POV ANDIKA
Namaku Andika Wijaya, anak dari pengusaha terbesar di seluruh Indonesia yaitu Agung Wijaya. Ibuku sudah lama meninggal sejak aku baru berumur 5 tahun dan aku adalah anak tunggal tanpa kakak maupun adik. Perusahaan yang kami miliki sekarang adalah perusahaan yang turun temurun dari nenek moyang, dan yang pada akhirnya akan diteruskan kepadaku. Selain aku yang menggantikan ayahku di perusahaan keluarga, aku juga mempunyai perusahaan sendiri yang bergerak di bidang teknologi.
Walaupun aku anak tunggal, bukan berarti aku dimanja. Memang kedua orangtuaku sangat menyayangiku, tapi ayahku adalah sosok yang sangat tegas dan juga pribadi yang sangat jujur, jadi aku dididik dengan sangat keras olehnya sampai aku jadi orang hebat seperti ini.
Walaupun kami tergolong konglomerat, kami tidak pernah meninggalkan shalatnya kami. Karena seperti yang kita ketahui, kekayaan yang kita miliki di dunia ini semata-mata hanya titipan dari Allah yang kapan saja bisa diambil olehnya.
aku diajak oleh ayah untuk bertemu dengan clientnya membahas tentang proyek kerja sama kami. Dan di sana aku bertemu dengan perempuan yang sangat cantik tapi entah kenapa aura yang ada di dalan diri wanita itu sangat gelap. Aku menyukainya dan aku juga menjadi penasaran sebenarnya ada apa dengan dirinya itu?
Sampai ketika di tempat proyek, susi hampir saja akan tertimpa dengan benda berat, maka aku pun langsung berteriak memanggil namanya dan segera menariknya sehingga kami berdua pun terjatuh berguling-guling.
***
Back to susi
"SUSI, AWAS...!!" teriak pak andika memanggil namaku, dan seketika itu pun dia langsung menarik badanku dan kami berdua pun langsung terjatuh berguling-guling, sampai pada akhirnya aku tersadar kalau aku sudah berada di bawah badan pak andika, aku sempat terpesona dengan ketampanannya sampai aku lupa diri.
sampai akhirnya pak andika bangun, dan pelan-pelan membantuku untuk berdiri, "maafkan aku ibu susi," ucapnya kepadaku
"minta maaf yang kenapa pak? Justru aku harus berterimakasih kepada pak, kalau tidak ada pak mungkin aku sudah mati." jawab susi dengan tersenyum kepadaku.
Sampai akhirnya pak dimas dan pak agung datang mendekati kami, "kamu tidak apa-apa kan, nak?" tanya pak agung kepada anaknya,
"aku tidak apa-apa kok pak?" jawab pak andika
"dan kamu ibu susi, apa ada yang terluka?" tanya pak agung dengan wajah paniknya kepadaku
"tidak pak, saya baik-baik saja. Untungnya ada pak andika, kalau tidak ada pak andika, entah apa yang akan terjadi padaku." jawabku kepada beliau.
"maaf ya sus, aku tadi sedang berbicara dengan mandor, sampai tidak melihat dirimu." ucap pak dimas
"tidak apa-apa pak, tidak masalah." ucapku
"tapi ibu susi, bajumu kotor semua! Aku antar kamu ke hotel ya untuk berganti pakaian?" ucap pak andika
"tidak perlu, biar aku saja! dia kan sekretarisku, jadi aku bertanggung-jawab penuh kepadanya." ucap pak dimas dengan wajah seperti yang tidak suka kepada pak andika.
"tapi kalau pak dimas, gimana dengan proyek ini nanti? Pak harus di sini dulu karena banyak yang harus diperbaiki dan dilihat. Biarkan saja andika yang mengantarnya, toh tidak terlalu jauh juga." ucap pak agung
"tapi pak?" ucap pak dimas
"tidak apa-apa pak! Biarkan pak andika yang mengantarku lagian pak kan masih sangat dibutuhkan di sini." jawabku
Akhirnya pak dimas pun mengijinkan pak andika mengantarku, walaupun aku tau di dalam hatinya dia sangat emosi.
Aku senang membuatnya cemburu seperti itu. Aku puas membolak-balikkan hatinya, dengan begitu akan sangat mudah mengambil hatinya secara utuh. 'sabar ya kak, permainan ini baru aku mulai.' ucapku dalam hati
***
Aku dan pak andika hanya terdiam saja ketika di dalam mobil, tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut kami.
