Misi Penyelamatan

“Tetua Claire benar Yang Mulia. Kami tidak bisa tenang sebelum Komandan Lamia terbukti benar-benar bersih,” ujar jaksa tua tadi.

Para penonton mulai berbicara menyetujui putusan itu.

“Aku bersedia diperiksa,” ujar Lamia kemudian dan membuat semua orang terdiam dan menoleh melihatnya. “Aku tidak ingin ada prasangka-prasangka yang menyudutkanku lagi,” lanjut Lamia gusar.

Ia benar-benar lelah karena kejadian ini. Sebelumnya ia adalah komandan pasukan yang dihormati dan disegani oleh semua orang, termasuk para anggota parlemen. Apa lagi ia bersahabat dengan Ratu. Karena itu ia cukup yakin dengan keputusannya untuk menyetujui tes DNA. Ia tidak terlalu ambil pusing tentang kasus kali ini karena entah mengapa ia merasa yakin semua akan baik-baik saja. Tapi tanpa disadari Lamia, Mick terus menatapnya dengan putus asa.

Setelah sembilan tetua selesai berdiskusi dan mengambil keputusan, sidang pun berakhir. Aeron membawa Lamia kembali ke ruangannya setelah Claire – dengan jabatannya sebagai Ketua Alkemis Martian – mengambil sedikit sampel darahnya dan menggunting sedikit ujung rambutnya.

“Biar aku sendiri yang membawanya,” ujar Aeron kepada penjaga yang juga bertugas membawa Lamia.

Petugas iu menurut dan pergi meninggalkan mereka. Aeron kembali membuat tabir ether yang menyelubungi Lamia lalu membawa gadis itu kembali melewati lorong tempat mereka masuk tadi.

“Sementara ini kau tinggal di istana, dan menunggu hasil tes,” kata Aeron yang dibalas dengan tatapan pasrah oleh Lamia.

Untuk beberapa saat keduanya menyusuri lorong dalam diam. Aeron yang berjalan di belakang Lamia mengulurkan tangan kanannya ke depan dengan membawa tongkat Ladon. Dari bola saphir biru di ujung tongkat itu keluar sesuatu seperti asap putih tipis keperakan yang menyambung dengan gelembung etheryang melingkupi Lamia. Begitulah cara Aeron membawa Lamia dan membuat tubuh gadis itu melayang-layang 30 senti dari lantai.

Beberapa saat kemudian, keduanya sampai di depan pintu besi besar berbentuk setengah lingkaran. Aeron lalu berjalan mendatangi salah satu sisi pintu itu dan menatap sebuah hologram pipih yang menempel di dinding. Begitu wajah Aeron mencapai radius yang diperlukan, hologram tersebut otomatis menscan wajahnya dengan sinar laser berwarna merah. Begitu selesai menscan, dalam hologram tersebut langsung tertulis data diri Aeron (Aeron Kato, 15 tahun[1], Komandan Pertama Pasukan Antariksa Martian) dan pintu besi di depan mereka terbuka.

Aeron membawa Lamia masuk bersamanya dan menutup pintu. Mereka memasuki sebuah ruangan kecil berukuran sekitar 5x5 meter persegi yang hanya berisi sebuah tempat tidur dan sebuah meja kaca rendah berbentuk oval. Lamia ingat pernah memasuki ruangan itu sebelumnya yaitu saat sidang pengadilan Mick bulan lalu. Mick juga harus menunggu putusan sidangnya di tempat itu dan Lamia menemaninya.

Tidak ada jendela sama sekali, hanya sebuah ventilasi kecil di ujung ruangan. Aeron lalu mengibaskan tongkatnya dan serta merta tabir etheryang menyelubungi Lamia menghilang. Dengan sigap Aeron menangkap Lamia yang kehilangan keseimbangan – mengingat seluruh tubuhnya diikat – dan hampir terjatuh. Aeron mendudukkan Lamia di rampat tidur dan mulai melepaskan ikatannya.

“Kau sama sekali tidak waspada. Kau tidak takut aku menyerangmu?” tanya Lamia memperhatian Aeron yang berlutut di bawahnya, sibuk melepas ikatan di kakinya.

Aeron mendongak menatap gadis itu.

“Kau tidak akan melakukannya,” kata Aeron serius.

“Kau terlalu mudah percaya. Bagaimana kalau aku memang terinfeksi?” tanya Lamia.

“Aku percaya padamu, Lamia. Kau tidak terinfeksi,” jawab Aeron yang kini telah selesai membuka ikatan Lamia. Pria itu masih berlutut di kaki Lamia dan memandang gadis itu lekat-lekat.

“Kenapa begitu yakin? Kau bahkan melindungku saat aku baru saja digigit dan tidak meninggalkanku. Bagaimana kalau akhirnya aku terinfeksi dan menyerang semua orang?” tanya Lamia tak puas.

