"papa di mana, ma?" tanya rara kepadaku
"papa, masih keluar kota sayang." jawabku
"kapan papa kembali ma? Aku bermimpi buruk tentang papa, ma?" ucap anakku yang membuat aku terkejut
"mimpi yang seperti apa, nak?" tanyaku lagi
"aku bermimpi ada wanita dengan wajahnya yang sangat jelek mengambil papa dari kita ma?" ucap rara sambil menangis
"rara takut ma, rara tidak mau kehilangan papa?" ucap anakku sambil memelukku kuat-kuat
"tenang ya sayang, itu hanya mimpi. Pokoknya rara harus selalu berdoa kepada Allah, agar Allah selalu melindungi papa di manapun beliau berada ya sayang." ucapku menenangkan hati anakku.
Ya Tuhan kenapa mimpi anakku bisa sama seperti mimpiku, sebenarnya apa yang terjadi kepada mas dimas, kenapa mimpi kami berdua bisa sama.
Aku merasa perasaanku sangatlah tidak enak, sekali lagi aku menelepon mas dimas. Memang teleponnya nyambung tapi sama sekali tidak pernah diangkat olehnya.
"jahat kamu mas, disaat anak kita sakit dan sangat membutuhkanmu, kamu malah tidak ada kabar sama sekali dari awal kamu jalan ke Bandung sampai detik ini tidak ada kabar apapun darimu." ucapku lirih
Tidak lama mbok ratih masuk ke dalam ruang rawat rara, "ibu, saya pulang ke rumah dulu ya? Biar saya bisa ambilkan pakaian ibu dan juga membawakan makanan untuk ibu." ucap mbok ratih
"oke mbok, jangan lupa bawakan mukena dan sajadahnya saya ya mbok?" pesanku
Mbok ratih pun menganggukkan kepalanya dan segera keluar dari ruang rawat anakku.
***
Jam setengah satu siang gantian mbok mirna yang datang ke rumah sakit dengan membawakan makanan dan juga pakaian gantiku.
"selamat siang ibu?" sapa mbok marni
"siang juga mbok." balasku
"gimana keadaan non rara?" tanya mbok marni sambil meletakkan makanan di meja dan juga tas berisi pakaianku di sofa yang ada di dalam ruangan ini.
"panasnya sudah turun, mbok." jawabku
"trus apakah non rara sudah makan dan minum obat, buk?" tanyanya lagi
"iya sudah mbok! Mbok, apakah bapak sudah pulang?" tanyaku lagi
"hmmm...bapak tadi jam 10 sampai di rumah, buk?" jawab mbok marni
"dan apakah bapak sudah tau kalau rara masuk rumah sakit?"
"kami sudah memberitahukannya kepada bapak. Tapi bapak bilang katanya beliau capek, jadi beliau mau beristirahat dulu." jelas mbok marni
Ada sedikit kemarahan yang kurasa dalam hati ini. Seharusnya selelah apapun kalau sudah tau anaknya sakit, pasti dia akan pikiran dan segera menyusul ke sini. Tapi ini dia malah cuek seolah-olah rara bukan anaknya.
"ibuk, makan dulu ya? Nanti kalau ibu sakit juga, kasihan non raranya." pesan mbok marni kepadaku, mbok marni pasti juga merasakan kesedihan seperti yang aku rasakan.
Aku pun segera melahap makanan yang sudah dibawa oleh mbok marni dan juga menyimpannya sedikit untuk anakku.
Setelah selesai makan, aku memilih untuk beristirahat sejenak sambil menunggu kehadiran mas dimas di sini. Aku ingin melihat seberapa perdulinya dia dengan anak kami.
***
Aku tertidur dengan begitu lelapnya, sehingga tersadar di jam 5 sore. Aku tersadar karena ternyata rara lah yang membangunkanku, dia mengeluh lapar dan ingin makan. Maka aku pun segera mengambil nasi, sayur, dan lauk untuk menyuapi rara. Tidak lama mbok mirna datang sambil membawakan roti dan juga kopi untukku.
"ehh ibu sudah bangun?" tanyanya
"iya mbok aku terbangun karena rara mengeluh lapar." jawabku
"maafkan saya ibu, saya tadi ijin membelikan roti dan kopi untuk ibu, apalagi saya lihat ibu sepertinya sangat kelelahan. Rencana saya setelah kopi ini datang, saya akan langsung membangunkan ibu, tapi ternyata ibu malah sudah bangun." jelas mbok mirna kepadaku, dengan aku yang cuma bisa senyum saja.
Aku melihat sudah mau jam setengah 6, tapi kenapa sampai jam segini mas dimas tidak juga datang ke sini.
