Asklepius

Aeron menghela nafas lelah. Ia mengerti, Lamia begitu keras kepala dan tidak akan mudah dibujuk. Selain itu juga ia tidak bisa lebih mengharapkan bantuan para prajurit. Ia mengerti dengan sangat jelas, bahwa kemungkinan keberhasilan misi ini sangat kecil, dan bukan salah mereka untuk menolak. Tapi ia tidak mungkin mengelak. Perasaannyalah yang memaksa dia untuk bersedia melakukan misi invasi ke Bumi dan menyelamatkan Pangeran Balder.

“Perasaan khususmu pada Bella-lah yang membuatmu menjadi begini tumpul untuk menilai persoalan ini, Aeron. Dan sekarang kau sudah melibatkan aku,” kata Lamia datar.

Aeron tersenyum simpul menatap Lamia. Kalimat inilah yang ditunggunya dari tadi.

“Terimakasih, Lamia. Kita berangkat lima menit lagi,” jawab Aeron sedikit lega. Meskipun keras kepala, namun Lamia adalah satu-satunya orang yang bisa dia andalkan.

“Kalau kau berharap aku ikut, lebih baik sesuaikan estimasi waktumu denganku. Aku akan siap setengah jam lagi. Jadi, lebih baik menungguku,” kata Lamia santai, lalu berjalan keluar.

“Tapi itu akan memakan waktu. Balder bisa terbunuh bila kita datang terlalu lama,” kata Aeron lagi.

“Tidak akan ada bedanya. Toh dia sudah berangkat hampir satu jam yang lalu, dan dengan Horizon, dia hanya perlu waktu setidaknya setengah jam untuk mencapai lini pertama pertahanan pasukan Gaia. Kurasa dia sudah hancur dari tadi,” jawab Lamia tenang. Ia pun keluar dari ruangan itu, meninggalkan Aeron dan prajurit lainnya. Mereka menatap kepergian Lamia hingga rambut merah jambunya yang diikat tinggi itu ikut menghilang.

“Kalian bagaimana?” tanya Aeron kemudian pada para prajurit.

Mereka tampak bercakap-cakap dan saling berdiskusi.

“Karena Komandan Lamia turut serta, kami juga memutuskan untuk ikut,” kata salah satu perwakilan dari mereka.

“Terimakasih,” balas Aeron tersenyum tipis.

...***...

Lamia sudah sampai ke Area Distrik Dua. Tapi alih-alih kembali ke tempat tinggalnya, dia meluncur ke Stasiun Antariksa. Dengan perasaan kacau Lamia menghampiri subbers yang terparkir di ruang khusus kendaraan pribadi. Subbers adalah pesawat hipersonik berbentuk seperti ujung anak panah yang khusus digunakan sebagai alat transportasi dari pangkalan antariksa menuju dataran Mars dan sebaliknya. Bukan kendaraan favorit Lamia memang, mengingat gadis itu tidak terlalu berminat untuk jalan-jalan ke kota.

Setelah perjalanan hipersonik selama beberapa menit, Lamia pun berhasil menembus atmosfer Mars. Sesuai koordinat yang telah ditentukan, Scubers melesat menuju kota metropolis Terra Sabaea, ibu Kota Martian. Terra Sabaea adalah distrik terpadat dan dipenuhi rumah jamur beraneka ukuran. Bangunan di Mars berbentuk oval besar dengan pilar penyangga di bawahnya. Dibangun seperti itu karena sumber energi di Mars dipancarkan melalui Generator. Sinyal energi ditangkap menggunakan Hubble, semacam parabola penangkap sinyal. Selain alasan itu juga karena moda transportasi utama di Mars adalah melalui udara. Oleh karena itu setiap rumah memiliki landasan di atap rumah jamur mereka.

Suasana pagi masih sepi dan udara tidak dipadati oleh kendaraan terbang sehingga Lamia dapat segera menemukan rutenya. Setelah berputar-putar selama beberapa waktu, ia pun mendarat di sebuah rumah jamur dengan landasan bertuliskan ASKLEPIUS. Setelah selesai memarkirkan Subbersnya, Lamia meluncur turun ke dalam bangunan. Sebuah bar remang-remang dengan aroma manis yang menenangkan menyambut kedatangan Lamia. Hanya ada beberapa kursi yang terisi. Tanpa basa-basi Lamia segera menuju meja bar.

“Lamia?!” seru seorang pemuda tampan berambut putih keperakan dari balik meja bar. Pemuda inilah yang memang ingin ditemui Lamia, Mick Klorin. Mick adalah sahabat karibnya semenjak kecil dan sudah seperti seorang kakak bagi Lamia. Hanya pada Mick-lah Lamia selalu bisa mendapatkan jalan keluar bagi masalahnya.

