bertemu dengan Mick beberapa waktu lalu. Melalui dia aku mengetahui kondisimu. Dan kami pun memutuskan untuk menerimamu di sini, kapanpun kau menyadari kenyataannya. Hari ini adalah hari yang kami nantikan, saat kau kembali bersama kami, Lamia,” jelas Kofv panjang lebar.

Lamia termangu mendengar jawaban Kofv. Ia tak bisa berkata-kata lagi. Tepat saat kesedihan hampir menguasai Lamia, hidangan makan malam pun datang. Becca, perempuan bercelemek yang dipanggil Kofv tadi kembali membawa satu troli bertingkat tiga. Isi troli itu penuh dengan masakan aneka rupa. Seekor ayam panggang utuh yang masih berasap nikmat, semangkuk besar sup beraroma sedap, hingga berbagai hidangan sayur dan daging lainnya.

Aroma lezat sedikit mengaburkan kesedihan Lamia. Gadis itu belum pernah melihat masakan sebanyak itu disajikan di meja makan. Piring-piring porselen dengan hiasan sulur hijau diletakkan di hadapannya, mengundangnya untuk mengambil makanan apapun yang dia suka.

Begitu semua hidangan selesai diletakkan di atas meja, Kofv segera mempersilakan mereka untuk mulai makan.

“Makanan lezat menghibur hati yang gundah,” ujar Kofv yang seakan mengetahui perasaan Lamia.

Ada empat piring kosong lain yang diletakkan di meja. Sepertinya ada orang lain yang hendak datang. Mungkin anggota dewan yang dibicarakan Kofv tadi. Saat Lamia tengah mengiris potongan daging di piringnya, tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Tiga orang laki-laki dan seorang perempuan masuk ke dalam ruangan setelah menyapa Kofv dengan sopan. Keempatnya duduk di kursi kosong yang disediakan. Mereka juga menyapa Shira dan Mick seperti teman yang lama tak bersua.

“Ini sahabatku, Lamia Linkheart,” Mick memperkenalkan Lamia pada mereka berempat.

“Senang akhirnya bisa bertemu denganmu, Nona Lamia. Saya Lao Fen, Dewan Pertama, penasehat dan Ketua Akademi Cydonia,” seorang laki-laki yang duduk di sebelah Mick memperkenalkan diri.

Saat melihat Lao Fen, Lamia segera menjulukinya Pria Putih. Itu karena secara keseluruhan laki-laki paruh baya itu memang berwarna putih. Lao Fen mengenakan penutup mata berupa kain putih yang diikat ke belakang kepala. Rambutnya yang juga berwarna putih sangat lurus dan panjang hingga mencapai pinggang. Ia bahkan mengenakan jubah putih panjang yang melambai-lambai lembut mengikuti setiap gerakannya.

“Aku Ament Komara, Dewan Ketiga, bertanggung jawab untuk mengatur kebutuhan senjata di Cydonia. Ini adikku, Salem, dia adalah Dewan Keempat, seorang alkemis. Dia membantu nona Shira sebagai paramedis juga,” laki-laki berjambang coklat panjang memperkenalkan diri. Di sebelahnya, Salem Komara mengangguk pelan.

Kedua kakak beradik ini berpawakan besar dengan rambut coklat terang yang bergelombang. Mereka mengenakan pakaian katun ringan dan celana penuh kantung. Lamia mengangguk pelan pada mereka berdua yang balas tersenyum ramah.

“Saya Misty Dahani, Dewan Kelima yang melatih prajurit Cydonia,” perempuan terakhir yang duduk di ujung lain meja tersenyum pada Lamia.

Misty berpostur tegap dengan rambut hitam lurus yang dipotong tepat seleher. Ia mengenakan seragam hitam berlengan pendek dengan pelindung dada dari besi berwarna senada.

“Senang berkenalan dengan kalian,” kata Lamia kemudian.

Mereka pun berbincang-bincang selama beberapa saat sambil menikmati makan malam. Mick tampak akrab dengan orang-orang itu. Lamia terutama banyak berbincang dengan Misty yang notabene punya pekerjaan yang mirip dengannya. Bahkan Misty sampai harus bertukar tempat duduk dengan Mick agar bisa lebih dekat dengan Lamia.

