Hari sudah sore ketika pasukan Aeron dan Lamia kembali ke Mars. Langit sudah berubah jingga kemerahan. Begitu mendarat di pangkalan, mereka disambut oleh begitu banyak orang. Cassabella, yang melihat adiknya selamat tampak sangat bahagia dan terharu. Namun ia terkejut ketika melihat Lamia yang terkulai lemah dikurung dalam gelembung etherdan diikat.
“Kenapa kalian mengikat Komandan kalian?” tanya Cassabella sembari berjalan menghampiri Lamia.
“Maaf Yang Mulia Ratu, tapi Komandan Lamia terinfeksi. Kami berniat membunuhnya tapi Komandan Aeron mencegah kami. Karena itu kami membawanya kepada Yang Mulia untuk memutuskan,” jelas salah seorang prajurit.
Cassabella tampak shock hingga tak mampu berkata apa-apa. Ia hanya melempar pandangan kecewa pada Aeron.
“Yang Mulia, Lamia memang tegigit, tapi aku rasa dia tidak terinfeksi. Katanya Mick sudah memberinya obat penangkal. Dan, aku rasa dia masih menjadi dirinya sendiri,” ujar Aeron mencoba meyakinkan.
Cassabella berbalik menghadapi Lamia, tampak sedih dan bimbang.
“Mia...” ujarnya sembari mengusap gelembung ether yang melingkupi Lamia.
“Ya, Bella,” jawab Lamia balas menatap Cassabella.
“Bagaimana cara membuktikan pada semua orang bahwa kau masih Mia?” tanya Cassabella.
“Tanyai Mick. Dia akan memberi penjelasan tentang Antidoksin yang dibuatnya,” jawab Lamia.
Cassabella tersenyum tipis dan mengangguk pelan.
“Maafkan aku karena membuatmu jadi begini,” kata Cassabella setengah berbisik. “Aku mempercayaimu, Mia. Sungguh. Tapi yang harus kau hadapi bukan aku, melainkan para tetua Martian.”
“Aku juga ingin mempercayaimu Bella, Ratuku,” desah Lamia yang kini merasa mau pingsan.
“Baiklah. Akan kuusahakan. Aku akan memanggil Mick dan mengadakan sidang atas dirimu besok. Sekarang, istirahatlah dulu,” kata Cassabella yang kemudian memerintahkan penjaganya untuk membawa Lamia.
Untunglah, Cassabella tidak mengijinkan Lamia dikurung di sel tahanan – seperti yang diinginkan para prajurit – melainkan tetap di ruangan tempat tinggalnya di Pangkalan Antariksa dengan penjagaan ketat serta dilapisi dengan pelindung-pelindungether. Lamia memiliki ruangan tempat tinggal sendiri di Pangkalan, yang letaknya terpisah dari pusat keramaian. Bebeda dengan Aeron yang masih memiliki keluarga dan tinggal di Mars, atau Mick yang memiliki Asklepius, Lamia tidak memiliki apapun. Karena itu, ia memilih tinggal di pangkalan.
Setelah melepaskan ikatan rambutnya – yang membuat rambut panjangnya tergerai hingga menyetuh lantai – Lamia membaringkan tubuhnya di tempat tidur single-nya. Fisik dan mentalnya terasa sangat lelah. Ikatan di tubuhnya sudah dilepas dan meninggalkan memar di sekeliling pergelangan tangan dan kakinya. Ia juga terpaksa berpisah dengan tiga senjata kesayangannya karena para penjaga berkeras untuk menyitanya. Akhirnya setelah beberapa saat berbaring, ia pun terlelap.
Esok paginya, Lamia setengah terbangun ketika merasa tubuhnya melayang-layang dan dibawa ke suatu lorong gelap oleh dua orang pria. Lamia mencoba mengusap wajahnya, tapi ternyata tubuhnya sudah kembali terikat. Akhirnya ia hanya mengerjap, sedikit membantu memperjelas pandangannya yang buram. Ternyata ia kembali dikurung dalam tabir ether dan tidak lagi berada di Pangkalan Antariksa. Lamia mengenali lorong ini sebagai salah satu lorong di Istana Kerajaan Martian di Terra Sabaea. Lamia sedikit linglung karena masih dalam keadaan setengah sadar. Ia kemudian melihat, salah satu pria yang membawanya adalah Aeron.
“Aeron, apa yang...” tanya Lamia bingung. Aeron menoleh menatapnya sendu.
“Lamia, kau sudah bangun?” kata Aeron balas bertanya.
“Kenapa aku diikat dan dibawa kemari?” tanya Lamia lagi.
Aeron terdiam sejenak, merasa bersalah.
“Para Tetua memutuskan kalau kau berbahaya. Mereka berniat mengeksekusi mati dirimu, tapi Bella mengajukan banding,” jawab Aeron.