“Mick, aku mau segelas bir,” kata Lamia kemudian.

“Astaga! Betapa rindunya aku padamu. Kemarilah! Aku ingin memelukmu,” kata Mick ceria. Ia kemudian mencondongkan badannya berusaha meraih Lamia.

“Berhentilah bercanda, Mick.” kata Lamia pelan.

Mick tertawa kecil dan menyodorkan segelas bir pada Lamia yang tengah depresi mengingat keberangkatannya ke Bumi.

“Ada apa Mia? Kenapa wajahmu tampak begitu muram?” tanya Mick sambil mengusap-usap kepala Lamia.

“Berhenti mengusap kepalaku. Aku bukan anak kecil. Lagipula kita seumuran!” seru Lamia menyingkirkan tangan pemuda itu.

“Kalau begitu ceritakan masalahmu, Komandan Kedua Pasukan Antariksa Martian, Lamia Linkheart,” bujuk Mick tersenyum jahil.

“Mungkin aku akan segera mati,” kata Lamia pelan.

“Sejak kapan kau jadi melankolis dan meramalkan kematianmu sendiri begitu?” tanya Mick sarkastik.

“Aku tidak sedang meramal, dan aku tidak jadi melankolis!” seru Lamia cemberut. “Pagi ini aku dan Aeron akan pergi ke Bumi mencari Balder,” jawab Lamia.

 “Aku tahu, kau tidak pernah suka pergi ke Bumi,” komentar Mick.

“Tentu saja! Mustahil kita bisa melawan para gaian itu di planet mereka sendiri. Kita bahkan tidak tahu dimana sumber virus itu berada, dan Bumi kan luas sekali! Hanya orang bodoh yang selalu memberikan perintah invasi ke bumi setiap waktu. Itu sama saja mengirimkan makanan gratis untuk para gaian.” sembur Lamia berapi-api.

“Jangan pergi, Mia.” Bujuk Mick kemudian.

Sedih, Lamia menatap Mick yang balas menatapnya dengan khawatir, tanpa mampu menjawab bujukan Mick.

“Apa Aeron yang memintamu pergi?” lanjut Mick bertanya. Lamia tertunduk, lalu mengangguk pelan menanggapi.

“Sampai kapan kau akan terus menuruti Aeron tanpa mempedulikan dirimu sendiri? Kau sudah cukup bekerja keras, Mia. Berhentilah menuruti orang lain dan hiduplah untuk dirimu sendiri.” Lanjut Mick kesal.

“Sudah tugasku menjalankan misi apapun yang diberikan kepadaku,” jawab Lamia muram.

“Memangnya kau benar-benar ingin menjalankan misi ini? Atau kau terpaksa melakukannya karena Aeron yang memintamu?”

Lamia kembali terdiam tanpa bisa menjawab pertanyaan Mick. Gadis itu semakin tertunduk lesu karena Mick menangkap basah kebodohannya setiap berhadapan dengan Aeron.

“Berhenti bersikap bodoh dan katakan pada Aeron kalau kau tidak akan pergi. Misi ini terlalu mencurigakan, Mia. Seperti ada seseorang yang sengaja menempatkanmu dalam bahaya.”

“Aku… tidak bisa melakukannya. Kau tahu itu, Mick,” singkat, Lamia menolak bujukan Mick. “Aku kesini hanya untuk berpamitan, siapa tahu kita tidak bisa bertemu lagi. Mick, kau adalah salah satu dari sedikit orang yang penting untukku, karena itu aku menemuimu.”

“Kalau kau memang menganggapku penting, setidaknya kau mendengarkan kata-kataku, Mia.” Mick menarik napas panjang berusaha menenangkan diri.

“Maafkan aku, Mick,” ucap Lamia sungguh-sungguh.

“Jangan pergi, Mia,” sekali lagi Mick mencoba membujuk Lamia.

Lamia menggeleng pelan.”Aku tidak mungkin membiarkan Aeron pergi sendirian,” jawab Lamia lemah.

“Mia, sadarlah! Aeron bahkan tidak punya perasaan padamu. Satu-satunya orang yang dia pedulikan hanya Bella. Sampai kapan kau akan seperti ini?!” Mick sudah benar-benar kesal. Ia sungguh mempedulikan Lamia, namun sahabatnya itu sangat keras kepala terutama bila menyangkut Aeron.

