Utopia Planatia

Sebuah hutan lebat dan rimbun menyambut perjalanan Lamia, Mick, dan Shira. Hutan itu tampak segar dibalut matahari senja yang melingkupinya. Tidak ada bangunan rumah jamur di sekitar area itu. Semuanya tanah landai yang dipenuhi pepohonan. Sebuah setapak besar tampak membelah rimbunnya hutan itu. Di muka setapak dibangun sebuah gerbang besar dan megah bertuliskan “Penangkaran Oksigen distrik Utopia Planatia”.

“Sampai kapan kau mau berwajah masam begitu. Memangnya kau tidak terpukau melihat hutan dan pepohonan begini. Selama ini ‘kan kau tinggal di udara,” ujar Mick mengusap kepala Lamia.

Namun Lamia seakan kehilangan gerak refleknya dan membiarkan Mick terus mengusap kepalanya.

“Bagaimana aku bisa gembira setelah mengetahui kenyataan tadi,” jawab Lamia memandang ke luar jendela.

“Sudahlah, Mia. Kau pikirkan seberat apapun semuanya tidak akan berubah,” timpal Shira berusaha menghibur.

“Kau tidak mengerti, Shira. Selama ini aku bekerja untuk manusia picik di kerajaanan. Aku bahkan melatih para penduduk wajib militer. Tapi ternyata...” Lamia tak kuasa menyelesaikan kalimatnya. Ia tetap menatap hampa keluar jendela.

Perjalanan membelah Utopia Planatia memakan waktu hampir 12 jam. Ketiganya tak banyak bicara selama akhir perjalanan. Sejauh perjalanan mereka, tidak ada tanda-tanda pengejaran oleh Pasukan Martian. Lamia tidak banyak bicara sepanjang perjalanan. Hanya Mick dan Shira yang sesekali bertukar cerita. Rupanya Mick memang sering bertemu Shira di luar Cydonia. Mereka terakhir bertemu kira-kira sebulan yang lalu karena Mick sedang berada di Akademi Medis Isidis Planatia.

Shira juga mengataakan bahwa dia telah menghubungi kakaknya, memberitahukan bahwa ia akan datang bersama Mick dan Lamia. Dari kata-kata Shira, sepertinya kakaknya menantikan kedatangan mereka. Mick tampak cukup akrab dengan Shira, begitupun sebaliknya. Lamia agak sedikit terasing dengan pembicaraan mereka. Tapi gadis itu tidak berkomentar apa-apa. Sejak awal pikirannya sudah rumit. Kini masalah bertambah lagi seakan tidak ada habisnya.

Lamia ingin sekali tidur dan melupakan sejenak segala hal yang tengah dialaminya ini. Tapi ia tidak merasa lelah atau pun mengantuk sama sekali. Kepalanya yang biasanya mudah pusing bila terlalu banyak berpikir, kini rasanya ringan. Kesehatannya benar-benar sempurna, seolah tekanan psikis apapun tidak berpengaruh pada kebugarannya. Apa ini normal?

“Mick…” celetuk Lamia kemudian.

“Hmm?” sahut Mick menoleh pada sahabatnya yang masih bersender menatap luar jendela gelap.

“Apa kau tidak lelah?” tanya Lamia kemudian.

Mick berpikir sejenak. ”Punggungku agak pegal karena duduk berjam-jam. Tapi karena aku sudah cukup tidur kemarin, kurasa aku bisa menahannya. Apa kau lelah? Mau istirahat sebentar?”

Lamia menggeleng. “Maksudku… bukankah seharusnya aku kelelahan? Aku bahkan sudah dua hari tidak tidur. Tapi aku sama sekali tidak mengantuk, atau kelelahan. Sakit kepalaku juga menghilang sepenuhnya,” jawab Lamia.

Mick tampak menghela napas panjang. “Kurasa itu efek dari virus Tetrodoksin,” jawab Mick pendek. “Mari kita istirahat sebentar sambil menikmati udara malam.”

Mick menghentikan Flashwingnya. Di luar tampak gelap. Saat itu sudah lewat tengah malam dan mereka berada di tengah hutan lebat dengan pepohonan yang sangat tinggi hingga menutupi langit. Tapi Lamia tidak mengatakan apapun. Setelah diperhatikan, Mick memang tampak lelah dan butuh istirahat. Shira di sisi lain, sudah terlelap di kursi belakang. Lamia pun memutuskan mengikuti Mick yang keluar dari Flashwing.

