Melarikan Diri

“Cara kerja Flashwing adalah dengan memanfaatkan medan magnet yang terkandung di permukaan Mars,” jelas Mick ketika Lamia bertanya padanya. “Dan jangan khawatir soal kacanya. Aku bisa membuatnya gelap dan tak tampak dari luar,” lanjut Mick lalu menekan sebuah tombol yang membuat kaca yang melingkupi Flashwing berubah gelap.

Lamia bersandar pada kursi dan memandang ke luar jendela. Sudah lama sekali sejak terakhir kali ia menginjakkan kakinya di tanah. Sejak masuk akademi, 10 tahun yang lalu, ia tidak pernah lagi jalan-jalan di daratan. Ia selalu berada di angkasa. Kini ia merasa begitu asing berada di bawah sini. Tiba-tiba saja perasaannya menjadi gelisah. Padahal sebelumnya ia merasa yakin semuanya akan bisa segera selesai tanpa ia perlu kabur. Namun sekarang ia harus meninggalkan lingkungannya dan melarikan diri ke tempat yang sudah lama ia tinggalkan. Ditambah lagi, kini ia harus menjadi buronan.

“Pemandangan di sini sudah banyak berubah,” pikir Lamia setengah melamun.

Tidak banyak orang berada di bawah sini. Hanya ada beberapa Flashwing lalu lalang di kota, meski tak sebanyak kendaraan terbang di atas sana.  Kerak planet Mars telah termagnetisasi selama berjuta-juta tahun yang lalu dan orang-orang memanfaatkan hal itu untuk merancang kendaraan. Medan magnet global di Mars pernah berhenti berfungsi dan mengakibatkan medan magnetnya menghilang.

Namun, manusia di masa lampau – jauh sebelum ada kehidupan Martian – yang terus-menerus berusaha membuat Mars menjadi planet yang layak ditinggali, berhasil menyalakan kembali ‘dinamo’ tersebut dan medan magnet di Mars kembali menyala.

Semua itu adalah sejarah yang dibaca Lamia ketika di Akademi. Kini manusia telah berhasil memperkuat medan magnet itu dengan lempeng-lempeng magnet yang dipasang pada hampir semua permukaan Martian. Lampu-lampu dari tiap bangunan yang berjajar rapi di atasnya menjadi penerangan bagi kehidupan di bawah.

“Ah!” celetuk Lamia tersadar dari lamunannya. “Senjataku masih di sana...” lanjut Lamia menatap Mick dengan ekspresi aneh – campuran bingung, cemas dan khawatir –.

Mick hanya tersenyum santai sambil menunjuk ke belakang. Lamia mengikuti arah yang ditunjuk Mick dan segera menemukan bagasi kecil di belakang tempat duduk mereka. Dalam bagasi itu terdapat banyak barang yang diletakkan sembarangan, salah satunya submachinegun miliknya.

“Orthrus dan Cerberus, kumasukkan dalam koper hitam itu, Kak,” ujar gadis manis di depan mereka sambil tersenyum ke arah Lamia.

“Oh syukurlah. Terimakasih, Hebe,” kata Lamia mengambil koper hitam itu kemudian membukanya. Di dalam koper itu menemukan twin gun-nya. “Tapi kapan kau mengambilnya, Heib?” tanya Lamia pada Hebe.

“Itu rahasia perusahaan,” timpal Mick. Dia dan Hebe kemudian saling berpandangan dan tertawa.

“Kalian ini benar-benar kakak-adik yang sangat kompak,” kata Lamia mengomentari.

Akhirnya setelah perjalanan selama lima-belas menit, Flashwing berhenti di sebuah rumah dan menurunkan Hebe di sana.

“Selamat tinggal Kak Mick dan Kak Lamia. Jaga diri kalian baik-baik,” kata Hebe lalu berlari masuk ke dalam rumah tersebut.

“Whoa! Ini Asklepius? Aku tidak mengenalinya dari bawah sini,” kata Lamia mendongak ke atas dan membaca tulisan ‘Asklepius’ di bawah rumah itu.

“Kau akan segera terbiasa berada di bawah sini, Mia,” kata Mick. “Ayo cepat berangkat.” Lamia menatap Mick bingung.