Aeron terdiam untuk beberapa saat. Sebenarnya Cassabella-lah yang memerintahkan untuk membawa Lamia kembali. Namun Aeron merasa tidak perlu mengatakannya pada Lamia. Ia mempertimbangkan jawaban yang tepat untuk Lamia.

“Aku hanya tidak ingin itu terjadi. Karena itu aku meyakinkan diriku,” jawab Aeron menyembunyikan alasan sebenarnya. “Kau adalah salah satu orang yang kukagumi, Lamia. Kau tidak hanya kuat, kau juga pintar dan tegar. Seharusnya yang menjadi komandan pertama itu bukan aku, tapi kau,” lanjut Aeron dengan sungguh-sungguh.

Wajah Lamia sedikit bersemu merah dan langsung mengalihkan pandangannya dari Aeron, berpura-pura memperhaikan lututnya.

“Aku tidak sehebat itu,” jawab Lamia datar.

“Kau lebih hebat dari dugaanmu. Kau berjuang dengan kemampuanmu sendiri dan berhasil menjadi Komandan Pasukan Antariksa termuda sepanjang sejarah, pada usia 10 tahun[2], mendahului aku, Bella dan bahkan Mick yang masih berada di Akademi. Sementara aku, bisa menjadi Komandan Pertama hanya karena mewarisi jabatan ayahku. Sayang sekali kalau Martian harus kehilangan orang sehebat dirimu,” jelas Aeron.

Lamia tersenyum kecut mendengar penjelasan Aeron dan mendengus pelan.

“Karena itu Lamia, aku ingin kau mendengarkanku,” kata Aeron megembalikan perhatian Lamia kepadanya.

“Dalam persidanganmu tadi, Mick mengatakan padaku lewat telepati bahwa kau tidak akan selamat bila harus menjalani tes DNA,” jelas Aeron lagi.

“Hah? Kenapa? Aku benar-benar masih hidup. Aku masih memiliki kesadaranku dan tidak bernafsu untuk menyerang orang lain. Aku...” kata Lamia berusaha menjelaskan.

“Lamia, aku percaya padamu,” kata Aeron singkat, memotong perkataan Lamia. “Aku tahu bagaimana ciri-ciri orang yang terinfeksi. Aku, Bella dan Mick memang sudah sangat mengenalmu. Aku tahu persis kalau kau masih menjadi dirimu sendiri. Tapi bagi orang yang tidak mengenalmu, mungkin mereka menganggapmu terinfeksi,” lanjut Aeron.

“Lalu kenapa aku harus mengkhawatirkan hasil tes? Bukankah seharusnya itu bisa membuktikan bahwa aku bersih,” sahut Lamia.

“Kata Mick, meski kau tidak terinfeksi, tapi DNA mu sudah tercampur dengan virus tetrodoksin. Obat yang diberikan Mick hanya berfungsi membekukan virus itu, bukan membunuh atau mengeluarkannya dari tubuhmu. Jadi separuh tubuhmu sudah bukan manusia lagi,” ujar Aeron menjelaskan.

Lamia menatap Aeron tak percaya. Ia sanggup berkata apa-apa.

“Karena itu, akan sangat berbahaya bagimu bila tetap berada di sini. Setelah mendapat hasil lab-mu, parlemen pasti memutuskan untukmengirimmu ke Agathadaemon di Valles Marineris untuk menunggu eksekusi matimu. Jadi, aku, Mick dan Bella merencanakan misi penyelamatan,” kata Aeron.

Lamia mendengus pelan dan tampak sedikit geli. Baru pertama kali ini ada misi yang tujuannya untuk menyelamatkan dirinya. Biasanya, dialah yang melakukan misi untuk menyelamatkan orang lain. Tapi ia kembali bergidik mengingat ia akan dikirim ke Agathadaemon. Tempat itu adalah penjara yang berada di Valles Marineris, lembah terdalam di tata surya. Lamia belum pernah ke sana namun rumor mengatakan bahwa tempat itu sangat buruk. Para penjahat kelas kakap dengan pidana mati atau seumur hidup menghabiskan waktu di tempat itu. Konon, tak ada sedikitpun cahaya di sana karena penjara itu berada jauh dibawah lembah dan dilingkupi oleh kekuatan ether yang tak dapat ditembus.

[1] Sama dengan 22,5 tahun usia Bumi.

[2] Sama dengan 15 tahun usia Bumi.

Terpopuler

Comments

IG: _anipri

IG: _anipri

Agathadaemon serem deh kayaknya. aku bayangin tempatnya, pasti serem🥶

2022-08-08

0

Kerta Wijaya

Kerta Wijaya

🤟🤟

2022-08-01

0

ilfindazaka ochtafarela

ilfindazaka ochtafarela

penokohanya keren

2022-05-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!