"Nah, sepertinya kamu sudah mengerti. Sekarang kamu kerjasama soal yang ini dulu!" ucap Renata, setelah dirinya selesai menerangkan pelajaran yang dirasa Nathan sulit.
"Baiklah!" jawab Nathan singkat.
Di saat Nathan sibuk mengerjakan soal yang diberikan olehnya, Renata mengedarkan pandangannya ke segala penjuru apartemen.
"Dimana nih tuan rumah? masa tamu tidak dikasih minum? cuap-cuap begini dari tadi dikira tenggorokan nggak kering apa?" teriak Renata dengan menyelipkan sebuah sindiran. Sebenarnya gadis itu menyindir Nicholas, tapi yang merasa Nathan.
Nathan sontak berdiri hendak mengambilkan minuman pada Renata.
"Eh, kamu mau kemana?" cegah Renata.
"Mau ngambil minum. Bukannya tadi kamu mau minta minum?" ucap Nathan.
"Aku minta sama tuan rumah bukan sama kamu. Kamu kan bukan tuan rumah. Yang tuan rumah kan ono," Renata menunjuk ke arah Nicholas menggunakan bibirnya.
"Selama Nathan ada di sini, itu berarti dia juga tuan rumah," Nicholas menimpali ucapan Renata.
"Tapi, yang tuan rumah asli kan Kakak," Renata tidak mau kalah.
"Kalau kamu mau minum,ambil sendiri ke dapurnya. Kalau Nathan masih mengambilkan minuman untukmu, habis waktu. Tapi, kalau kamu tetap tidak mau ambil sendiri, tahan-tahan aja kehausan," ucap Nicholas, lugas dan santai tanpa menoleh ke arah Renata.
Nathan kembali berdecak sembari menggelengkan kepalanya. Dia menggaruk-garuk kepala karena jengah dengan perdebatan Nicholas dan Renata.
"Gak pa-pa untuk mempersingkat waktu, biar aku yang ambil minumnya," Nathan hendak melangkah menuju dapur, tapi langsung dicegah oleh Renata.
"Kamu di sini aja! buat aku ambil sendiri. Kamu lanjutkan saja menyelesaikan soalnya," ucap Renata sembari berdiri dan melangkah menuju dapur.
Sementara itu, Nathan mengembuskan napasnya dan kembali duduk untuk menyelesaikan soal
soal yang ada di buku.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Apa kamu menemukan minumnya?" tanya Nicholas yang memutuskan bahwa menyusul Renata ke dapur.
Renata yang awalnya fokus untuk mengambil gelas, seketika terkejut mendengar suara pria yang muncul tiba-tiba.
"Bukannya tadi, Kakak masih di ruang tamu? kenapa sudah ada di sini? Kakak ngagetin aja! coba kalau tadi aku punya penyakit jantung, bisa mati karena kaget," protes Renata sembari menggerutu.
"Hahahaha, maaf! aku hanya khawatir kamu tidak menemukan air minum," jawab Nicholas asal, di sela-sela tawanya.
"Aku nggak buta dan tidak bodoh, Kak. Aku masih bisa melihat dan tahu yang mana dispenser," cetus Renata kesal, dan lagi-lagi membuat Nicholas tertawa. Entah kenapa pria itu sangat senang melihat wajah kesal gadis berkacamata itu.
"Oh iya, ya. Aku lupa! mata kamu kan sudah ada empat. Kan nggak mungkin nggak bisa lihat," ledek Nicholas lagi, membuat bibir Renata semakin maju ke depan.
"Sebenarnya aku ke sini mau bertanya sedikit tentang Nathan. Sebenarnya dia di sekolah itu gimana sih? aku cuma penasaran, karena pertama kali melihatnya, mukanya selalu murung, seperti memiliki beban yang berat," tanya Nicholas mencoba untuk mengorek informasi dari gadis SMA itu. Sebenarnya Rehan papanya, meminta dia untuk menyelidiki siapa Nathan. Karena papanya itu curiga, kalau Nathan merupakan bagian masa lalu Naura istrinya.
"Kakak salah orang, untuk menanyakan tentang dia padaku. Soalnya aku dan dia selama ini tidak terlalu dekat. Baru hari ini aku dan dia akur. Kalau mau bertanya tentang dia, sebaiknya Kakak tanya pada dua sahabatnya di sekolah, namanya Bastian dan Dava. Aku yakin mereka pasti tahu mengenai Nathan," jawab Renata, sembari menekan tombol biru di dispenser untuk mengambil air minum yang sempat tertunda tadi.
"Oh, begitu? bukan maksudku ingin ikut campur urusan dan masalahnya, tapi aku benar-benar penasaran karena aku merasa kalau dia seperti menyimpan sesuatu dan tidak ingin ada orang lain yang tahu,"
Renata mengembuskan napasnya dan mencuci gelas bekas minumnya ke wastafel.
"Yang aku tahu dan aku lihat tadi di sekolah, dia selalu direndahkan oleh kakak dan mamanya. Dia dikatain bodoh, dan diragukan. Karena itu, Nathan keluar dari rumah mereka dan berjanji akan membuktikan kalau dia bisa sukses di luar dan tidak bergantung pada kakaknya itu. Itu aja sih. Selainnya aku sama sekali tidak tahu," jelas Renata jujur.