Lamia cukup mengagumi Misty. Perempuan itu seorang ahli pedang, berbeda dengannya yang bersenjatakan pistol. Misty bercerita bahwa masalah keamanan di Cydonia terutama karena banyaknya orang-orang luar yang mencoba mengakses wilayah mereka. Orang-orang itu mengirimkan etherhingga makhluk-makhluk buas berbahaya untuk menembus Cydonia. Pasukan Misty biasanya bertugas menghalau mereka bila sudah terlalu dekat dengan Elysium Mons.

“Namun akhir-akhir ini kami diserang oleh semacam makhluk aneh. Mereka mirip manusia, namun sangat buas dan sangat sulit dilukai. Beberapa dari mereka juga sangat lincah dan kondisi ethernya benar-benar menyerupai manusia biasa,” kata Misty menerangkan.

Lamia segera menyadari makhluk apa yang dihadapi oleh Misty. “Gaian,” ucap Lamia singkat dan yakin.

“Apa? Gaian? Mana mungkin di Martian ada gaian…” komentar Misty kemudian. Namun seluruh ruangan serentak terdiam, seolah menunggu penjelasan Lamia.

Lamia menelan ludah, ragu untuk memulai penjelasan dari mana. Mick sepertinya hendak menggantikan Lamia untuk menjelaskan keadaan mereka, namun Lamia memberi kode pada sahabatnya itu agar membiarkannya bicara. Akhirnya dengan sedikit gugup, Lamia menjelaskan situasi mereka pada kenalan barunya di Cydonia. Ia bercerita sejak awal ia mendapat misi ke Bumi, bagaimana ia tergigit dan menggunakan Antidoksin buatan Mick, hingga bagaimana mereka bertemu dengan gaian di kedai Asgard di pinggir Utopia Planatia. Lamia sama sekali tidak mengira serangan gaian sudah mencapai area ini. Seberapa banyak orang yang sudah terinfeksi dan berkeliaran?

Semakin lama bercerita, dada Lamia semakin sesak. Keputusasaan dan kekhawatiran yang melandanya kemarin seolah bangkit kembali. Suara Lamia mulai bergetar, air mata menggenangi pelupuk matanya. Tenggorokannya seperti tercekat dan semakin sulit untuk mengeluarkan kata-kata. Ia begitu terpukul terutama karena kenyataan bahwa selama ini ia hidup dalam kepalsuan kerajaan. Lantas keluarga yang membesarkannya selama ini juga telah banyak membohonginya. Apakah Aeron juga tahu tentang asal usulnya?

Lamia membenamkan wajahnya di dalam telapak tangan. Ia tidak ingin terlihat lemah, apalagi di depan orang-orang yang baru dia kenal. Misty di sebelahnya menepuk pundak Lamia dengan lembut. Tidak ada yang berkomentar sepanjang Lamia bercerita. Mereka mendengarkan dengan seksama dan tampak ikut bersimpati.

“Syukurlah Antidoksin berhasil digunakan. Kami percaya kau bukan gaian yang menginfeksi orang-orang di Mars, Lamia,” Salem Komara membuka suara. “Sebenarnya aku juga terlibat dalam penyempurnaan formula Antidoksin bersama Mick.”

Lamia mengangkat wajahnya.

“Kami mengenal Mick cukup baik. Dia tidak mungkin membawa orang berbahaya ke Cydonia. Dan fakta kau bisa melewati gerbang kebenaran adalah bukti utama bahwa kau bukan gaian,” Kofv menambahkan.

“Kami semua menyambutmu di sini, Lamia. Tinggallah selama yang kau mau. Kau adalah bagian dari kami sejak awal,” Lao Fen turut berbicara.

Lamia menatap wajah-wajah yang baru dia temui itu. Selama ini ia salah. Ia menghakimi Cydonia sesuai dengan reputasi yang disebar oleh kerajaan. Faktanya mereka adalah orang-orang berhati hangat dan ramah. Meski Lamia masih belum tahu apa yang menanti di depannya, namun saat ini hatinya terasa sedikit ringan.

...***...

Sudah hampir dua minggu Lamia berada di Cydonia. Ia menghabiskan harinya untuk melihat-lihat setiap sudut kota. Shira yang paling sering menemaninya berkeliling, karena Kofv dan rekan-rekannya sibuk dengan urusan pekerjaan. Mick di sisi lain, lebih sulit ditemui lagi karena sibuk membenamkan diri di laboratorium milik Salem Komara, teman sesama alkemisnya. Entah proyek macam apa lagi yang mereka kerjakan saat ini. Lamia tidak ingin mengganggunya. Lagipula tidak ada hal-hal mendesak yang perlu dia lakukan bersama Mick.

