“Jangan lakukan itu. Tunggulah sampai dia sadar,” kata Aeron yang samar-samar mulai bisa didengar Lamia.
“Tapi, Komandan Lamia sudah terinfeksi. Kalau dia sadar, dia akan menyerang kita!” seru salah satu prajurit.
Lamia mengerjap. Ia kemudian melihat Aeron memeluknya dengan satu lengan sementara lengan yang lain mengacungkan tangannya yang menggunakan handgloves ke arah para prajurit. Para prajurit yang juga dipenuhi luka itu berdiri menatap Lamia dengan waspada dan mengacungkan senjata, siap untuk menyerang. Salah satu dari mereka, yang paling dekat dengan Lamia, meregangkan busur panah dan mengarahkan anak panahnya ke pelipis Lamia.
“Kau lihat dia tadi meminum sesuatu. Mungkin itu obat penangkal atau semacamnya,” kata Aeron.
“Komandan Aeron, anda sendiri tahu, belum ditemukan obat penangkal virus Tetrodoksin,” kata prajurit-busur-panah itu.
“Tunggu,” kata Lamia serak. Langsung saja keempat prajurit itu semakin waspada.
“Benar kata Aeron. Aku tidak terinfeksi. Ramuan ini adalah penangkalnya. Mick Klorin, mantan Ketua Alkemis Martian sendiri yang memberiku ramuan ini,” jelas Lamia yang kemudian berusaha duduk.
“Kami tak percaya. Anda bisa saja membohongi kami. Virus itu sudah menguasai tubuh anda dan memiliki kepintaran anda. Maaf komandan, anda harus mati sekarang,” kata sang prajurit.
“Tunggu! Lebih baik kita bawa dia menghadap Ratu dan biarkan beliau yang memutuskan,” kata Aeron.
“Anda tidak bisa menjamin keselamatan kita, Komandan Aeron. Bagaimana kalau Komandan Lamia menyerang kita dan mengubah kita semua menjadi gaian. Itu akan menjadi bahaya besar bagi Martian,” kata si prajurit lagi.
“Aku tidak akan menyerang siapapun! Aku benar-benar masih menjadi diriku sendiri! Bagaimana cara membuat kalian percaya, huh?!” seru Lamia kesal. “Kalau kalian maumencurigaiku, kenapa tidak mencurigai bocah itu dulu! Dia berada di Bumi lebih lama!”
Para prajurit kemudian memandang Balder dan Lamia bergantian.
“Aku tidak terinfeksi. Kalau memang aku terinfeksi untuk apa aku bersembuyi di dalam kotak tempat sampah dan tidak menyerang kalian,” kata Balder sedikit panik.
Para prajurit mengangguk-angguk setuju dan kembali menatap Lamia dengan kebencian.
“Mmm... begini saja. Kita kurung Komandan Lamia untuk sementara dan membawanya kepada kakakku. Benar kata Aeron, biar kakaku yang memutuskan.” kata Balder.
Para prajurit pun akhirnya menurut. Mereka kemudian mengikat Lamia dengan kencang dan mengurungnya dalam tabir ether yang dibuat oleh Aeron. Lamia pasrah dan menyerahkan diri untuk diikat. Lagi pula ia memang sudah kehabisan tenaga. Tubuhnya terasa lemas dan kaku.
“Maaf Lamia, ini hanya sementara. Bella pasti mempercayaimu,” ujar Aeron meyakinkan. Ia menyandarkan tubuh Lamia ke dinding lalu kembali ke kemudi utama dan memimpin perjalanan kembali ke Mars.
Perjalanan pulang tidak terlalu terhambat karena mereka menggunakan mode invisible. Hanya ada beberapa pasukan antariksa Gaia yang mencoba menghadang mereka. Tapi Aeron jauh lebih unggul dalam hal pertarungan udara. Karena itu mereka dapat segera membebaskan diri dan menjauhi radius serang pasukan Gaia.
“Maafkan aku, Lamia. Aku yang membuatmu jadi seperti ini,” kata Balder menatap Lamia dengan matanya yang hitam cemerlang. Ia kemudian duduk bersandar di samping Lamia.
“Tak usah pedulikan aku. Sesali saja perbuatan bodohmu ini.” kata Lamia. “Bagaimana kau bisa bertahan hidup di Bumi? Kau bahkan belum menguasai kemampuan menyerang sama sekali.”
“Aku juga merasa ini suatu keajaiban. Saat aku mendatangi Bumi, tidak ada satu pasukan pun yang menyerangku. Hanya saja, saat aku keluar dari pesawat mereka baru datang berbondong-bondong,” jelas Balder. “Awalnya aku bersembunyi di pesawat, tapi mereka menembaki dan berusaha masuk ke pesawat. Akhirnya memilih berlari ke dalam gang dan menemukan tempat sampah itu lalu berlindung di sana.”
“Huh, cukup memuaskan untuk ukuran anak berusia duabelas tahun[1],” ujar Lamia kemudian.
“Ukh! Memangnya aku anak kecil! Kau saja baru berusia lima belas tahun[2]. Usia kita ‘kan, hanya beda tiga tahun.” kata Balder cemberut.
“Kalau kau memang menganggap dirimu sudah dewasa, untuk apa kau bertingkah kekanakan dan berpikir bodoh untuk pergi ke bumi,” kata Lamia mencibir. Balder tertunduk, tampak berpikir.
“Aku... hanya ingin membuktikan kalau aku ini juga bisa berguna bagi Martian. Aku bukan Pangeran pecundang yang tidak bisa apa-apa,” kata Balder masih tertunduk.
“Lalu apa yang sudah kau dapat?” tanya Lamia sambil mendengus pelan. Balder kembali tampak berpikir keras.
“Bagaimana kami tahu anda tidak terinfeksi?” tanya Lamia kemudian
“Aku tidak menyerang kalian,” jawab Balder ringkas.
“Anda juga tahu, Pangeran, bahwa tidak semua gaian bersikap buas. Beberapa dari mereka sangat cerdas,” balas Lamia. Balder tak menjawab.
“Tenanglah, Mia. Kita kembali dulu ke pangkalan,” kata Aeron menenangkan.
Lamia menurut, namun ia tetap tak kuasa menahan kecurigaannya sebelumnya. “Tapi Pangeran, kenapa anda pergi ke Bumi?” tanyanya kemudian.
Balder tak lekas menjawab. Ia kemudian beringsut pelan di lantai dan tersenyum tipis.
“Kakakku mungkin lebih tahu alasannya, Komandan. Anda bisa langsung bertanya padanya. Itu juga kalau anda bisa selamat setelah sidang para Tetua,” jawab Balder.
...***...
[1] Sama dengan 18 tahun usia bumi.
[2] Sama dengan 22,5 tahun usia Bumi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
IG: _anipri
baru tahu kalau sebenarnya Lamia berumur 22,5 tahun🤭 baru tahu juga arti {1} sama {2} 😅
2022-08-04
0
Kerta Wijaya
🤟🤟
2022-08-01
0
Rum Rigel
wah pangeran balder ternyata masih anak anak ya. ak kira sudah dewasa. ngapain jg anak2 pergi ke gaian yg berbahaya hmm
btw firasat mick benar ya jd lamia bisa selamat yey
2022-06-09
2