"Oh, seperti itu? terima kasih, ya Culun!" ucap Nicholas sembari mengacak-acak rambut Renata. Mode serius Nicholas berubah kembali ke mode awal, yaitu meledek Renata.
Sebelum diamuk oleh gadis itu Nicholas secepat kilat langsung berlari kembali ke ruang tamu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Wah, ternyata daya tangkap kamu cepat, Nath. Tapi, kenapa selama ini kamu terkesan lambat?"ujar Renata yang kagum melihat hasil belajar Nathan dalam mengerjakan soal, yang benar seratus persen.
Nathan tidak menjawab. Pemuda itu,hanya cukup tersenyum tipis, bahkan hampir tidak terlihat.
"Jadi, itu benar semua?" tanya Nathan memastikan dan Renata mengangguk, mengiyakan.
"Ternyata kamu tidak bodoh seperti yang mereka katakan. Kamu hanya__"
"Sudah jangan diteruskan!" potong Nathan dengan cepat dengan ekor mata yang melirik ke arah Nicholas.
Di saat bersamaan, tiba-tiba ponsel Renata berbunyi. Gadis itu dengan cepat melihat siapa yang sedang meneleponnya.
"Stttt!" Renata menempelkan jari telunjuknya ke bibirnya sebagai isyarat agar dua laki-laki yang ada di ruangan itu tidak bersuara.
"Siapa?" bukan Nathan yang bertanya, melainkan Nicholas.
"Papaku. Diam ya, jangan berisik!" Nathan dan mengangguk kecil, sementara Nicholas mengangguk, tapi dengan ekspresi bingung.
"Papanya yang telepon,tapi kenapa kami tidak boleh bersuara?" bisik Nicholas dalam hati.
"Halo, Pa!"
"Kamu di mana? sudah jam segini kenapa belum ada di rumah?" tanya papanya Renata dari ujung sana.
"Aku lagi belajar,Pa!" jawab Renata.
"Belajar dimana? papa tadi telepon Tania, katanya kamu tidak ada bersama dia. Kamu belajar sama siapa?" terdengar nada curiga dari suara papanya Renata.
"Emm,aku belajar di toko buku, Pa," Renata terdengar gugup.
"Oh, ya udah. Jam berapa pulang?"
"Ini mau pulang kok, Pa!"
"Ya udah, hati-hati di jalan!" pembicaraan langsung berhenti setelah panggilan diputuskan oleh papanya Renata.
"Kenapa kamu bohong? jangan bilang kalau kalian berdua pacaran, tapi backstreet," tukas Nicholas dengan alis yang sedikit naik ke atas, curiga.
"Tidak sama sekali! kami murni ...." Renata menggantung ucapannya, karena handphonenya berbunyi lagi. Wanita itu seketika menjawab t
panggilan yang ternyata dari Tania.
"Ren, kamu dimana? papa kamu tadi meneleponku, katanya kamu belum ada di rumah. Kamu ada di mana sih?"
"Aku lagi di toko buku," jawab Renata, malas.
"Toko buku? ngapain?"
"Lagi belajar, Tan." jawab Renata kembali.
"Hmm, kamu bilang kamu di toko buku, tapi kenapa kamu suara kamu, bisa sekeras ini menjawab teleponnya? bukannya kalau di toko buku itu suara harus pelan ya?" Tania terdengar seperti curiga.
Raut wajah Renata seketika berubah panik.
"Sekarang aku sudah keluar dari toko buku, Tan, karena aku sudah mau pulang. Udah dulu ya!" ucap Renata, langsung memutuskan panggilan begitu Tania mengiyakan di ujung sana.
"Aku harus pulang sekarang! besok kita lanjut lagi belajarnya," Renata dengan sigap langsung merapikan buku-bukunya, dan memasukkan ke dalam tasnya.
"Kenapa kamu terlihat panik sih? apa dugaanku tadi benar? kalau kalian ini sebenarnya pacaran?" Nicholas kembali bertanya. Bukannya cemburu, tapi Nicholas merasa harus waspada. Dia tidak mau kalau nantinya dia tidak ada di apartemen, kedua sejoli yang masih remaja itu, melakukan perbuatan yang tidak-tidak di dalam apartemennya.
Renata menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya kembali ke udara. Mau tidak mau, akhirnya gadis itu menceritakan alasan kenapa dia tidak ingin ada yang tahu tentang apa yang dia lakukan dengan Nathan dan tentang rencananya untuk membalas perbuatan pacar dan sahabat yang sudah membohonginya.
"Oh, begitu?" akhirnya Nicholas mengerti.
"Apa kamu perlu diantar pulang?" Nathan buka suara setelah cukup lama diam.
"Tidak perlu! supir kan sudah menunggu ... aduh supirku! jangan sampai papa menelepon supir dan bertanya di mana aku sebenarnya." Renata seketika panik teringat dengan supir yang dari tadi menunggunya di bawah. Gadis langsung meraih tasnya dan berlari keluar tanpa pamit lagi.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
taburan komen, like dan 🌹 kudaratkan sampai sini dulu ya 😍
2022-05-29
0
Maryani
wooooow, suka nih cerita, agak berbeda👍👍👍😘lanjuuut. GBU
2022-05-14
3
Priska Jacob
tuh kan nathan sebenarnya anak pintar, mungkin cuma dikit malas aja
2022-05-14
3