Misty beberapa kali membawa Lamia ke barak prajurit Cydonia mengingat Lamia sebelumnya adalah komandan militer. Lamia sudah sangat antusias untuk melihat bagaimana para prajurit Cydonia dilatih, namun hari pertamanya melihat barak sama sekali di luar dugaan. Kondisi barak sangat memprihatinkan terutama bila dibandingkan dengan Pangkalan Antariksa. Prajurit-prajurit Cydonia tinggal dan bermukim di kaki Elysium Mons, dengan bangunan kayu semi permanen. Beberapa bangunan tampak lapuk dan Lamia separuh yakin bangunan itu bisa roboh sewaktu-waktu.

Kebanyakan prajurit juga masih sangat muda dan tampak kurang terlatih. Setidaknya menurut standar Lamia, anak-anak muda itu belum layak disebut prajurit. Bahkan untuk menjadi kadet pun mereka masih jauh dari kriteria. Misty menjelaskan bahwa kebanyakan penduduk berusia produktif harus bekerja di sektor lain, seperti pengembangan pangan atau paramedis. Karena itu tidak banyak orang yang bisa direkrut sebagai prajurit.

“Sejak dulu orang-orang Cydonia bukanlah faksi militer. Kebanyakan mereka adalah enchanter yang lebih cocok bekerja sebagai ilmuan atau alkemis. Hanya satu dua orang yang punya bakat militer,” jelas Misty saat membaca raut muka Lamia yang kecewa.

“Bakat bisa dibentuk dengan latihan,” komentar Lamia kemudian.

“Kukira juga begitu. Tapi anomali ether di sini membuat kami sulit mengeluarkan kemampuan kami. Kami juga tidak punya cukup peralatan dan persenjataan untuk berlatih. Tekanan ether merusak segala jenis teknologi. Karena alasan itu juga kami terpaksa tinggal di bangunan-bangunan sederhana seperti ini,” terang Misty.

Lamia tidak membantah. Ia sendiri merasakan perbedaan atmosfer di daerah itu. Bahkan ia yang setengah-gaian saja bisa merasa kelelahan, apalagi orang-orang biasa yang tinggal di sini. Tentunya keadaan itu lebih sulit bagi mereka.

Pada dasarnya keseluruhan pola hidup orang-orang Cydonia di Tartarus Montes memang tidak mudah menurut Lamia. Selain model bangunan kuno yang harus mereka tinggali, orang-orang di sini juga harus melakukan banyak pekerjaan secara manual. Beberapa orang terlihat mengolah tanah. Shira menjelaskan bahwa orang-orang itu sedang bertani.

Di lain hari Shira membawanya ke peternakan. Lamia cukup takjub bertemu langsung dengan hewan-hewan ternak. Selama ini Martian hanya memanfaatkan kode genetik hewan ternak untuk membuat makanan buatan. Martian tidak punya keanekaragaman hayati yang cukup untuk memberi makan terlalu banyak makhluk hidup. Oleh karena itu tidak banyak orang bisa melihat hewan semacam itu secara langsung. Bertemu kerbau dan sejenisnya membuat Lamia agak merasa bersalah karena menyukai rasa daging mereka. Namun perasaan itu tidak bertahan lama dan lenyap saat makan malam selanjutnya.

Setelah beberapa hari berkeliling, Lamia menyimpulkan bahwa kehidupan di Cydonia sama sekali berbeda dengan kesehariannya. Satu dua hari berada di sana mungkin cukup menyenangkan karena terasa seperti berlibur di jaman kuno. Namun setelah lebih dari lima hari, Lamia mulai dilanda frustasi. Hari-harinya terlalu senggang. Ia punya terlalu banyak waktu luang dan itu benar-benar kabar buruk untuknya.

Lambat laun Lamia merasa kesal, terlebih karena tidak ada satu orang pun yang memberinya pekerjaan. Shira, meskipun tidak sesibuk yang lain, tapi punya jadwal mingguan untuk bertugas di Rumah Sakit. Begitu juga Misty dan Kofv. Keduanya punya jadwal kerja padat selama hampir 12 jam per hari, yang tentu saja membuat Lamia merasa iri. Bahkan Mick, yang meskipun bukan penduduk Cydonia, terus berada di laboratorium sepanjang waktu.