“Saat pagi nanti, udara di sini benar-benar segar. Kau harus merasakannya,” ujar Mick mengeluarkan  sebuah kubus Kristal kecil dari dalam saku lalu melemparkannya ke atas tanah.

Begitu mencapai tanah Kristal tersebut melayang setinggi 15 cm dari tanah dan mengeluarkan cahaya terang kekuningan.

“Sakumu penuh berisi benda-benda berguna ya Mick,” kata Lamia mengomentari pakaia panjang Mick yang penuh saku. Setidaknya ada 16 kantong yang terpasang di seluruh pakaiannya, terutama yang terbanyak terpasangan di kanan kiri pinggang hingga lututnya. Beberapa saku tampak dijejali ampul-ampul kecil aneka warna yang berjajar rapi di kantong kulit yang terikat kencang di bagian kiri pinggang Mick. Lamia tak habis pikir bagaimana benda-benda itu tetap terjaga utuh menempel di tubuh Mick yang sepanjang hari bergerak atraktif  tanpa pecah atau rusak.

“Beginiah pekerjaanku,” Mick terkekeh lantas mengeluarkan sepasang kursi malas lipat – yang terlipat kecil sebelum dibuka – dari bagasi kendaraannya. Keduanya lalu duduk menghadap Kristal cahaya yang bersinar stabil. Setelah perjalanan panjang itu Mick pasti sangat lelah. Rasanya melegakan ketika ia membaringkan punggungnya di kursi malas. Ia juga agak mengantuk malam itu.

“Jadi apakah aku berubah menjadi gaian?” tanya Lamia kemudian.

“Separuh gaian lebih tepatnya,” sahut Mick. “Antidoksin tidak bisa sepenuhnya memghilangan virus dalam tubuhmu. Dia hanya menghilangkan efek buruknya, seperti kematian dan kemampuannya mengambil alih kesadaran tubuh manusia. Efek menguntungkan lainnya tetap bertahan.”

“Efek seperti apa?”

“Peningkatan Vitalitas. Ketiadaan rasa lelah, regenerasi sempurna, segala efek baik Tetrodoksin tetap bertahan,” jelas Mick.

“Bukanlah itu sangat hebat. Kenapa orang-orang kerajaan melarang pembuatan Antidoksin kalau begitu?”

“Vaksin ini dibuat untuk mencegah. Bukan mengobati. Antidoksin bekerja hanya pada saat obyek baru saja tertular Tetrodoksin. Artinya tidak bisa digunakan untuk orang-orang yang sudah terlanjur dikuasai Tetrodoksin, pun tidak berguna juga untuk orang-orang yang belum terpapar. Karena itu, proses ujicobanya terlalu berbahaya.

"Bila aku nekat mengujicobakannya pada manusia saat itu, artinya aku harus dengan sengaja menginfeksi mereka, baru kemudian menginjeksi Antidoksin dalam tubuh mereka. Tentu saja kerajaan menentang karena mereka tidak mau mengambil resiko Mars dikuasai gaian seperti Bumi,” terang Mick panjang lebar.

“Tapi sekarang ada gaian di sini,” keluh Lamia menanggapi. Tapi tiba-tiba Lamia menyadari sesuatu. “Tunggu, Mick… jadi selama ini kau belum pernah menggunakan Antidoksin?” tanya Lamia.

“Sejujurnya kau obyek manusiaku yang pertama,” Mick meringis menanggapi.

Lamia mendengus pelan, tersenyum kecil. Sahabatnya itu memang tidak berubah sama sekali. Mick dan otak geniusnya. Ia tidak perlu serangkaian uji coba untuk membuktikan kemampuan alkimianya. Sejak kecil kecerdasan Mick memang sudah sangat menonjol.

...***...

Terpopuler

Comments

IG: _anipri

IG: _anipri

wah ... makin kagum sama Mick.

2022-11-26

0

Kerta Wijaya

Kerta Wijaya

🤟

2022-08-01

0

ilfindazaka ochtafarela

ilfindazaka ochtafarela

nice story

2022-05-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!