"BRENGSEK!" Murni melempar tasnya begitu saja ke sofa, hingga membuat Angga dan Arsen yang sedang bersantai mengrenyitkan kening, bingung.
"Mama kenapa? datang-datang kok marah-marah? makan malam sama teman-temannya gagal ya?" tanya Angga beruntun.
"Bukan! tapi itu anak yang tidak tahu diri itu, sudah mempermalukan mama tadi di restoran!" sahut Murni sembari menghempaskan bo*kongnya ke sofa.
"Anak yang tidak tahu diri? siapa yang mama maksud? Nathan?" Angga mengrenyitkan keningnya.
"Iyalah, siapa lagi kalau bukan dia!"
"Ngapain dia ada di restoran? dia kerja jadi pelayan di sana?" tanya Angga lagi, yang entah kenapa lebih peduli untuk tahu tentang Nathan dibandingkan dengan kekesalan mamanya.
"Kalau dia jadi pelayan, sudah pasti mama akan tertawakan dia. Dia di sana sedang makan malam bersama dua temannya. Dan asal kalian tahu, dia yang membayar makan malam mereka,"
Kening Angga berkerut mendengar ucapan yang baru saja terlontar dari mulut mamanya itu.
"Dia yang bayar? kok bisa? dari mana dia punya uang untuk makan di restoran mahal seperti itu?" ucapnya, dengan alis bertaut.
"Katanya sih dari hasil penjualan lukisannya. Ada orang yang membeli lukisannya dengan harga mahal. Sebagus apa sih lukisannya itu makanya bisa dibeli mahal? aku rasa yang beli lukisannya itu, orang paling bodoh di muka bumi ini," umpat Murni dengan berapi-api.
"Wah, Mama salah. Lukisan Nathan sangat bagus, eh bukan bagus, tapi, sangat- sangat bagus. Sepertinya dia akan sama seperti Tante Naura," Arsen buka suara dengan menyunggingkan senyum lebarnya.
Sementara itu,Angga tercenung tidak mengatakan apa-apa.
"Kamu kenapa sih selalu membela dia? dan kenapa kalian berdua, tidak bertanya apa yang sudah dilakukan anak tidak tahu diri itu pada mama? apa dia lebih penting dari mama?" suara Murni sudah mulai meninggi.
"Emangnya apa yang sudah dia lakukan pada mama?" Angga buka suara kembali.
"Dia bilang di depan orang banyak, kalau mama selama ini bukan mama yang membesarkan dia, tapi pembantu. Dia juga bilang , papa kalian meninggalkan mama dan memilih menikah dengan mamanya karena mama tidak becus sebagai seorang istri dan ibu buat kalian berdua,"
"Wah, berani juga dia mengatakan seperti itu ya? aku benar-benar salut," bukannya marah, Arsen justru berdecak kagum
"Apa maksudmu, membela dia? mama kamu dipermalukan Arsen! harusnya kamu marah!"
"Mau marah bagaimana, Ma. Kan yang dia bilang itu benar. Waktu kami kecil, sebelum papa menikahi Tante Naura, mama kan. tidak pernah peduli sama kami. Mama tidak peduli, kami sudah makan atau tidak, apa yang kami lalui seharian, apa pernah mama peduli? dan emang benar pengasuhan Nathan mama serahkan semua pada pembantu kan? dan asal mama tahu, sewaktu mama pergi, tidak mau membawa kami, Tante Naura menyayangi kami seperti anaknya sendiri. Memperhatikan setiap detail keperluan kami, mulai dari makan, pakaian, bahkan sampai tahu jadwal belajar kami, dan apa yang kami lakukan seharian. Bagaimana dengan Mama?" Murni seketika terdiam, tidak bisa menjawab kata-kata putra keduanya yang memang selalu bertolak belakang dengannya.
"ARSEN! jaga bicaramu! apa kamu tidak sadar kalau kamu sedang bicara dengan wanita yang membawamu ada di dunia ini!" bentak Angga.
"Ya, dia memang yang membawaku ada di dunia ini, tapi aku tidak pernah minta untuk dilahirkan kan? dan masalah mama yang dipermalukan Nathan, aku yakin kalau mamalah yang memulainya lebih dulu. Karena aku tahu, kalau Nathan tidak mungkin sampai bisa melakukan hal itu, jika mama tidak keterlaluan," ucap Arsen, berapi-api.