Awalnya Lamia menawarkan diri untuk membantu Misty melatih prajurit-prajuritnya. Namun kegiatan itu tidak bisa bertahan lebih dari seminggu karena didikan keras Lamia menjatuhkan moral para prajurit. Misty terpaksa meminta Lamia untuk lebih banyak menikmati waktunya di Cydonia. Entah apapun itu maksudnya. Lamia menurut dan mengurangi kunjungannya ke barak.

 

Tepat di hari ke lima belasnya berada di Cydonia, Lamia sudah  tidak bisa lagi bertahan. Sore hari itu, ia akhirnya memutuskan untuk menemui Mick. Sahabatnya ini mungkin tidak akan muncul selama minggu-minggu bila sudah mengendap di laboratorium. Lamia tidak tahu apa yang akan dia katakan saat bertemu Mick, tapi membayangkan akan bertemu dengannya sudah cukup menenangkan hati Lamia. Mick biasanya punya solusi untuk segala masalah.

“Meskipun tampak kuno dan membosankan, tapi kastel ini  memiliki perpustakaan ajaib,” sebuah suara tiba-tiba menyapa Lamia.

Gadis itu menoleh. Lao Fen tampak berjalan pelan di belakang Lamia. Rambut putihnya menjuntai lembut dan tampak halus berkilau.

“Lao Fen, aku tidak tahu kau ada di sini,” kata Lamia kemudian.

Lao Fen tersenyum sembari berjalan mendekat. Jubah putihnya berdesir setiap ia melangkah. Bahkan dengan mata tertutup Lao Fen bisa bergerak dengan baik. Lamia bertanya-tanya kapan Lao Fen melepas kain putih penutup matanya itu.

“Aku kadang melepas penutup mata ini saat harus mencucinya dan mengganti dengan kain yang baru,” Lao Fen tiba-tiba.

Lamia tersentak.

“Kau bisa membaca pikiran?” tanya Lamia terkejut.

“Hanya sesekali, saat aku benar-benar fokus.”

Lamia sangsi. Terlalu kentara untuk disebut kebetulan. Lao Fen jelas sengaja menunjukkan kemampuan itu pada Lamia. Tapi Lamia tidak bertanya lagi. Pria itu hanya tersenyum ramah pada Lamia, menandakan pikiran singkat Lamia barusan juga sudah terbaca olehnya.

“Perpustakaan ajaib terdengar menarik. Aku belum pernah mengunjungi perpustakaan,” ujar Lamia menanggapi ajakan Lao Fen sebelumnya.

“Aku akan dengan senang hati menunjukkan koleksi buku-buku kuno padamu. Teknologi memang sangat berguna, tapi kebijaksanaan biasanya banyak ditemukan dalam buku-buku.” Lao Fen berkata sambil membimbing Lamia untuk berjalan bersamanya.

Sinar matahari sore menemani perjalanan mereka menyusuri lorong taman kastel. Lamia melirik rumput hijau yang mulai tertutup bayangan menara. Setelah berhari-hari tinggal di tempat itu, Lamia sudah terbiasa dengan nuansa kastel abad pertengahan. Bahkan sulur-sulur yang merambati dinding kastel sekarang tampak indah.

“Mick mungkin akan muncul satu atau dua hari lagi. Mungkin lebih cepat. Salem punya banyak koleksi berharga yang sangat disukai Mick. Mereka selalu begitu setiap bertemu. Mengurung diri dalam laboratorium dan melakukan berbagai jenis percobaan,” ujar Lao Fen.

“Kau sepertinya cukup dekat dengan Mick. Dia memang seperti itu. Lebih parah lagi kalau sudah bertemu jenis orang yang sama dengannya.”

“Mick beberapa kali datang kesini. Salem yang pertama membawanya ke Cydonia. Sepertinya mereka bertemu saat sama-sama menggali reruntuhan di Olympus Mons. Dan seperti yang sudah kau kira, orang-orang jenius biasanya mengenali sesamanya. Salem memang sama berbakatnya dengan Mick. Dan karena itu Salem mempercayainya.”

Lamia tersenyum kecil. Teman kecilnya itu punya lebih dari sekedar bakat. 

...***...

Terpopuler

Comments

Kerta Wijaya

Kerta Wijaya

🤟

2022-08-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!