Mick menghela napas kesal. Ia merasa dirinya sedang bicara dengan dinding. Apapun yang dia katakan, Lamia hanya akan terus menuruti Aeron. Akhirnya, dengan berat hati, Mick berbalik memunggungi Lamia dan membuka salah satu laci lemari kayu tempat menyimpan botol-botol minuman.

“Bawalah ini bersamamu,” kata Mick sembari mengulurkan sebotol cairan berwarna ungu cerah setelah mengambilnya dari salah satu laci meja bar-nya.

“Apa ini?” tanya Lamia sambil mengamati cairan yang sudah dipegangnya itu.

“Antidoksin, penangkal virus tetrodoksin. Hanya untuk berjaga-jaga. Kalau kau berhasil dilukai para gaiandan mulai berubah menjadi seperti mereka, segera minum cairan itu. Dan sebisa mungkin ramuan ini membekukan racun yang akan mengubahmu menjadi gaian. Tapi ini belum stabil dan hanya membekukan virusnya, bukan menyembuhkan,” jelas Mick panjang lebar.

Lamia mengangkat alis sambil menatap cairan itu dan Mick bergantian.

“Kau memberiku vaksin yang membuatmu dipecat?”

Mick berdecak tak sabar menaggapi. “Aku tidak dipecat karena vaksin itu gagal,” sanggahnya. “Aku ini Mick Klorin. Biar begini aku pernah menjadi Kepala Alkemis Martian. Tidak ada ramuan yang gagal kubuat.”

Tentu saja dia mempercayai Mick lebih dari apapun. Meski terlihat urakan, Mick adalah orang yang berdedikasi. Keterampilannya sebagai Alkemis juga tidak main-main. Dan tentu saja Mick tidak mungkin mencelakakannya.

“Tenanglah Mia, apapun yang kulakukan dan kuberikan untukmu pasti adalah hasil dari usaha terbaikku,” kata Mick dengan senyuman yang selalu bisa membuat Lamia merasa tenang. Untuk alasan inilah Lamia selalu bergantung pada Mick setiap kali merasa tidak berdaya.

“Aku seratus persen yakin pada kemampuanmu. Tapi apakah benda ini aman? Kau menghasilkan cukup banyak hal berbahaya,” komentar Lamia serius.

“Kita akan tahu setelah kau mencobanya,” jawab Mick tak kalah serius.

“Mick…”

 “Yah, berdoa saja kau tidak tergigit oleh mereka,” kata Mick ringan.

Lamia tersenyum kecil lalu berbalik pergi meninggalkan Mick sambil melambaikan tangan. Rasanya dia sudah lebih siap untuk petualangan mautnya ke Bumi.

 “Mia, sebelum kau pergi, sebenarnya ada satu hal yang perlu kau ketahui,” tiba-tiba Mick merendahkan suaranya lantas memasang ekspresi ragu-ragu.

“Ada apa, Mick?” tanya Lamia kebingungan. Tidak biasanya sahabatnya ini terlihat ragu.

“Sebelum itu berjanjilah untuk mengontrol emosimu. Sebenarnya aku tidak ingin mengatakannya sekarang, tapi karena kau harus menghadapi misi yang mungkin berbahaya, aku ingin kau tahu tentang hal ini dulu,” ucap Mick memperingati.

“Jangan bicara berputar-putar, Mick. Katakan saja apa yang ingin kau katakan!” seru Lamia tak sabar.

Mick tampak menghela napas panjang. “Ini tentang identitasmu yang sebenarnya. Kau sebenarnya adalah keturunan enchanter terkuat dari Cydonia. Ayahmu adalah pimpinan pemberontakan 14 tahun lalu.”

Lamia menautkan kedua alisnya, sama sekali tidak yakin akan perkataan Mick. “Apa maksudmu, Mick?”

“Aku akan menjelaskan secara lebih lengkap tentang hal itu setelah kau kembali. Karena itu, kuharap kau kembali dengan selamat. Dan untuk fakta tentang identitasmu tersebut, sebaiknya kau menyembunyikannya lebih dulu untuk saat ini,” terang Mick panjang lebar. 

Terpopuler

Comments

sora

sora

Kakak author... kayanya aku makin mencintaimu. dari paragraf pendek ini aku jadi tahu siapa si Mick Klorin tanpa kakak jelasin berbelit-belit. simpel.. kakak bisa membuat cerita yang mudah dipahami dan tudepoin...

2022-10-14

0

IG: _anipri

IG: _anipri

Identitas Lamia yang benar-benar mengagetkan

2022-07-30

1

mojacko

mojacko

Aeron ni plin plan

2022-05-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!