"ARSEN, aku bilang berhenti ya berhenti! Asal kamu tahu perkataanmu sudah membuat mama terluka," kembali Angga membentak.
"Maaf!" ucap Arsen. Ya, bagaimanapun, wanita yang dia bicarakan tidak baik itu, adalah mamanya sendiri.
"Ma,maafkan Arsen ya!" ucap Angga dengan lembut pada mamanya itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Jadi kamu bukan anak kandung wanita tadi?" tanya Nicholas penuh selidik, ketika mereka berdua sudah tiba di apartemen.
"Iya, Kak!" Nathan menganggukkan kepalanya, membenarkan.
"Apa karena alasan itu kamu keluar dari rumah dan memutuskan untuk hidup sendiri?" Nicholas kembali bertanya.
Nathan tidak langsung menjawab. Pemuda itu sepertinya masih merasa enggan untuk terbuka pada Nicholas.
"Apa kamu masih belum mau terbuka padaku? sampai kapan kamu akan menutupinya? kalau kamu tidak mau bercerita, akupun tidak akan memaksa," sambung Nicholas kembali melihat keraguan di mata pemuda di depannya itu.
Nathan menarik napas dan mengeluarkan kembali dengan hentakan yang keras.
"Iya, Kak. Itu adalah salah satu alasan aku keluar dari rumah. Aku punya dua kakak laki-laki. Kami satu papa tapi beda ibu. Mulai dari kecil,aku selalu dibanding-bandingkan dengan kedua kakakku yang selalu membanggakan keluarga dengan segala prestasi mereka. Beda denganku. Aku sama sekali tidak pernah mendapat dukungan seperti mereka. Aku seperti dianggap tidak ada. Karena itulah, aku selalu berulah untuk mendapatkan perhatian mereka. Aku mengira dengan berulah, aku akan mendapat perhatian, ternyata dugaanku salah. Aku justru selalu dimarahi dan dicap bodoh. Ketika, aku ikut event lomba melukis dan aku menang, aku sangat gembira dan berharap mereka akan bangga," Nathan tersenyum smirk, "lagi-lagi dugaanku salah. Mereka malah mengatakan tidak ada yang hal yang patut dibanggakan dari menang melukis. Bagi mereka, yang paling membanggakan adalah jika bisa menang olimpiade matematika, Sains, dan bidang akademik lainnya," tutur Nathan menjelaskan panjang lebar tanpa jeda, tentang apa yang terjadi pada dirinya.
"Aku dengar tadi, mama tirimu menyinggung masalah mamamu yang dia katakan wanita ular dan pelakor, apa itu benar?" Nicholas mulai mengorek informasi.
"Tidak benar sama sekali!" bantah Nathan dengan emosional dan tegas.
"Dari mana kamu tahu? apa kamu mengenal mama kamu? bagaimana kalau mama kamu memang sengaja meninggalkanmu dulu? apa kamu masih menganggap wanita seperti itu wanita yang baik?" pancing Nicholas kembali.
"Tidak! tidak sama sekali! mama tidak pernah meninggalkanku, tapi dia ...." Nathan seketika langsung menghentikan ucapannya.
"Tapi dia apa?" alis Nicholas bertaut, menunggu kelanjutan ucapan Nathan.
"Aku tidak tahu, Kak. Yang jelas wanita yang melahirkanku wanita yang baik,"
"Dari mana kamu tahu kalau dia baik?"
"Kata hatiku! aku sangat yakin dengan itu,"
"Apa kamu sudah pernah bertemu dengannya?" Nicholas kembali memancing.
"Sudah! bahkan aku sudah berbicara akrab dengannya, tapi sayangnya dia tidak mengenal bahkan melupakan keberadaanku," ucap Nathan yang sayangnya hanya berani dia ucapkan dalam hati saja.
"Nathan, kenapa kamu tidak menjawab? apa kamu sudah pernah bertemu dengan ibu kandungmu?" Nicholas kembali mengulangi pertanyaannya.
"Belum!" pungkas Nathan akhirnya berbohong.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
mantul 👍
2022-05-31
0
Entin Fatkurina
lanjut author
2022-05-16
0
Priska Jacob
nathan ada saat nya kamu bisa leluasa panggil tante naura itu "mama". ikatan batin ibu dan anak itu kuat walaupun udah dipisahkan lama terlebih dipisahkan karena hilang ingatan
2022-05-16
1