Aku pun segera menelepon mbok ratih yang ada di rumah. Dan mbok ratih bilang kalau mas dimas baru saja pergi dengan pakaian yang rapi, hanya saja mas dimas tidak mengatakan kemana dia akan pergi.
Baiklah aku akan menunggu sampai jam 7, kalau sampai jam segitu dia tidak datang, maka aku sudah tau alasannya.
Aku pun memilih untuk mandi dan segera melaksanakan kewajibanku sebagai umat beragama islam. Aku mengeluhkan semua masalahku hanya kepada Allah, dan berharap semoga mendapatkan jalan keluar dari permasalahan yang sedang menimpa keluarga kecil kami.
Selesai shalat aku melihat jam, dan ternyata sudah jam 7. tapi sampai pada detik ini, dia tidak pernah sedikit pun menunjukkan batang hidungnya di rumah sakit hanya untuk melihat keadaan anak kami.
Aku pun segera menelepon mbok ratih untuk menanyakan apakah suamiku sudah pulang atau belum dan ternyata mbok ratih bilang mas dimas baru saja datang. Maka aku pun segera menitipkan rara kepada mbok mirna, dan aku pun pulang ke rumah sebentar untuk melihat mas dimas.
Aku meminta pak anwar untuk mengantarkan aku ke rumah terlebih dahulu baru kembali lagi ke rumah sakit.
30 menit akhirnya aku sampai di rumah, dan disana aku melihat mobil mas dimas sudah terparkir dengan rapi.
Aku segera masuk ke dalam rumah, dan menanyakan keberadaan mas dimas, dan mbok ratih mengatakan bahwa mas dimas ada di ruangan kerjanya, aku pun segera menuju ke sana untuk menemuinya.
sebelum aku masuk ke dalam ruangan itu, aku mendengar suamiku sedang berbicara dengan seseorang di telepon.
"aku gak bisa malam ini, anakku sedang sakit! Bahkan karena mengurusimu aku belum sempat ke rumah sakit untuk melihat keadaan anakku. Kalau seperti ini tiara bisa marah besar kepadaku." jelas mas dimas kepada seseorang di telepon
"iya sayang, aku janji besok aku akan ke sana untuk menemuimu dan kita akan jalan-jalan kemanapun kamu suka sayang." aku kaget mendengar mas dimas berbicara dengan seseorang di telepon memakai kata-kata sayang.
Dan tanpa mengetuk, aku langsung membuka pintunya dan masuk ke dalam.
"kamu sedang berbicara dengan siapa, mas dimas?" tanyaku langsung tanpa basa-basi
"ti-tiara? Kenapa kamu tidak mengetuk pintu dulu sebelum masuk ke sini...!!" tanyanya dengan wajah yang pucat tapi penuh dengan kemarahan kepadaku
"apakah untuk masuk ke dalam ruang kerja suamiku, aku harus mengetuk pintu dahulu?" tanyaku kepadanya
"iya memang harus ketuk dulu tiara, kamu seperti wanita yang tidak punya sopan santun." ucapnya kepadaku dengan mata yang melotot
"sudahlah aku tidak perduli dengan itu! Sekarang yang mau aku tanyakan kenapa kamu dari kemarin tidak ke rumah sakit untuk melihat keadaan anak kita, tega kamu mas! Rara menanyakan kamu terus-menerus, apakah perempuan pelacur itu lebih penting dari anak kita?" teriakku dengan amarah
"siapa yang kamu maksud dengan pelacur?" tanya mas dimas
"siapa lagi kalau bukan sekretarismu yang bernama susi itu? Kamu pikir aku tidak bisa membaca gelagat kalian berdua selama ini?" teriakku lagi
"TUTUP MULUTMU, TAU APA KAMU TENTANG SUSI?" bentak mas dimas yang membuat aku sangat kaget. Dan baru kali ini dia membentakku seperti ini.
'kamu berubah mas, kamu sangat kasar sekali.' ucapku lirih
"kamu membentakku hanya untuk membela perempuan itu mas, kamu jahat sekali. Kamu sama sekali tidak pernah memikirkan perasaan aku dan rara yang mengkhawatirkanmu selama beberapa hari ini. Dan aku rasa percuma saja kami berdua mengkhawatirkanmu, karena sekarang aku tau kenapa nomormu tidak pernah aktif dan kenapa kamu tidak pernah mengangkat teleponku? Itu karena kamu sedang asyik memadu kasih dengan perempuan pelacur itu."
'PLAKK...PLAKK...'
"ka-kamu...??"
***BERSAMBUNG***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
dalen maharini
Sereeem jg baca novel ini. Ngeri kalau urusannya dg pelakor. Segala cara ditempuh.
2022-12-11
1