“Kau tidak menyusul adikmu?” tanya Lamia yang penampilannya sudah kembali normal.

“Tentu saja tidak. Aku ‘kan pergi bersamamu,” jawab Mick.

“Aku bisa pergi sendiri, Mick. Kau pulanglah,” kata Lamia mendorong Mick pergi.

“Aku tidak akan meninggalkanmu. Sudahlah ayo cepat masuk. Kita harus segera berangkat sebelum para penjaga istana menemukanmu,” kata Mick yang kini berbalik memaksa Lamia masuk ke dalam Flashwing.

“Tapi...” kata Lamia terputus karena Mick sudah menutup pintu Flashwing. Ia sendiri kemudian masuk lewat pintu di sisi yang lain dan duduk di kursi kemudi.

“Kita mau kemana?” tanya Lamia setelah keduanya berada di dalam Flashwing. Mereka mulai melaju ke arah timur.

“Sejauh mungkin dari tempat ini. Pasti para penjaga istana sudah ada di atas sana dan menggeledah Asklepius, satu-satunya tempat yang sering kau datangi di Mars,” kata Mick.

“Tentu saja. Mereka ‘kan terbang. Jauh lebih cepat dari kita,” komentar Lamia, merebahkan tubuh ke sandaran kursinya. “Maafkan aku karena sudah melibatkanmu, Mick,” kata Lamia kemudian.

“Tenang saja, Mia. Kerajaan tidak akan tahu kalau aku terlibat. Yah.. meski mereka tahu, mereka tidak akan bisa membuktikan,” kata Mick terkekeh.

“Tapi aku membuatmu pergi bersamaku. Sebenarnya kau tidak perlu melakukan ini. Meninggalkan Hebe dan kehidupanmu di Asklepius. Aku bisa menjaga diriku sendiri,” kata Lamia menoleh menatap Mick. Mick hanya mendengus pelan.

“Kau bersikeras mengajak Aeron, sementara aku kau suruh pulang,” kata Mick melirik kaca kecil di depannya yang memantulkan wajah Lamia.

“Bukan begitu maksudku, Mick. Hanya saja..,” kata Lamia tanpa bisa menyelesaikan kalimatnya. Ia hanya tertunduk salah tingkah.

“Ya ya ya... aku mengerti, Mia. Maaf kalau memang tak sesuai harapanmu dan bukan Aeron yang di sini menemanimu,” kata Mick tertawa ringan. “Kau harus cukup puas untuk menerimaku, karena aku tidak akan pernah meninggalkanmu walau kau mengusirku pergi,” kata Mick berubah serius.

Lamia tersenyum simpul memandang Mick. Tiba-tiba ia merasa sangat beruntung memiliki sahabat seperti Mick, karena pemuda ini tidak pernah sekalipun meninggalkannya. Mick-lah yang selalu menguatkan Lamia dan membuatnya bisa bertahan dalam keadaan segenting apapun. Bukan sekali dua kali Mick menyelamatkan nyawanya. Kalau tak ada Mick, mungkin sudah sejak lama Lamia kehilangan nyawanya.

“Terimakasih, Mick,” desah Lamia. “Kau selalu menguatkanku.”

“Selama ini kau sudah cukup kuat, Mia,” jawab Mick ringan.

“Entahlah, Mick. Aku tidak yakin dengan pelarian ini. Semua terjadi begitu cepat,” kata Lamia kalut.

Mick menarik nafas lemah. Ia mengerti bahwa Lamia sudah begitu terbiasa hidup di Pangkalan dan sangat tidak ingin kembali ke jalanan. Tapi keadaanlah yang memaksa.

“Tidak akan seburuk bayanganmu. Percayalah,” ujar Mick menenangkan.

Lamia tersenyum tak yakin. Ia tetap merasakan kemarahan dan kecemasan dalam hatinya. Seharusnya tidak seperti ini.

...***...

Terpopuler

Comments

sora

sora

Nangisss (இдஇ; )

2022-10-17

0

IG: _anipri

IG: _anipri

Mick dan Lamia harus bersatu

2022-08-21

0

Kerta Wijaya

Kerta Wijaya

🤟🤟

2022-08-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!