“Memangnya kesaksian Mick tidak bisa diterima?” tanya Lamia lagi. Kini ia mulai merasa sesak nafas karena ikatan yang terlalu ketat.
“Kau sendiri tahu reputasi Mick. Baru bulan lalu ia dicopot jabatannya sebagai Ketua Alkemis karena melakukan percobaan ilegal dan membuat kekacauan di Lembaga. Dengan alasan itulah para Tetua tidak menerima teorinya,” jawab Aeron yang tampak lelah.
Lamia membuka mulut untuk bicara, tapi belum sempat ia mengeluarkan suara mereka sudah sampai di ruangan sidang. Kedatangan Lamia disambut oleh tatapan sinis dari, setidaknya, dua ratus orang anggota parlemen Martian, berikut sembilan orang Tetua yang duduk di kursi paling tinggi. Aeron pun menghilangkan tabirether yang melingkupi Lamia lalu membopong gadis itu dan mendudukkannya di kursi di tengah ruangan. Orang-orang yang melihat apa yang dilakukan Aeron itu mengernyit waspada.
Lamia duduk menghadap meja tinngi besar yang memanjang. Di balik meja itu duduk para Tetua kerajaanan. Persis di tengah meja, Cassabella duduk resah menatap Lamia. Sementara itu, ratusan orang lainnya duduk di tempat duduk berundak – yang semakin ke belakang semakain tinggi – di sekeliling ruangan. Sekilas Lamia melihat Mick duduk di salah satu bangku penonton. Ia menatap Lamia tanpa ekspresi, namun tetap terlihat tenang.
“Lamia Linkheart, Komandan Kedua Pasukan Antariksa Martian, anda gagal melaksanakan misi Penyelamatan Pangeran Balder...” kata seorang pria tua yang berperan sebagai jaksa penuntut. “... karena anda terluka, dandiduga terinfeksi virus tetrodoksin,” lanjut si jaksa tua itu.
“Dengan demikian, anda dianggap menjadi ancaman bagi seluruh rakyat Martian. Apa penyanggahan anda?” tanya si jaksa tua menutup pembicaraannya.
Lamia memandang jaksa itu tanpa ekspresi. Entah kenapa ia begitu tenang. Atmosfer tegang dalam ruangan itu sedikitpun tidak mempengaruhi dirinya.
“Sebelum berangkat ke Bumi, Mick Klorin memberiku Antidoksin ciptaannya. Ramuan itu adalah ramuan penangkal virus tetrodoksin yang bisa menguasai tubuh manusia,” jawab Lamia tenang. “Kemudian begitu aku tergigit, aku memang sempat merasa hampir kehilangan kesadaran, tapi kemudian aku meminum ramuan Antidoksin. Ramuan itu terasa sedingin es dan segera memulihkan kesadaranku,” lanjut Lamia.
“Apa buktinya kalau kau tidak memberi kesaksian palsu?” tanya si Jaksa lagi.
“Jantungku masih berdetak dan darahku masih mengalir. Aku masih hidup,” jawab Lamia tegas dan masih tanpa ekspresi.
Para petinggi dan penonton di sekitar mereka tampak berbisik-bisik. Cassabella menatap Lamia dan tersenyum puas. Begitupula Aeron yang juga tampak lega.
“Bagaimana kalau kita adakan tes DNA?” usul Balder, yang duduk di samping Cassabella. “Itu bisa lebih meyakinkan,” lanjut Balder yang disambut dengan anggukan-anggukan setuju dari hampir semua orang.
“Usul yang bagus, Pangeran. Bagaimana menurut anda, Yang Mulia Ratu Cassabella?” tanya si jaksa kemudian.
Cassabella tampak sedikit kebingungan. Ia kemudian menoleh menatap Mick berharap mendapat bantuan untuk masalah-masalah penelitian semacam ini. Di sudut lain, Mick menggeleng pelan dengan ekspresi yang sulit ditebak.
“Aku rasa tidak perlu ada tes DNA, bukankah tanda-tanda kehidupan seperti yang dikatakan Komandan Mia sudah cukup membuktikan?” kata Cassabella kemudian.
“Tapi Yang Mulia, perlu ada kepastian mengenai hal sepenting ini. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi kemudian. Bisa saja virus tetrodoksin itu mampu memanipulasi detak jantung dan sebagainya itu. Kita semua tidak tahu, sejauh mana virus itu mampu bekerja,” kata salah seorang Tetua yang duduk di meja panjang. Lamia mengenalinya sebagai Claire Theresa, Tetua Kesembilan yang kini merangkap Ketua Alkemis Martian semenjak jabatan itu dicabut dari Mick.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
IG: _anipri
Lamia, moga aja dia nggak di hukum eksekusi🥺
2022-08-06
1
ilfindazaka ochtafarela
alur ceritanya keren
2022-05-25
0
As Cempreng tikttok @adeas50
lanjut thorr
2022-05-09
0