"sudah sampai ibu susi, aku tunggu kamu di lobi ya dan jangan terlalu lama." ucap pak andika kepadaku, aku pun hanya menganggukkan kepalaku dan segera naik melalui lift ke kamarku.
10 menit kemudian, aku sudah kembali ke bawah. "wahh...kamu cepat sekali susi ganti pakaiannya." ucap pak andika
"tadi kan pak pesan, supaya jangan lama-lama ganti bajunya?" jawabku
Pak andika pun hanya tersenyum mendengar jawabanku. Lalu dia pun segera mengajakku untuk kembali ke mobil dan segera pergi ke tempat proyek.
"sus, kalau aku panggil kamu tanpa sebutan ibu, apa boleh?" tanya pak andika
"boleh pak? Gak masalah kok." jawabku
"oke, terimakasih susi. Kalau begitu apakah aku boleh menanyakan sesuatu kepadamu?" tanya pak andika
"boleh! Memangnya pak mau tanya apa?" jawabku
"apakah kamu dan pak dimas ada hubungan khusus?" tanyanya lagi
"masa aku ada hubungan sama pak dimas? Dia kan sudah ada istri?" jawabku
"iya juga sih? Tapi aku lihat sepertinya pak dimas menyukaimu, bisa dilihat dari caranya memandangmu dan sepertinya beliau cemburu dengan insiden yang terjadi tadi pagi." jelas pak andika
"pak ini ada-ada saja! Mungkin dia takut aku terluka, karena nanti kalau aku terluka siapa yang akan membantunya menyelesaikan pekerjaan-pekerjaannya." ucapku dengan nada santai.
aku tidak mau sampai ada yang tau tentang rencana balas dendamku ini, karena aku memang sangat membenci pria ini. Pria yang telah menghancurkan hidup kakakku dan dengan teganya memisahkan kami berdua.
"oh gitu ya sus! Syukurlah kalau begitu." ucapnya lagi
"syukur yang kenapa pak?" tanyaku kembali
"ahh...tidak apa-apa! Lupakan saja. Sudah sampai ayo kita turun." ajak pak andika
Akhirnya kami berdua pun segera kembali masuk ke tempat proyek itu dengan disambut oleh tatapan marah dan benci dari pak dimas kepada pak andika.
Tapi aku tidak mau tau dan tidak mau perduli! sekarang yang aku mau hanyalah kehancuran dari rumah tangga dimas.
***
Dalam perjalanan pulang menuju hotel, aku melihat wajah pak dimas seperti orang yang sangat marah kepadaku.
Tapi aku tidak mau ambil pusing, aku sangat capek! Ingin segera sampai hotel dan berendam di dalam bathup untuk menyegarkan badanku.
Tanpa basa-basi setelah sampai di hotel aku segera menuju kamarku, membuka pakaianku dan langsung masuk ke dalam kamar mandi.
Aku membuka keran air yang ada di dalam bathup, mencampur air dingin dengan air hangat lalu memasukkan sabun cair yang wanginya begitu enak dan menyalakan lilin aromatherapy, setelah itu pun aku langsung berendam.
Aku berendam hampir setengah jam, setelah itu aku pun langsung membersihkan badanku dan keluar dengan menggunakan bath towel.
aku kaget ketika aku keluar dari kamar mandi, ternyata pak dimas sudah menungguku di atas tempat tidur tanpa menggunakan baju, dan di situ dapat dilihat badan sixpack nya yang begitu mempesona.
"ba-bagaimana anda bisa masuk, pak?" tanyaku
"tentu saja aku bisa masuk! Aku kan punya kunci cadangannya." ucap pak dimas sambil menunjukku card lain untuk membuka kamarku.
"hari ini kamu membuatku marah, susi! Jadi malam ini kamu harus membayarnya." ucap pak dimas dengan seringainya
"membalas? Apa maksudnya pak? tolonglah pak, aku lelah. Malam ini jangan ganggu aku, biarkan aku istirahat dulu." ucapku lagi
tapi pak dimas langsung menarikku ke atas tempat tidur. Lalu dia pun mencium paksa bibirku, lalu mulai meraba-raba area sensitifku.
'aku tidak suka kalau di paksa seperti ini' ucapku dalam hati, aku pun langsung mendorongnya dengan sangat kuat dan menendang kemaluannya dengan sangat keras.
"Akh....a-apa yang kamu lakukan susi??" ucapnya dengan wajah merah menahan amarah
Aku yang sangat emosi pun segera mengambil pisau yang ada di dalam tas dan mengacungkan pisau tajam itu kepadanya.
"pi-pisau...??"
***BERSAMBUNG***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments